PAI IX BAB 1 Optimis, Ikhtiar dan Tawakal

Optimisme adalah suatu sikap penuh dengan keyakinan tinggi dalam mengahadapi permasalahan kehidupan didunia ini, dan dimasa depan akan meraih kesuksesan yang telah dicita-citakan sebelumnya.

Optimisme adalah sebuah sikap yang akan mendorong seorang individu untuk terus berusaha pantang menyerah guna mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkan, walaupun seberat apapun problematika yang dihadapi namun dengan adanya keteguhan dan sikap optimisme akan menjadikan seseorang dapat menghadapinya dan mencari problem solving.

Namun dalam bersikap optimis yang berlebihan akan membawa sesorang kedalam kesombongan dan akan membawanya dalam jurang kehancuran.

Dengan demikian haruslah kita bersikap optimis dengan mengimbanginya dengan usaha keras serta berserah diri kepada Allah SWT.

Apabila seorang hanya bersikap optimis tanpa diikuti oleh tindakan yang nyata dan kerja keras tujuan yang diinginkan tak akan tercapai, setelah bersikap optimis dan bekerja keras haruslah kita tetap berserah diri kepada Allah SWT, sebab hanya ditangan Allah lah yang akan menetukan hasil kerja keras kita.

Dengan bersikap optimis dalam mengahadapi persoalan kehidupan akan menjadikan seorang muslim lebih bersikap bahagia, sebab dapat mencapai apa yang telah dicita-citakan baik cita-cita dunia atau akherat.

Selain hal itu menurut pakar yang telah melakukan riset menyatakan bahwasanya orang yang bersikap optimis akan mempunyai badan yang sehat dan lebih panjang umur dari pada orang-orang yang bersikap pesimistis.

Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi


Seseorang yang bersifat optimis akan tetap semangat menghadapi semua permasalahan.

Jika tidak berhasil menyelesaikan suatu permasalahan, maka dia akan mencoba lagi untuk kedua kalinya, jika gagal kedua kalinya, akan mencoba lagi untuk ketiga kali, sampai berhasil.

Sebaliknya jika seseorang pesimis, maka akan menyerah dan tidak mau berusaha lagi. Sifat pesimis merupakan sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap muslim.

Sifat pesimis akan membuat seseorang berprasangka buruk kepada diri sendiri dan kepada Allah Swt.

Salah satu ciri orang yang optimis adalah ia memiliki harapan yang baik pada saat sebelum melakukan suatu pekerjaan.

Melakukannya dengan sepenuh hati dan perasaan senang serta Pada saat melaksanakan suatu pekerjaan.

Orang yang optimis mensyukuri keberhasilannya dan mengevaluasi kekurangannya, setelah selesai melakukan suatu pekerjaan.

Ciri lain dari orang yang optimis adalah melihat segala sesuatu sebagai sebuah kesempatan, peluang, dan kemungkinan.

Sebaliknya orang yang pesimis melihat segala sesuatu sebagai kegagalan dan ketidakmungkinan. Orang yang optimis biasanya ditandai dengan wajah yang berseri-seri dan mudah untuk tersenyum.


Allah SWT memang menghadirkan beragam peristiwa agar manusia mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam setiap peristiwa agar tingkat keimanan seseorang semakin bertambah.

Tentunya hal ini akan terwujud bila manusia mempunyai benih kepercayaan akan kemudahan, kekuatan dan pertolongan Allah SWT sebagai pengatur setiap peristiwa di alam ini.

Peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim AS. untuk melaksanakan perintah Allah SWT menyembelih putranya tercinta Ismail adalah potret sejati seorang mu’min yang mempunyai kekuatan tawakal dan kepercayaan yang amat tinggi terhadap keputusan dan kekuatan pencipta-Nya.

Itulah harapan dari ajaran Islam agar manusia yang beriman selalu bisa menempatkan possitive thinking kepada Allah SWT di dalam diri dan optimis dalam melaksanakan perintah ajaran-Nya.

