Dinamika Litosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

Dinamika litosfer adalah semua bentuk perubahan yang terjadi pada lapisan bumi paling atas atau yang sering dikenal sebagai kerak bumi.

Litosfer berasal dari kata lithos berarti batu dan sphere berarti bulatan.

Dengan demikian, litosfer dapat diartikan sebagai lapisan batuan pembentuk kulit bumi. Dalam pengertian lain, litosfer adalah lapisan bumi paling atas dengan ketebalan lebih kurang 66 km tersusun atas batuan.

Litosfer adalah lapisan kulit bumi yang mengikuti bentuk muka bumi yang bulat dan tersusun atas batuan dan mineral.

Kulit bumi atai litosfer tersusun dari sekitar 90 jenis unsur kimia yang satu dengan lainnya dapat bergabung membentuk persenyawaan yang disebut mineral.

Mineral pembentuk batuan yang penting, yaitu kuarsa (SiO4), feldspar, piroksen, mika putih, biotit, amphibol, khlorit, kalsit, dolomit, olivin, bijih besi hematit, dan limonit.

Kulit bumi mempunyai ketebalan yang tidak merata antara bagian daratan dan bagian dasar samudera, di mana kulit bumi di bagian benua dataran lebih tebal daripada di dasar samudera.

Bumi terdiri atas lapisan-lapisan sebagai berikut:

Lapisan kerak bumi terdiri dari lapisan granitis dan lapisan basaltis

Lapisan granitis

Lapisan granitis, yaitu suatu nama yang diberikan mengingat materi yang menyusunnya kebanyakan berupa batuan granit. Lapisan ini menempati lapisan paling atas setebal 10-15 km, dengan penghantara kecepatan gelombang Primer (pada seismogram) sekitar 0,5 km/detik. Lapisan ini tidak ditemukan di semua tempat, umumnya di di dasar laut tidak dijumpai lapisan ini


Lapisan Basaltis

Lapisan Basaltis kebanyakan tersusun dari materi basalt yang bersifat basa (kandungan silika rendah) dengan densitas atau kepadatan yang lebih besar. Letaknya di bawah lapisan granitis pada kedalaman 30-50 km. Kecepatan gelombang primer berkisar antara 6,5 km/dt.

Lapisan mantel bumi terdiri atas tiga lapisan, yaitu llapisan litosfer, astenosfer, dan mesosfer.


Litosfer

Litosfer, letaknya paling atas dari selimut bumi. Terdiri dari materi yang berwujud padat dengan tebal sekitar 50-100 km. Bersama-sama dengan kerak bumi sering disebut pula lempeng litosfer yang mengapung di atas materi yang agak kental yakni astenosfer.


Astenosfer

Astenosfer berupa lapisan yang letaknya berada di bawah litosfer, berwujud kental dengan tebal sekitar 100-400 km. Karena itu kecepatan gelombang pada saat melewati lapisan ini agak menurun.


Mesosfer 

Mesosfer wujudnya padat dengan tebal sekitar 2.400 - 2.750 km terletak di bawah astenosfer. Kecepatan gelombang primer bertambah sekitar 8 km/dt di litosfer sampai dengan sekitar 13 km/dt di lapisan ini.


Lapisan inti bumi terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian inti luar dan inti dalam.


1. Inti Luari (Outer Core), diduga berwujud cair, sebab lapisan ini tidak dapat dilalui oleh gelombang sekunder. Tebal lapisan ini sekitar2.270 km.


2. Inti Dalam (Inner Core), diduga berwujud padat, tersusun dari materi berupa besi dan nikel dengan densitas sekitar 10gr/cm3 ke atas, tebal sekitar 1.216 km


Batuan yang menyusun lapisan kulit bumi (litosfer) dibedakan menjadi tiga, yakni batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk karena magma pijar yang mendingin atau membeku menjadi padat. Berdasarkan tempat pendinginannya, batuan beku dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut:


1. Beku Dalam

Batuan ini disebut juga batuan beku plutonis (batuan beku abyssis), terjadinya jauh di bawah permukaan bumi, berasal dari magma yang mendingin. 

Pendinginan sangat lambat, sehingga berlangsungnya proses kristalisasi sangat leluasa. Oleh karena itu, batuan beku dalam terdiri atas kristal-krital penuh, mempunyai struktur (susunan) holokristalin atau granitis. Contohnya : batu garanit, diorite, gabro dan seynit.


2. Beku Gang

Batuan ini terbentuk di dalam korok2 atau gang2 di dalam kulit bumi. Karena tempatnya dekat permukaan, pendinginannya lebih cepat. Itulah sebabnya batuan ini terdiri dari Kristal besar, Kristal kecil, dan bahkan ada yang tidak mengkristal, yaitu bahan amorf. Contohnya : granit porfir dan diorite porfirit.


3. Beku Luar

Batuan ini terbentuknya di luar kulit bumi, sehingga turunnya temperatur cepat sekali. Zat2 dari magma hanya dapat membentuk kristal2 kecil, dan sebagian ada yang sama sekali tidak dapat mengkristal. Contohnya : liparit dan batu apung.


Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan dari batuan-batuan beku, batuan yang mengalami pelapukan, dan erosi. Pada awalnya batuan ini lunak, lambat laut mengeras karena proses pembatuan. Berdasarkan jenisnya, batuan berku dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut:


1. Sedimen Aeolis. Pengangkut batuan ini adalah angin, contohnya : tanah los, tanah turf, dan tanah pasir di gurun.


2. Sedimen Glasial. Pengangkutan batuan ini adalah es. Contohnya : moraine (moraine).


3. Sedimen Aquatis. Pegangkutan batuan ini adalah air. Contohnya : Breksi (Brecci) adalah batuan sedimen yang terdiri dari batu2an yang bersudut tajam yang sudah melekat satu sama lain. Konglomerat adalah batuan sedimen yang terdiri dari batu2an yang bulat2 yang sudah melekat satu dengan yang lainnya. Batu Pasir adalah batuan sedimen yang berbutir-butir dan melekat satu sama lain.


Batuan metamorf adalah batuan beku yang telah mengalami perubahan sifat karena pengaruh suhu dan tekanan tinggi. Batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut:


1. Metamorf Kontak

Batuan ini terjadi akibat suhu yang sangat tinggi. Biasanya terletak dekat dengan dapur magma. Contohnya : marmer, dan batu bara.


2. Metamorf Dinamo

Batuan ini terjadi karena tekanan yang tinggi dan dalam waktu yang lama, disebut juga metamorf kinetis. Contohnya: batu asbak, antrasit, schist dan shale.


3. Metamorf Pneumatolitis

Terjadi karena pengaruh suhu yang tinggi dan mendapat tambahan gas lain pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Contohnya, batu permata dan topas.


Materi

Materi



Tektonisme

Tektonisme adalah perubahan/pergeseran letak lapisan kulit bumi secara mendatar atau vertikal. 

Jadi yang dimaksud dengan gerak tektonik adalah semua gerak naik dan turun yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi. Gerak ini dibedakan lagi menjadi :


Gerak Epirogenetik

Gerak epirogenetik adalah gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lambat, berlangsung dalam waktu yang lama, dan meliputi daerah yang luas. Gerak epirogenetik dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Epirogenetik Positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut naik. 

2. Epirogenetik Negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut turun.


Gerak Orogenetik

Gera orogenetik adalah gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang relatif lebih cepat dan meliputi daerah yang tidak begitu luas. Bentuk gerakan orogenetik dibedakan menjadi empat, yaitu:


1. Wrapping (Pelengkungan)

Pada muka bumi yang terdapat bentukan jenis ini, dataran akan melengkung ke atas sehingga terbentuk suatu kubah atau yang disebut juga dengan Dome. Hal ini disebabkan gerak vertikal yang tidak merata di suatu daerah, khususnya di daerah yang berbatuan sedimen.

Selain kubah, ada juga yang mengarah ke bawah hingga membentuk cekungan atau basin, diameternya dapat mencapai beberapa mil.


2. Folding (Lipatan)

Pelipatan akan terjadi apabila struktur batuan pada suatu daerah menderita suatu tekanan yang lemah. Namun, berlangsung lama dan belum melampaui titik patah batuan sehingga hanya membentuk lipatan.

Bagian puncak suatu lipatan disebut dengan antiklin, sedangkan lembahnya disebut dengan sinklin.


3. Jointing (Retakan)

Retakan pada muka bumi terbentuk karena adanya pengaruh gaya regangan yang mengarah ke dua arah yang berlawanan pada muka bumi sehingga terjadi retakan2, tetapi masih bersambung.

Retakan biasanya terjadi pada batuan yang rapuh sehingga tenaga yang kecil saja sudah dapat membuat muka bumi retak-retak.

Pada umumnya retakan ini ditemukan pada puncak antiklinal, yang disebut tektonik joint.


4. Faulting (Patahan)

Jika folding atau pelipatan membentuk muka bumi dalam waktu yang berlangsung lama maka faulting atau patahan terjadi karena tekanan yang kuat dan berlangsung sangat cepat.

Batuan tidak hanya mengalami retakan, juga mengalami displacementatau sudah terpisah satu dengan lainnnya.

Pada umumnya, daerah sepanjang patahan merupakan daerah pusat gempa bumi karena selalu mengalami pergeseran batuan kerak bumi.

Patahan dapat menyebabkan turunnya bagian kulit bumi atau yang disebut dengan graben, atau yang sering disebut juga dengan slenk.

Selain menyebabkan turunnya bagian kulit bumi, patahan juga dapat menyebabkan naiknya kulit bumi.

Hal ini terjadi apabila bagian diantara dua patahan mengalami pengangkatan sehingga menjadi lebih tinggi dari daerah sekitarnya, atau yang biasa disebut dengan horst.

Prinsip-Prinsip Pergeseran Lempeng Litosfer Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa litosfer yang tipis berada di atas asthenosfer yang bersifat cair (plastis).

Menurut para ahli geologi litosfer tersebut terkoyak-koyak disana-sini sehingga terpecah-pecah membentuk suatu kepingan yang disebut lempeng litosfer dan bergerak akibat adanya arus konveksi di asthenosfer.

Jadi, tanah yang kita injak sebetulnya bergerak rata2 sejauh 1 – 10 cm per tahun.

Dengan adanya gerakan tersebut maka lempeng litosfer saling berdesakan dan bertumbukan, maka timbul prinsip2 pergeseran lempeng litosfer, yaitu :

Lempeng litosfer saling bertumbukan (divergensi) dimana salah satunya sampai menyusup di bawah lempeng litosfer lainnya.

Lempeng litosfer saling berpapasan, yang membentuk sesar mendatar. Lempeng litosfer saling memisah (konvergensi), yang membentuk punggungan di tengah samudera. 


Vulkanisme

Vulkanisme (britannica.com)

Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan aktivitas gunung api, yaitu pergerakan magma dari dalam litosfer yang menyusup ke lapisan yang lebih atas atau sampai ke permukaan bumi.

Di dalam litosfer, magma menempati suatu kantong yang dinamakan dapur magma (batholit). Kedalaman dan besar dapur magma itu sangat bervariasi. 

Ada dua jenis bentuk gerakan magma yang berhubungan dengan vulanisme, yaitu intrusi dan ekstrusi magma.


Intrusi Magma

Intrusi magma adalah kegiatan magma sebelum mencapai permukaan bumi. Bentuk-bentuk intrusi magma antara lain: 


1. Batolit

Bentuk atau jenis dari intrusi magma yang pertama adalah batolit. Batolit merupakan batuan beku yang terbentunya di dalam dapur magma.  Batolit ini terbentuk sebagai akibat dari penurunan suhu yang terjadi sangat lambat.


2. Lakolit

Jenis atau bentuk dari intrusi magma yang kedua adalah lakolit. Yang dimaksud dengan lakolit yakni merupakan magma yang menyusup di antara lapisan- lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan yang berada di atasnya menjadi terangkat sehingga akan menyerupai lensa cembung. Sementara permukaan yang berada di atasnya tetap rata atau datar.


3. Sill

Bentuk intrusi magma yang selanjutnya adalah Sill. Sill adalah lapisan magma yang tipis yang menyusup di antara lapisan- lapisan batuan yang ada di bawah permukaan Bumi. 

Ya, karena intrusi magma sendiri merupakan istilah yang menggambarkan kegiatan material- material yang ada di bawah permukaan Bumi.


4. Diatrema

Bentuk intrusi magma yang selanjutnya atau yang keempat adalah diaterma. Diatrema merupakan batuan yang mengisi pipa letusan.

Pipa letusan sendiri mempunyai bentuk silinder, yang terdapat mulai dari dapur magma sampai dengan ke permukaan Bumi. Kita bisa membayangkan betapa panjangnya pipa letusan ini.

Pipa letusan juga merupakan jalan atau pengubung yang menghubungkan antara magma yang ada di dapur magma dengan permukaan Bumi. Pipa letusan ini biasanya terdapat di dalam gunung berapi yang masih aktif.

Pipa ini berupa tabung memanjang yang berasal dari dapur magma hingga tembus ke mulut gunung berapi, dan apabila magma keluar maka disebut dengan erupsi.


5. Intrusi Korok atau Gang

Korok atau yang disebut juga dengan gang adalah batuan hasil intrusi magma yang memotong lapisan- lapisan litosfer yang berbentuk pipih atau berbentuk lempeng.


6. Apolisa

Apolisa merupakan sebutan bagi semacam cabang dari intrusi korok atau yang dikenal juga dengan intrusi gang, namun ukurannya lebih kecil atau percabangan dari magma yang ukurannya kecil atau yang sering juga disebut dengan urat- urat magma.