Kepercayaan akan hal ini dalam pandangan Islam dikenal sebagai rasa tawakal.

Semakin kuat kepercayaan ini, maka akan mempertebal sikap tawakal, dan akhirnya rasa optimis dalam diri semakin bertambah.

Optimis memang berawal dari rasa tawakal kita. Rasa optimis haruslah mengalahkan pesimis yang bisa jadi menyelinap dalam hati.

Untuk itulah jika ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis dalam diri.

Optimis yang dihasilkan dari rasa tawakal inilah yang menjadikan Rasulullah SAW beserta sahabat mampu memenangkan peperangan yang tercatat dalam sejarah dunia mulai dari perang Badar hingga peperangan di masa kekhalifan Islam sampai berabad-abad lamanya.

Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan rasa optimisme dalam diri, antara lain sebagai berikut:

  1. Temukan hal-hal positif dari pengalaman kita di masa lalu.
  2. Tata kembali target yang hendak kita capai.
  3. Pecah target besar menjadi target-target kecil yang segera dapat dilihat keberhasilannya.
  4. Bertawakallah kepada Allah setelah melakukan ikhtiar.
  5. Ubah pandangan diri kita terhadap kegagalan.
  6. Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah SWT akan selalu menolong dan memberi jalan keluar.


Optimis juga mempunyai berbaai manfaat bagi diri kita.

Optimisme sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari guna mancapai sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup di dunia dan di akhirat.

Dengan adanya sikap optimistis dalam diri setiap Muslim, kinerja untuk beramal akan meningkat dan persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.

Doa,  ikhtiar, dan tawakal harus senantiasa mengiringi, kerena hanya dengan kekuasaan-Nya apa yang kita harapkan dapat terwujud. 

Selain itu,   optimism  juga dapat  berpengaruh pada kesehatan.

Para ilmuwan telah membuat kesimpulan atas riset selama puluhan tahun tentang manfaat berpikir positif dan optimisme bagi kesehatan.

Hasil riset menunjukkan bahwa seorang optimis lebih sehat dan lebih panjang umur dibanding orang lain apalagi dibanding dengan orang pesimis.

Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi.

Berikut ini beberapa manfaat bersikap optimis dan sering berpikir positif.

  1. Lebih panjang umur
  2. Lebih jarang mengalami depresi
  3. Tingkat stres yang lebih kecil
  4. Memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit
  5. Lebih baik secara fisik dan mental
  6. Mengurangi risiko terkena penyakit jantung


Ikhtiar adalah berusaha bersungguh - sungguh untuk mencapai harapan, keinginan, atau cita-cita. Ketika seseorang menginginkan esuatu maka ia harus mau berusaha atau berupaya untuk meraihnya.

Contoh-contoh ikhtiar adalah sebagai berikut :

  1. Orang yang ingin pandai harus berusaha dengan rajin belajar.
  2. Orang yang ingin hidup berkecukupan harus berusaha dengan rajin bekerja.
  3. Orang yang ingin memiliki tabungan harus berusaha hidup hemat.


Usaha-usaha tersebut merupakan bagian penting yang harus dilakukan oleh manusia. 

Dengan demikian tidak dibenarkan orang yang mempunyai keinginan itu hanya berdiam diri tanpa ada upaya sama sekali.

Selanjutnya usaha tersebut diikuti dengan doa, memohon kepada Allah Swt. agar keinginan tersebut dapat terwujud.

Ikhtiar bukan hanya usaha, atau semata-mata upaya untuk menyelesaikan persoalan yang tengah membelit. 

Ikhtiar adalah konsep Islam dalam cara berpikir dan mengatasi permasalahan.

Dalam ikhtiar terkandung pesan taqwa, yakni bagaimana kita menuntaskan masalah dengan mempertimbangkan apa yang baik menurut Islam, dan kemudian menjadikannya sebagai pilihan apapun konsekuensinya, dan meskipun tidak populer atau terasa berat.


Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku ikhtiar, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari,

Adapun bentuk-bentuk perilaku ikhtiar yang  harus diamalkan dalam kehidupan manusia adalah:

  1. Mau bekerja keras dalam mencapai harapan dan cita-cita.
  2. Selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan.
  3. Tidak mudah menyerah dan putus asa.
  4. Disiplin dan penuh tanggung jawab.
  5. Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
  6. Rajin berlatih dan belajar untuk  meraih yang diinginkan  dan dicita-citakan.


Sebab itu, setiap muslim wajib membiasakan diri berikhtiar. 

Sikap perilaku ikhtiar akan memberikan kemampuan dalam menghadapi semua godaan dan tantangan dengan kerja keras. 

Untuk itu, dalam ikhtiar harus selalu memperhatikan hal –hal sebagai berikut:

  1. Secara konsisten mempertebal iman kepada Allah SWT.
  2. Melawan sikap malas dalam bentuk apapun.
  3. Tidak mudah menyerah dan putus asa.
  4. Berdo’a kepada Allah agar diberi kekuatan untuk selalu berikhtiar.
  5. Rajin dan bersemangat dalam melakukan setiap usaha.
  6. Tekun dalam melaksanakan tugas, dan cerdas memanfaatkan waktu.
  7. Memilik tekad, semangat dan upaya yang kuat dalam memajukan setiap ikhtiar.


khtiar sendiri berarti syarat untuk mencapai maksud atau daya upaya atau sering kita sebut berusaha. Cara menumbuhkan semangat ini dengan niatan dari awal untuk berusaha jadi lebih baik.

Dengan adanya niat, kita akan bertekad dan berusaha sebaik mungkin untuk mencapai suatu hal yang kita inginkan.

Maka kunci dari ikhtiar adalah niatan dalam diri kita yang harus dimatangkan terlebih dahulu.


Seorang muslim yang senantiasa berikhtiar akan memiliki dampak positif, di antaranya sebagai berikut:

Merasakan kepuasan bathin, karena telah berusaha dengan sekuat tenaga dan kemampuanya yang di miliki.

  1. Terhormat di hadapan allah dan sesama manusia.
  2. Dapat berhemat karena merasakan susahnya bekerja.
  3. Tidak mudah berputus asa.
  4. Menghargai jerih payahnya dan jerih payah orang lain.
  5. Tidak menggantungkan orang lain dalam hidupnya.
  6. Menyelamatkan akidahnya, karena tidak ( bebas ) bertawakal kepada makhluk.


Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. 

Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.

Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.

Menurut Abu Zakaria Ansari, tawakkal ialah "keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain".

Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi.

Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah (tepercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.

Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini.

Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah.

Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

Sementara orang, ada yang salah paham dalam melakukan tawakkal. Dia enggan berusaha dan bekerja, tetapi hanya menunggu.

Orang semacam ini mempunyai pemikiran, tidak perlu belajar, jika Allah menghendaki pandai tentu menjadi orang pandai. 

Atau tidak perlu bekerja, jika Allah menghendaki menjadi orang kaya tentulah kaya, dan seterusnya.

Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar perutnya, seklipun ada berbagai makanan, tetapi ia berpikir bahwa jika Allah menghendaki ia kenyang, tentulah kenyang. 

Jika pendapat ini dpegang teguh pasti akan menyengsarakan diri sendiri.

Menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah tumpuan terakhir dalam suatu usaha atau perjuangan.

Jadi arti tawakkal yang sebenarnya -- menurut ajaran Islam -- ialah menyerah diri kepada Allah swt setelah berusaha keras dalam berikhtiar dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalam mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.

Misalnya, seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci rapat, barulah ia bertawakkal.

Pada zaman Rasulullah saw ada seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu.

Ketika ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, "Saya telah benar-benar bertawakkal kepada Allah". 

Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban tersebut berkata, "Ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau bertawakkal."


1. Mujahadah

Orang yang bertawakal selalu bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan suatu pekerjaan .

Seorang pelajar yang bertawakal akan belajar dengan sungguh-sungguh untuk dapat menyelesaikan studinya dengan hasil yang baik.