Ekstrusi Magma

Ekstrusi magma adalah aktivitas magma yang dapat mencapai permukaan bumi. Bentuk-bentuk ekstri magma antara lain:


1. Lava

Lava, yakni magma yang keluar sampai ke permukaan Bumi dan mengalir hingga ke permukaan Bumi.


2. Lahar

Lahar, yaitu material campuran antara lava dan juga materi- materi yang terdapat di permukaan Bumi berupa pasir, kerikil atau bahkan debu dengan air sehingga membentuk lumpur.


3. Eflata

Eflata dan piroklastika, yakni material padat berupa bom, lapili, kerikil, dan juga debu vulkanik.


4. Ekhalasi

Ekhalasi atau gas, yakni material berupa gas asam arang, seperti fumarol yakni uap air dan zat lemas), solfatar atau sumber gas belerang, dan mofet gas asam arang.


Ciri Gunungapi Meletus yang Akan Meletus

  1. Gunung api yang akan meletus memberikan tanda-tanda yang dapat kita amati sebagai berikut:
  2. Temperatur di sekitar kawah naik.
  3. Banyak sumber air mengering
  4. Sering terjadi gempa
  5. Sering terjadi suara gemuruh di puncak gunung
  6. Banyak binatang yang turun atau berpindah-pindah


Bentuk-Bentuk gunung Api

Berdasarkan bentuknya, gunung apai di dunia dibedakan menjadi tiga, yakni bentuk perisai, kerucut, dan maar.


1. Perisai

Gunung api ini terbentuk karena letusan efusif (lemah). Magma yang dikeluarkan sangat encer sehingga lerengnya sangat landai dan mempunyai dasar gunung api yang sangat luas dengan sudut kemiringan lereng 1-10 derajat. Contohnya Gunung Loa dan Mauna Keu di Pulau Hawai


2. Kerucut

Gunung api ini terjadi karena erupsi campuran yang berupa letusan dan lelehan secara bergantian, sehingga lerengnya terdiri atas endapan lava yang berlapis-lapis.

Gunung ini seperti kerucut. Contohnya Gunung Merapi di Jawa Tengah, Gunung Ciremai di Jawa Barat, Gunung Fuji di Jepang, dan Gunung Agung di Bali


3. Maar

Gunung ini terjadi akibat dalamnya letusan eksplosif, yaitu dapur magma yang kecil dan dangkal mengakibatkan letusan satu kali dan mati.

Contohnya Gunung Lamongan dan Merdada di Dieng, Pegunungan Eiffel di Jerman, serta Gunung Auvergne di Perancis.


Macam-Macam Aktivitas Gunung Api

Berdasarkan Aktivitasnya, gunung api di dunia dgolongkan menjadi gunung api aktif, istirahat, dan mati.


1. Aktif

Gunung aktif adalah gunung api yang masih bekerja, kawahnya selalu mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Contohnya Gunung Stromboli.


2. Mati

Gunung api mati adalah gunung api yang sejak tahun 1600 sudah tidak meletus lagi. Contohnya Gunung Sumbing dan Gunung Patuha


3. Istirahat

Gunung istirahat adalah gunung api yang sewaktu-waktu meletus dan kemudian istirahat kembali. Contohnya Gunung Ciremai dan Gunung Kelud.


Tipe-Tipe Letusan Gunung Api

Berdasarkan tipenya, gunung api di dunia dibedakan sebagai berikut:


1. Tipe Hawaii

Tipe letusan ini terjadi karan lava yang sangat cair dan berbentuk seperti perisai atau tameng.

Letusan gunung ini tidak bersifat eksplosif atau letusan yang dahsyat, tetapi sering kali hanya ditandai dengan keluarnya lava yang sangat cair. Contoh Gunung Mauna Loa, Mauna Kea, dan Kilaukea di Hawaii


2. Stromboli

Tipe letusan ini bersifat spesifik, yaitu letusan terjadi dengan jarak atau interval waktu yang hampir sama. Contohnya Gunung Vesuvius (Italia), dan Gunung Raung (Jawa)


3. Vulkano

Tipe letusan ini mengeluarkan material padat seperti bom, abu, lapili, serta bahan-bahan padat dan cair atau lava. Contohnya Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.


4. Merapi

Tipe letusan ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi makin bertambah kuat sehingga sumbatan terangkat pecah-pecah.  

Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas yang akhirnya terlempar keluar menuruni lereng gunung sebagai ladu.  Selain itu, terjadi pula awan panas di Indonesia yang sering disebut dengan Wedhus Gembel.


5. Perret

Tipe letusan ini sangat berbahaya dan merusak lingkungan. Pada tipe ini, material yang dilemparkan mencapai ketinggian sekitar 50 km. Contoh Gunung Krakatau tahun 1883 dan St. Helens tanggal 18 Mei 1980.


6. Pelee

Tipe letusan ini biasanya terjadi jika di puncak gunung api terdapat sumbatan kawah yang berbentuk seperti jarum sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi bertambah besar. 

Apabila sumbatan kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus dan mengeluarkan awan panas. Contoh Gunung Pelee di Pulau Martinique.


7. Saint VIncent

Tipe letusan ini terjadi pada gunung api yang mempunyai danau kawah. Selanjutnya, jika gunung api tersebut meletus, air danau kawah akan tumpah bersama lava. 

Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat berbahaya, juga awan panas. Contoh letusan Gunung Kelud tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent tahun 1902.


Gejala Pasca Vulkanik

Gejala pasca vulkanik adalah tanda yang biasa dipakai sebagai pedoman bahwa gunung api sudah padam atau hampir padam dengan ciri-ciri sebagai berikut:


1. Ekshalasi

Ekshalasi yang berbentuk fumarol (H2O), solfatar (H2S), dan mofer (CO2). Apabila di suatu daerah ditemukan gejala-gejala tersebut, tandanya gnung api sudah padam atau hampir padam. Misanya, Dieng (Jawa Tengah).


2. Mata Air Panas

Mata air panas adalah mata air yang terletak di dekat dapur magma dan keluar menjadi air panas, misalnya di Cimelati (Jawa Barat).


3. Mata Air Makdani

Mata air makdani adalah mata air panas yang mengandung mineral (belerang), misalnya Maribaya (Jawa Barat), dan Baturaden (Jawa Tengah)


4. Geyser

Geiser adalah mata air panas yang memancar, tetapi tidak memancar terus menerus, misalnya di Irlandia dan Yellowstone Park (Amerika Serikat).


Seisme

Seisme

Seisme (Gempa Bumi) adalah getaran-getaran permukaan bumi yang disebabkan oleh energi gerak dari dalam bumi yang melepaskan kekuatan-kekuatan dan mengakibatkan pergerakan-pergerakan batuan.

Akibanya adanya tektonisme, vulkanisme, maupun runtuhan bagian bumi (gua) terjadilah gempa-gempa yang terasan kepada kita disebabkan rambatan gelombang gempa.