Petani yang bertawakal akan bekerja dengan ulet agar hasil pertaniannya dapat menghasilkan hasil panen yang maksimal. 

Bagi orang yang bertawakal apa pun pekerjaannya asalkan tidak bertentangan dengan syari’at Islam akan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.


2. Berdo’a

Segala sesuatu ada dalam genggaman Allah SWT, berdo’a adalah melambangkan betapa kecilnya kita di hadapan Allah SWT.

Orang yang tidak pernah berdo’a menunjukkan sifat takabur, padahal segala usaha yang kita lakukan jika Allah tidak mengizinkan tidak akan pernah terjadi.

Berdo’a diperintahkan oleh Allah SWT, seperti dalam firman-Nya :

“ Berdo’alah kalian niscaya akan Aku kabulkan “


3. Bersyukur

Mensyukuri segala apa yang diperoleh tanpa melihat besar kecilnya sesuatu yang diperoleh merupakan ciri tawakal.Dengan bersyukur pada apa yang diperoleh, kita akan selalu merasa puas, senang, dan bahagia.

Seperti dalam firman Allah :

“ Bersyukurlah kepada-Ku niscaya akan aku tambah nikmatnya, tapi jika tidak bersyukur sesungguhnya azabku teramat pedih “


4. Sabar

Dari kesemuanya itu, apa pun takdir Allah SWT yang terjadi pada kita, baik kegagalan, penyakit, kesusahan, bencana, kekayaan, pangkat, dan sebagainya, kita harus sabar menerimanya.

Dengan kesabaran, segala apa yang menimpa pada kita, jika itu suatu musibah tidak akan menjadikan kita putus asa…, dan jika itu suatu kesenangan tidak akan menjadikan kita lupa diri.


Tawakal mengandung dua hal,

Yang pertama adalah penyandaran diri kepada Alloh dan beriman bahwa Dia adalah yang menjadikan segala sebab, dan bahwa takdir-Nya pasti berlaku, dan Dialah yang menakdirkan segala perkara, dan Dialah yang menjaga dan menuliskannya, maha suci Dia dan maha tinggi.


Yang kedua adalah melaksanakan berbagai sebab.

Maka bukan termasuk tawakal, jika meninggalkan berbagai sebab. Akan tetapi tawakal itu adalah yang memadukan antara pelaksanaan sebab dan penyandaran diri kepada Alloh.

Barangsiapa yang meninggalkannya, berarti dia telah menyelesihi syariat dan akal. Karena Alloh ‘azza wa jalla memerintahkan dan menganjurkan (kita) untuk melakukan sebab.

Dia juga memerintahkan hal itu kepada rosul-Nya, dan menciptakan fitroh hamba-hambaNya untuk melakukan sebab.

Bertawakal kepada Allah yaitu dengan menyerahkan segala usaha, daya dan upaya yang telah kita lakukan hanya kepada Allah SWT, mengikhlaskan bagaimana pun hasil dari usaha kita, itu sudah menjadi ketetapan Allah, dan meyakini sepenuh hati bahwa itulah yang terbaik yang Allah berikan untuk kita.


1. Dijamin Kemudahan dunia dan akhirat

Dengan berbekal sifat tawakal maka seseorang dijamin oleh Allah SWT akan selalu diberikan ke jalan kemudahan didunia dan dikhirat berapapun besarnya kesusahan yang sedang dijalaninya.


2. Mudah beradaptasi dengan masalah apapun

Seseorang yang memiliki sifat tawakal akan mudah beradaptasi dengan masalah yang seberat apapun tanpa mudah menangis dan jauh dari prasangka buruk pada allah SWT  hanya karena merasa diri tidak berharga. Sifat tawakal dapat membuat seseorang menjadi berhati sabar dan mampu bangkit kembali dari kegagalan.


3. Tawakal dapat mempertebal iman dan tidak mudah putus asa

Tawakal dapat merubah sifat egois atau mudah menyerah menjadi lebih sabar dan dapat pula mempertebal iman serta membuat seseorang ingin selalu berterimakasih ( bersyukur )  pada allah SWT atas apa yang telah diberikan selama ini. Maka dari itu sebaik baiknya orang yng beriman adalaah yang mempunyai sifat tawakal.


4. Tawakal dapat membuat seseorang menjadi lebih mandiri

Seacara tidak langsung sifat tawakal dapat menjadikan seseorang menjadi lebih mandiri dan dewasa dalam menyelesaikan masalah dunia yang sedaang dihadapinya tanpa harus merugikan pihak manapun. 

Sifat tawakal dapat menjadikan seseorang mampu memahami kekurangan dan kelebihan atas apa yang telah allah berikan, kondisi ini dapat membuat seseorang menjadi lebih bisa untyk mrenghargai kekurangan orang lain.


5. Allah akan mencukupkan rejeki

Allah SWT akan mencukupkan segala kerbutuhan dan kepuasan batin bagi  seseorang yang bertawakal semata mata karena allah setelah dia berusaha dan berikhtiar  dengan hati yang bersih dan sabar. 

Bertawakal setelah melaksanakan ihktiar kepada allah SWT adalah sesuatu yang disukai allah SWT dan akan dimasukkan dalam golongan orang orang yang sabar dan berkecukupan dalam keadaan apapun.


Berperilaku Optimis                       

Berperilaku optimis sangatlah penting.Tetapi, kita harus mengimbangi perilaku optimis dengan ikhtiar dan tawakal. Contoh perilaku optimis :

Seorang siswa/siswi yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) dia berharap akan lulus dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih.

Seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, kalau ia berfikir optimis, tentu dia akan berusaha mengajukan lamaran dan berharap agar lamaran diterima serta dapat bekerja di perusahaan tersebut


Berperilaku Ikhtiar

Ikhtiar berarti tidak mengenal putus asa, dan yakni bahwa rahmat Allah pasti datang setelah berikhtiar.

Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berikhtiar, dan melarang hamba-Nya untuk berputus asa. manusia sebagai hamba Allah diperintahkan untuk berusaha, bukan untuk berleha-leha.

Sebab, rahmat Allah turun kepada kita melalui sebab atau usaha yang kita lakukan. Artinya, kita jangan pernah berputus asa dalam mencari rahmat dan ridha Allah swt.


Berperilaku Tawakal

Tawakal dibagi 2, yaitu tawakalul wakil dan tawakalut taslim Tawakkalul wakil, artinya tawakalnya seseorang yang hatinya merasa tenteram terhadap pemberian Allah swt.

Tawakal seperti itu adalah tawakalnya orang mukmin biasa di mana seseorang akan mempercayakannya kepada Allah swt, karena ia telah yakin bahwa Allah swt merasa belas kasihan kepadanya.

Tawakkalut taslim, artinya tawakalnya seseorang yang telah merasa cukup menyerahkan urusannya hanya kepada Allah swt, karena ia yakin bahwa Allah swt telah mengetahui keadaan dirinya.

Artinya, seseorang sudah tidak lagi membutuhkan sesuatu selain hanya kepada Allah swt. Tingkatan tawakal seperti ini adalah tawakalnya pada nabi dan wali.

Contoh perilaku tawakal :

  1. Selalu bersyukur apabila mendapatkan nikmat (keberhasilan/kesuksesan dll) dari Allah swt, dan bersabar apabila mendapatkan musibah.
  2. Tidak berkeluh kesah dan gelisah ketika berusaha dan beriktiar
  3. Selalu berusaha dan berikhtiar dengan maksimal, selanjutnya bertawakal kepada Allah swt
  4. Tidak mudah berputus asa dalam berusaha
  5. Menerima segala ketentuan Allah swt dengan rasa ikhlas dan ridha.
  6. Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain


Muhammad Ahsan dan Sumiyati. 2017. Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas IX. Jakarta: Pusat Kurikulum Kemendikbud

iklan tengah