Klasifikasi Gempa

Gempa bumi dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor penyebabnya dan jarak pusat gempa, sebagai berikut


1. Klasifikasi berdasarkan Jarak Pusat Gempa

  • Gempa Dalam, jika hiposentrumnya terletak antara 300-700 km di bawah permukaan bumi.
  • Gempa Intermidier, jika hiposentrumnya terletak antara 100-300 km di bawah permukaan bumi.
  • Gempa Dangkal, jika hiposntrumnya terletak dari 100 km di bawah permukaan bumi.


2. Klasifikasi berdasarkan Faktor Penyebabnya

  • Gempa Tektonik atau Gempa Dislokasi, yaitu gempa yang terjadi setelah terjadinya dislokasi atau karena gerakan lempeng. Gempa inilah yang dapat berakibat parah, terutama jika jarak hiposentrumnya dangkal.
  • Gempa Vulkanik, yaitu gempa yang terjadi sebelum, pada saat dan sesudah peristiwa letusan gunung api.
  • Gempa Buatan, yaitu gempa yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Misalnya gempa yang terjadi akibat ledakan dinamit yg di gunakan untuk membuat gua/lubang untuk kegunaan penggalian atau pertambangan.
  • Gempa Runtuhan, gempa yang terjadi akibat runtuhya bagian atas litosfer, karena bagian sebelah dalam bumi berongga. Misalnya gempa di daerah kapur.


3. Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Episentrum

  • Gempa Linier, jika episentrumnya berbentuk garis. Contohnya gempa tektonik karena bentuknya bisa berupa daerah patahan.
  • Gempa Sentral, jika episentrumya berbentuk titik. Contohnya gempa vulkanik atau gempa runtuhan


Penentuan Pusat Gempa

Cara menentukan pusat terjadinya gempa di permukaan bumi atau letak episentrum dapat dilakukan dengan menggunakan metode homoseista, yaitu suatu metode penentuan letak episentrum dengan melakukan pencatatan waktu datangnya gelombang gempa yang pertama (gelombang primer)  pada waktu yang bersamaan dari minimal tiga tempat yang berbeda.

Untuk menentukan letak episentrum caranya sebagai berikut : Dengan menggunakan hasil pencatatan seismograf.

Cara ini dengan menggunakan 3 seismograf, yaitu satu seismograf vertikal, atu seismograf horizontal yang berarah utara dan selatan sedang satu lagi seismograf berarah timur dan barat. Dengan menggunakan 3 tempat yang terletak satu homoseiste.

Cara ini dengan menggunakan seismograf di 3 tempat yang merasakan getaran gempa pada saat yang sama. Pertama-tama kita hubungkan tempat seismograf yang satu homoseiste. Karena 3 seismograf maka didapat 2 garis.

Dua garis itu dibuat garis sumbu, sehingga episentrum terletak pada pertemuan dua garis sumbu. Dengan menggunakan 3 tempat yang mencatat jarak episentrum.

Untuk menentukan jarak episentrum digunakan rumus Laska : ∆ = { (S – P ) } – 1′ x 1.000 km ∆ = delta = jarak episentrum S – P = selisih waktu pencatatan gelombang primer dengan gelombang sekunder dalam satuan menit.

1′ = satu menit.

Contoh :

Gelombang S tiba pada pukul 10.29’44”, sedang gelombang P tiba pada pukul 10.25’14”. berapakah jarak episentrum sebuah seismograf dari daerah Z ?


Jawab :

{ ( 10.29’44” – 10.25’14” ) } – 1′ x 1.000 km = ( 4 1/2 – 1′ ) x 1.000 km = 3.500 km.


Sekarang misalnya letak episentrum dari 3 tempat, yaitu Z = 3.500 km, Y= 5.250 km, dan X = 3.750 km.

Maka cara membuatnya :

Dibuat perbandingan skala horizontal 1 cm = 1000 km. maka Z = 3,5 cm, Y = 5,25 cm, X = 3,75 cm. Buat lingkaran sesuai jari2 Z,Y,X.

Ketiga lingkaran akan berpotongan pada satu titik E (episentrum). Dengan menggunakan lingkaran isoseiste.

Dari laporan secara visual dapat dibuat tanda2 pada peta yang kemudian dapat ditentukan beberapa isoseiste di daerah bencana gempa.

Dengan mengetahui lingkaran atau elips isoseiste itu dari luar kea rah dalam, dapat ditentukan tempat episentrum. 


Tenaga Eksogen

Tenaga Eksogen

Tenaga Eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi, antara lain berasal dari hujan, panas matahari, angin, aliran air, dan luncuran gletser serta makhluk hidup.

Tenaga eksogen dapat mengubah bentuk permukaan bumi menjadi berlubang, berbukit dan bentuk lainnya. Tenaga eksogen ini bersifat merusak.

Artinya menyebabkan terjadinya kikiksan atau erosi, pelapukan, dan pengangkutan material (mass wasting). Pada prosesnya menghasilkan bentuk sisa (residual) dan bentuk endapan (depositional).

Tenaga eksogen dapat di bagi menjadi :


Pelapukan

Pelapukan adalah segala perubahan dalam batuan karena pengaruh keadaan cuaca (misalnya air, suhu). Adanya perbedaan temperatur yang tinggi dan rendah, sangat besar pengaruhnya terhadap batu2an. Macam-macam jenis pelapukan antara lain :


1. Pelapukan Fisis (Pelapukan Mekanik).

Pelapukan mekanik merupakan pelapukan batuan yang tidak disertai dengan perubahan susunan kimia, seperti batuan yang besar pecah dan berubah menjadi semakin kecil, selanjutnya sampai halus, tetapi susunan kimianya sama dengan batuan induknya. 

Sebab-sebab pelapukan mekanis antara lain : Insolasi (pengaruh sinar matahari) dan perubahan suhu. Pembekuan. Pengerjaan garam. Daya erosi Gelombang laut yang memukul pantai.


2. Pelapukan Kimia

Pelapukan kimi merupakan pelapukan batuan melalui proses kimia yang disertai dengan perubahan susunan zat dari mineral batuan induknya. Contohnya : hancurnya batuan karena larutan batuan kapur yang dicampur oleh air hujan yang banyak mengandung CO2.


3. Pelapukan Biologis (Pelapukan Organik)

Pelapukan organik merupakan pelapukan batuan yang disebabkan oleh oraganisme2 (tumbuh2an, hewan, dan manusia). 

Manusia dapat merusak ekosistem yang lebih besar lagi, tetapi dapat juga memelihara ekosistem yang sudah rusak dan memperbaharui lagi. Pelapukan organis sebagian masuk pelapukan fisik dan sebagian masuk pelapukan kimia. 

Pelapukan bioligis dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : Pelapukan biologis fisik, misalnya tekanan akar, merayapnya cacing, dan sebagainya. 

Pelapukan biologis kimia, misalnya pelapukan bunga tanah (humus), pengerjaan jasad2 hidup pada batuan, yaitu dengan jalan mengeluarkan zat2 tertentu. 


Erosi (Pengikisan)

Erosi adalah proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga yang melibatkan pengangkatan benda2 seperti air, es, angin, dan gelombang arus. Macam-macam jenis erosi, yaitu :


1. Erosi Air

Air yang mengangkut batu2an yang hancur mempunyai kekuatan mengikis lebih besar. Peristiwa gesekan pada erosi air tergantung pada : kecepatan gerak, daya angkut air, dan keaadan permukaan.


2. Abrasi

Abrasi adalah pengikisan batuan yang disebabkan oleh pengerjaan air laut. Besar kecilnya gelombang atau kecepatan angin, dapat menimbulkan perubahan bentuk di sepanjang pantai disebut abrasi platform.


3. Gletser

Gletser yaitu pegikisan yang disebabkan oleh pengerjaan es . pengikisan oleh es disebut juga glacial/eksarasi. Di daerah pegunungan yang tinggi sering terdapat salju abadi atau es. Es bergerak turun melalui lereng dan mengikis dasar lereng gunung serta mendorongnya ke lembah.


4. Korasi

Korasi yaitu pengikisan yang disebabkan oleh pengerjaan angin.


Sedimentasi (Pengendapan) 

Lapisan hasil pelapukan yang terjadi dipermukaan bumi, baik di daratan yang rata maupun di lereng2 bukit, pegunungan atau gunung dipengaruhi oleh bermacam-macam kekuatan. 

Daerah yang terkena pelapukan maupun yang menerima hasil pelapukan menghasilkan struktur morfologi yang berbeda-beda. Bentukan-bentukan dalam proses pengendapan/sedimentasi di daerah pantai antara lain :


1. Pesisir (Beach). 

Adalah pantai yang terdiri atas endapan pasir sebagai hasil erosi.


2. Sandune 

Adalah bukit pasir di daerah pedalaman yang terjadi sebagai akibat hembusan angin di daerah pasir yang luas.


3. Spit dan Bar

Spit adalah material pasir sebagai proses pengendapan yang terdapat di muka teluk, berbentuk memanjang, dan salah satu ujungnya menyatu dengan daratan. 

Sedangkan ujung lain terdapat di laut. Bar adalah punggungan pasir dan kerikil yang diendapkan tepat diseberang teluk. Bila bar ini menghubungkan dua pulau disebut tambolo.


4. Delta

Adalah bentukan dari proses pengendapan erosi yang di bawa oleh aliran sungai di daerah pantai. Dalam proses sedimentasi/pengendapan ini akan menghasilkan batuan sedimentasi. 


Pengangkutan Material (Mass Wasting)

Pengangkutan material (mass wasting) terjadi karena adanya gaya gravitasi bumi sehingga terjadi pengangkutan atau perpindahan material dari satu tempat ke tempat lain. Proses mass wasting berlangsung dalam empat jenis pergerakan material.


1. Jenis pergerakan pelan (lambat). 

Rayapan merupakan bentuk dari jenis pergerakan lambat pada proses mass wasting. Rayapan adalah gerakan tanah dan puing batuan yang menuruni lereng secara pelan, dan biasanya sulit untuk diamati kecuali dengan pengamatan yang cermat. Rayapan terbagi menjadi beberapa jenis.

a) Rayapan tanah. Yaitu gerakan tanah menuruni lereng.

b) Rayapan halus. Yaitu gerakan puing batuan hasil pelapukan pada lereng curam yang menuruni lereng.

c) Rayapan batuan. Yaitu gerakan blok-blok secara individual yang menuruni lereng.

d) Rayapan batuan gletser (rock glatsyer creep). Yaitu gerakan lidah-lidah batuan yang tercampak menuruni lereng.

e) Solifluksi (solifluction). Yaitu aliran pelan masa batuan yang banyak mengandung air menuruni lereng di dalam saluran tertentu.


2. Jenis pergerakan cepat. Jenis pergerakan ini dapat dibagi sebagai berikut :

a) Aliran tanah. Yaitu gerakan berlempung atau berlumpur yang banyak mengandung air menuruni teras atau lereng perbukitan yang kemiringannya kecil.

b) Aliran lumpur. Yaitu gerak puing batuan yang banyak mengandung air menuruni saluran tertentu secara pelan hingga sangat cepat.

c) Gugur puing. Yaitu puing-puing batuan yang meluncur di dalam saluran sempit menuruni lereng curam.


3. Longsor lahan (landslide). 

Gerakan yang termasuk dalam kategori ini merupakan jenis yang mudah diamati, dan biasanya berupa puing massa batuan. Gerakan tersebut dapat dibagi menjadi :

a) Luncur. Yaitu gerakan penggelinciran dari satu atau beberapa unit puing batuan, atau biasanya disertai suatu putaran ke belakang pada lereng atas di tempat gerakan tersebut terjadi.

b) Lonsor puing. Yaitu peluncuran puing batuan yang tidak terpadatkan, dan berlangsung cepat tanpa putaran ke belakang.

c) Jatuh puing. Yaitu puing batuan yang jatuh hampir bebas dari suatu permukaan yang vertikal atau menggantung.

d) Lonsor batu. Yaitu massa batuan yang secara individu meluncur atau jatuh menuruni permukaan lapisan atau sesaran.

e) Jatuh batu. Yaitu blok-blok batuan yang jatuh secara bebas dari lereng curam,


4. Amblesan (subsidensi). 

Amblesan yaitu pergeseran tempat ke arah bawah tanpa permukaan bebas dan tidak menimbulkan pergeseran horizontal. Hal ini umumnya terjadi karena perpindahan material secara pelan-pelan di daerah massa yang ambles.



5. Denudasi

Adalah proses yang mengakibatkan perendahan relief daratan akibat longsor, pengerjaan manusia dan lain sebagainya.


Tanah

Tanah
Tanah adalah benda alami heterogen yang terdiri atas komponen padat, cair, dan gas yang memiliki sifat serta perilaku dinami.

Tanah terdiri atas 4 komponen, yaitu mineral (45%), bahan organik (5%), air (20%) dan udara (20-30%).


Faktor Pembentuk Tanah

Tanah terbentuk dari hasil pelapukan batuan secara biologis, fisik, dan kimiawi. Terbentuknya tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:


1. Iklim

Unsur iklim pembentuk tanah yaitu unsur suhu dan curah hujan yang mempengaruhi pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimiawi.


2. Organisme

Organisme berperan dalam pembentukan tanah secara biologis. Aktivitas organisme mendekomposisi bahan organik tanah seperti seresah daun dan ranting sehingga tanah kaya unsur hara.


3. Batuan Induk

Bahan utama pembentuk tanah adalah batuan induk yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf. Jenis batuan induk menentukan jenis tanah di wilayah tersebut. Susunan kimia dan mineral batuan induk mempengaruhi proses pelapukan batuan.


4. Relief/Topografi

Tinggi rendahnya permukaan bumi mempengaruhi tingkat erosi tanah oleh tenaga air. Topografi menentukan jumlah material hasil erosi yang diendapkan. Topografi juga mempengaruhi ketebalan tanah.


5. Waktu

Waktu menentukan perkembangan terbentuknya tanah ditunjukkan oleh ketebalan tanah. Berdasarkan perkembangannya tanah dapat diklasifikasikan menjadi tanah muda, tanah tua, dan tanah dewasa.


Sifat-Sifat Tanah

1. Sifat Fisik Tanah

Sifat – sifat fisik dari tanah ini meliputi beberapa hal, berupa tekstur tanah, struktur, konsistensi tanah, warna, suhu, lengas, permeabilitas tanah, porositas tanah dan juga drainase tanah.


a. Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan perbandingan dari partikel debu, pasir, serta lempung dalam suaut massa tanah. Tekstur tanah ini sangat mempengaruhi kemampuan tanah dalam hal daya serap air, ketersediaan air dalam tanah, infiltrasi dan juga laju pergerakan air.


b. Struktur Tanah

struktur tanah adalah susunan atau pengikatan dari butir -butir tanah yang membentuk agregat tanah dalam berbagai bentuk, ukuran serta kemantapannya. Di lahan yang berupa rawa atau gurun, struktur tanah ini kurang atau tidak terbentuk dikarenakan butiran tanahnya yang sifatnya tunggal atau tidak terikat satu sama lain.

Selain itu, struktur tanah ini juga bisa berubah dari struktur tanah aslinya dikarenakan tindakan manusia. Misalnya saja, kegiatan para petani dalam melakukan pembajakan, pemupukan, serta pengolahan tanah yang bisa mengubah struktur tanah aslinya.


c. Konsistensi Tanah

konsistensi tanah merupakan sifat fisik tanah yang menunjukkan besar kecilnya gaya kohesi dan adhesi tanah pada berbagai kelembapan. Sederhananya, konsistensi tanah bisa dipahami sebagai reaksi tanah ketika terdapat tekanan, seperti gejala gelincir, kegemburan, keliatan dan juga kelekatan tanah.

Konsistensi tanah ini dipengaruhi oleh tekstur tanah, kadar bahan organik dari tanah, kadar koloid dan juga lengas tanah.


d. Warna Tanah

Warna tanah merupakan suatu hal yang bisa menjadi petunjuk dari beberapa sifat tanah lain. Penyebab umum dari adanya perbedaan warna permukaan tanah ini adalah karena adanya perbedaan kandungan bahan organik dalam tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik, maka tanah akan semakin gelap warnanya.


e. Suhu Tanah

Suhu tanah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan mikrobiologi dan perkecambahan dari biji tanaman. Secara umum, semakin tinggi suhu suatu tanah hingga mencapai batasan tertentu, maka semakin meningkat pula kegiatan mikrobiologi dan perkecambahan yang bisa terjadi.


f. Langas Tanah

Langas tanah juga disebut sebagai kelembapan tanah. Langas tanah ini adalah kandungan air yang mengisi sebagian atau seluruh pori -pori tanah yang terdapat di atas muka air tanah. Air yang ada di pori -pori tanah dan merupakan air tanah, tidak termasuk dalam lengas tanah ini. Pada dasarnya, seberapa pun keringnya tanah, di dalam tanah tersebut selalu terkandung lengas tanah (soil moisture).


g. Permeabilitas Tanah

Permeambilitas tanah merupakan kecepatan air dalam merembes ke dalam tanah secara horizontal dan vertikal melalui pori -pori tanah. Kecepatan perembesan air ini dipengaruhi oleh tekstur tanah. Permeabilitas tanah juga diartikan sebagai kecepatan tanah dalam meresapkan air dalam kondisi jenuh.


h. Porositas Tanah

Porositas tanah merupakan perbandingan dari pori -pori dalam tanah terhadap volume massa tanah. Porositas tanah ini dinyatakan dalam presentase. Untuk tanah yang mampu dengan mudah atau cepat meresapkan air, maka tanah tersebut disebut tanah porous karena memiliki rongga pori -pori yang diminan.

Tanah yang bersifat porous ini contohnya adalah tanah berpasir. Tanah yang tidak bersifat porous contohnya tanah lempung.


i. Drainase Tanah

Drainase tanah adalah kemampuan tanah dalam mengalirkan serta mengatuskan kelebihan air yang ada di dalam tanah atau di permukaan tanah. Tanah yang memiliki drainase buruk akan menyebabkan air cenderung menggenang.

Untuk mengatasi hal ini, pada tanah tersebut perlu dibuat saluran air. Hal yang dapat mempengaruhi terjadinya genangan air ini di antaranya adalah topografi tanah, air tanah yang dangkal dan curah hujan.


2. Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah ini meliputi beberapa hal yakni bahan organik, unsur hara dan juga pH tanah.


a. Bahan Organik

Bahan organik tanah ini terdiri dari sisa -sisa tanaman serta hewan yang ada di dalam tanah, pupuk hijau, pupuk kandang, kompos, kotoran dan lendir cacing, serangga, serta binatang -binatang besar lain. Kandungan bahan organik tanah bisa dikenali dari warna tanahnya.


Tanah yang di dalamnya mengandung bahan organik tinggi relatif akan memiliki efek warna tanah cokelat hingga hitam,


b. Unsur Hara

Unsur hara merupakan unsur -unsur kimia yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh. Unsur hara yang disediakan oleh tanah ini dimanfaatkan oleh tanaman sebagai bahan makanan atau nutrisi. Sebab, tanaman juga membutuhkan unsur hara (esensial), di samping kebutuhan akan oksigen dan karbondioksida.


c. pH Tanah

pH tanah merupakan sifat kimia tanah menunjukkan derajat keasaman dari tanah. pH tanah ini bisa disebut normal jika nilainya berkisar 6,6 hingga 7,5. Pada pH tanah inilah, seluruh unsur hara tanah yang penting, seperti nitrogen tersedia dengan baik.


Sedangkan bila tanah pada kondisi sangat asam dengan pH kurang dari 4,0, maka reaksi kimia dalam tanah bisa menyebabkan unsur -unsur dalam tanah seperti unsur AI, Mn dan Fe jadi memiliki konsentrasi tinggi. Akibatnya, hal ini justru bisa bersifat meracuni.


3. Sifat Biologi Tanah

Sifat biologi tanah ini dibentuk oleh zat padat tanah yang berupa partikel -partikel tanah, bahan -bahan organik serta organisme tanah. Sifat biologi tanah dipengaruhi oleh beberapa unsur, meliputi :


a. Total Mikroorganisme Tanah

Ini merupakan jumlah total dari mikroorganisme yang ada dalam tanah yang berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Ketersediaan mikroorganisme dalam jumlah yang tinggi menunjukkan adanya keseimbangan komponen di dalam tanah. Komponen yang dimaksud antara lain seperti suplai makanan, energi serta temperatur yang cukup.


b. Jumlah Fungi atau Jamur Tanah

Jumlah fungi atau jamur tanah merupakan ketersediaan dari fungi di dalam tanah yang berperan dalam membantu dekomposisi bahan organik pada tanah yang bersifat asam.


c. Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)

Jumlah bakteri pelarut fosfat ini merupakan bakteri tanah yang berperan dalam mempengaruhi perubahan organik dengan cara melarutkan kandungan fosfat yang ada dalam tanah.


d. Total Respirasi Tanah

Total respirasi tanah merupakan pengukuran dari respirasi tanah yang akan menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Jika tingkat sirkulasi tanah semakin tinggi, maka jumlah organisme tanah juga akan semakin banyak.


Persebaran Jenis Tanah

Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanaha kan menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda.

Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah dengan klasifikasi yang berbeda.


1. Tanah Aluvial

Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terjadi karena endapan lumpur biasanya yang terbawa karena aliran sungai.

Tanah ini biasanya ditemukan dibagian hilir karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat hingga kelabu.

Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi maupun palawija seperti jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya karena teksturnya yang lembut dan mudah digarap sehingga tidak perlu membutuhkan kerja yang keras untuk mencangkulnya.

Tanah aluvial terdapat di pantai timur Sumatera serta di sepanjang Sungai Barito, Sungai Mahakam, Sungai Musi, Sungai Citarum, dan Sungai Bengawan Solo.


2. Tanah Andosol

Tanah andosol merupakan salah satu jenis tanah vulkanik dimana terbentuk karena adanya proses vulkanisme pada gunung berapi. Tanah ini sangat subur dan baik untuk tanaman.

Warna dari tanah andosol coklat keabu-an. Tanah ini sangat kaya dengan mineral, unsure hara, air dan mineral sehingga sangat baik untuk tanaman.

Tanah ini sangat cocok untuk segala jenis tanaman yang ada di dunia. persebaran tanah andosol biasanya terdapat di daerah yang dekat dengan gunung berapi.

Persebarannya di daerah lereng gunung api Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok


3. Tanah Entisol

Tanah entisol merupakan saudara dari tanah andosol namun biasaya merupakan pelapukan dari material yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi seperti debu, pasir, lahar, dan lapili.

Tanah ini juga sangat subur dan merupakan tipe tanah yang masih muda.

Tanah ini biasanya ditemukan tidak jauh dari area gunung berapi bisa berupa permukaan tanah tipis yang belum memiliki lapisan tanah dan berupa gundukan pasir seperti yang ada di pantai parangteritis Jogjakarta.

Persebaran tanah entisol ini biasanya terdapat disekitar gunung berapi seperti di pantai parangteritis Jogjakarta, dan daerah jawa lainnya yang memiliki gunung berapi.


4. Tanah Grumusol

Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Kandungan organic di dalamnya rendah karena dari batuan kapur jadi dapat disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman.

Tekstur tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim kemarau dan memiliki warna hitam. Ph yang dimiliki netral hingga alkalis.

Tanah ini biasanya berada di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan laut dan memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang. Perubahan suhu pada daerah yang terdapat tanah grumusol sangat nyata ketika panas dan hujan.

Persebarannya di Indonesia seperti di Jawa Tengah (Demak, Jepara, Pati, Rembang), Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Nusa Tenggara Timur.

Karena teksturnya yang kering maka akan bagus jika ditanami vegetasi kuat seperti kayu jati.


5. Tanah Humus

Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan. Mengandung banyak unsur hara dan mineral dan sangat subur.

Tanah Humus sangat baik untuk melakukan cocok tanam karena kandungannya yang sangat subur dan baik untuk tanaman.

Tanah ini memiliki unsur hara dan mineral yang banyak karena pelapukkan tumbuhan hingga warnanya agak kehitam hitaman.

Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya di Indonesia meliputi daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian wilayah dari Sulawesi.


6. Tanah Inseptisol

Inceptol terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan warna agak kecoklatan dan kehitaman serta campuran yang agak keabu-abuan. Tanah ini juga dapat menopang pembentukan hutan yang asri.

Ciri-ciri tanah ini adalah adanya horizon kambik dimana horizon ini kurang dari 25% dari horizon selanjutnya jadi sangatlah unik.

Tanah ini cocok untuk perkebunan seperti perkebunan kelapa sawit.Serta untuk berbagai lahan perkebunan lainnya seperti karet.

Tanah inseptisol tersebar di berbagai derah di Indonesia seperti di sumatera, Kalimantan dan papua.


7. Tanah Laterit

Tanah laterit memiliki warna merah bata karena mengandung banyak zat besi dan alumunium. Di indonesia sendiri tanah ini sepertinya cukup fimiliar di berbagai daerah, terutama di daerah desa dan perkampungan.

Tanah laterit termasuk dalam jajaran tanah yang sudah tua sehingga tidak cocok untuk ditanami tumbuhan apapun dan karena kandungan yang ada di dalamnya pula.

Persebarannya sendiri di Indonesia meliputi Kalimantan, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Timur.


8. Tanah Latosol

Jenis tanah ini juga salah satu yang terdapat di Indonesia, tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf.

Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya lempung dan memiliki solum horizon.

Persebaran tanah litosol ini berada di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi pula serta pada ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut.

Tanah latosol tidak terlalu subur karena mengandung zat besi dan alumunium.

Persebaran tanah latosol di daerah Sulawesi, lampung, Kalimantan timur dan barat, Bali dan Papua.


9. Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi dan adanya vulkanisme.

Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan cara menanam pohon supaya mendapatkan mineral dan unsur hara yang cukup.

Tekstur tanah litosol bermacam-macam ada yang lembut, bebatuan bahkan berpasir.

Biasanya terdapat pada daerah yang memiliki tingkat kecuraman tinggi seperti di bukit tinggi, nusa tenggara barat, Jawa tengah, Jawa Barat dan Sulawesi.


10. Tanah Kapur

Seperti dengan namanya tanah kapur berasal dari batuan kapur yang mengalami pelapukan.

Karena terbentuk dari tanah kapur maka bisa disimpulkan bahwa tanah ini tidak subur dan tidak bisa ditanami tanaman yang membutuhkan banyak air.

Namun jika ditanami oleh pohon yang kuat dan tahan lama seperti pohon jati dan pohon keras lainnya.

Tanah kapur tersebar di daerah yang kering seperti di gunung kidul Yogyakarta, dan di daerah pegunungan kapur seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur.


11. Tanah Mergel

Hampir sama dengan tanah kapur, jenis tanah ini juga berasal dari kapur, namun dicampur dengan berbagai bahan lainnya yang membedakan adalah ia lebih mirip seperti pasir.

Tanah mergel terbentuk dari batuan kapur, pasir dan tanah liat dan mengalami pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak merata.

Tanah ini subur dan bisa ditanami oleh persawahan dan perkebunan. Selain itu juga terdapat banyak mineral dan air di dalamnya.

Tanah ini banyak terdapat di daerah dataran rendah seperti di Solo (Jawa Tengah), Madiun dan Kediri (Jawa Timur).


12. Tanah Organosol

Tanah organosol terbentuk dari pelapukan benda organic seperti tumbuhan, gambut dan rawa. Biasanya terdapat di daerah yang memiliki iklim basah dan memiliki curah hujan tinggi.

Ketebalan dari tanah ini sangat minim hanya 0.5 mm saja dan memiliki diferensiasi horizon yang jelas, kandungan organic di dalam tanah organosol lebih dari 30% dengan tekstur lempung dan 20% untuk tanah yang berpasir.

Kandungan unsur hara rendah dan memiliki tingkat kelembapan rendah (PH 0,4) saja.

Tanah ini biasanya ditemukan di daerah pantai dan hampir tersebar di seluruh pulau di Indonesia seperti sumatera, papua, Kalimantan, jawa, Sulawesi dan nusa tenggara.


13. Tanah Oxisol

Tanah oxisol merupakan tanah yang kaya akan zat besi dan alumunium oksida. Tanah jenis ini juga sering kita temui di daerah tropis di Indonesia dari daerah desa hingga perkotaan.

Ciri-ciri dari tanah oxisol ini antara lain adalah memiliki solum yang dangkal dan ketebalannya hanya kurang dari 1 meter saja.

Warnanya merah hingga kuning dan memiliki tekstur halus seperti tanah liat.

Biasanya terdapat di daerah beriklim tropis basah dan cocok untuk perkebunan subsisten seperti tebu, nanas, pisang dan tumbuhan lainnya.


14. Tanah Padas

Tanah padas sebenarnya tidak juga bisa dibilang sebagai tanah karena sangat keras hampir seperti dengan batuan.

Hal ini dikarenakan kandungan air didalamnya hampir tidak ada karena tanah padas sangat padat bahkan tidak ada air.

Unsur hara yang ada di dalamnya sangat rendah dan kandungan organiknya sangat rendah bahkan hampir tidak ada. Tanah padas tidak cocok digunakan untuk bercocok tanam.

Jenis tanah ini tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia secara merata.


15. Tanah Pasir

Seperti dengan namanya tanah pasir merupakan pelapukan dari batuan pasir.  Tanah ini biasanya banyak di daerah sekitar pantai atau daerah kepulauan.

Tanah pasir tidak memiliki kandungan air dan mineral karena teksturnya yang sangat lemah. Tanah pasir akan sangat mudah ditemukan di daerah yang berpasir di Indonesia.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah tanah pasir terluas di dunia. Jenis tanaman yag cocok untuk tanah ini adalah umbi-umbian.

Hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki persebaran tanah pasir.


16. Tanah Podsol

Tanah podsol memiliki berbagai campuran tekstur mulai pasir hingga bebatuan kecil.

Ciri-ciri dari tanah podsol antara lain tidak memiliki perkembangan profil, warnanya kuning hingga kuning keabuan serta memiliki tekstur pasir hingga lempung.

Kandungan organiknya sangat rendah karena terbentuk dari curah hujan yang tinggi tapi suhunya rendah.

Persebaran tanah ini antara lain meliputi Kalimantan utara, Sulawesi utara dan papua serta daerah lainnya yang tidak pernah kering alias selalu basah.


17. Tanah Podsolik Merah Kuning

Tanah ini sangat mudah ditemukan di seluruh wilayah Indonesia karena persebarannya yang hampir rata.

Tanah ini bewarna merah hingga kuning dan kandungan organic serta mineralnya akan sangat mudah mengalami pencucian oleh air hujan.

Oleh karena itu untuk menyuburkan tanah ini harus ditanami tumbuhan yang memberikan zat organic untuk kesuburan tanah serta pupuk baik hayati maupun hewani.

Tanah ini dapat digunakan untuk perkebunan dan persawahan serta dapat ditemukan di Sumatera, Sulawesi, Papua, Kalimantan dan Jawa terutama jawa bagian barat.


18. Tanah Liat

Tanah liat adalah jenis tanah yang terdiri dari campuran dari aluminium serta silikat yang memiliki diameter tidak lebih dari 4 mikrometer.

Tanah liat terbentuk dari adanya proses pelapukan batuan silika yang dilakukan oleh asam karbonat dan sebagian diantaranya dihasilkan dari aktivitas panas bumi.

Tanah liat tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia secara merata. Biasanya digunakan untuk membuat kerajinan hingga keperluan lainnya.

Tanah liat biasanya memiliki warna abu abu pekat atau hampir mengarah ke warna hitam, biasanya terdapat di bagian dalam tanah ataupun di bagian permukaan.

Tanah liat hampir tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia, hanya yang membedakannya adalah kedalaman tanah tersebut.

Selain 18 Jenis tanah ada 10 jenis tanah lainnya yang ada di Indonesia ataupun di dunia.


Konservasi Tanah

Kerusakan tanah yang sering terjadi adalah erosi. Erosi merupakan suatu proses penghancuran tanah dan kemudian tanah tersebut dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, gletser, dan gravitasi.

Erosi terjadi secara terus menerus bisa berdampak fatal terhadap kehidupan manusia.

Erosi ini akan menyebabkan hilangnya berbagai mineral dan unsur hara yang sangat dibutuhkan bagi kesuburan tanah.

Oleh karena itu, diperlukan berabgai upaya agar hal tersebut tidak terjadi atau paling tidak bisa berkurang dampak negatifnya.

Usaha ini dikenal dengan konservasi tanah atau pengawetan tanah. Tindakan konservasi tanah sebagai berikut.


1. Metode Vegetatif

Metode vegetatif merupakan usaha konservasi tanah dengan memanfaatkan tanaman sebagai pencegahan terjadinya erosi, antara lain:


a. Reboisasi

Reboisasi adalah penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman tahunan, seperti akasia, angsana, dan flamboyan.

Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu/kotoran di udara lapisan bawah.


b. Contour Strip Cropping

Contour strip cropping atau penanaman secara kontur yaitu menanami lahan searah dengan garis kontur.

Fungsinya untuk menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3-8%


c. Buffering

Buffering atau penanaman tumbuhan penutup tanah yaitu menanam lahan dengan tumbuhan keras, seperti pinus, jati, dan cemara. Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan, memperlambat erosi, dan memperkaya bahan organik tanah.


d. Strip Cropping

Strip cropping atau penanaman tanaman secara berbaris, yaitu melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris (larikan). 

Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah angin. 

Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman diperbesar, pada kemiringan lebih dari 8% jarak tanaman dirapatkan. 

Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan mempertahankan kesuburan tanah.


e. Crop Rotation

Crop rotation atau pergiliran tanaman yaitu penanaman tanaman secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. 

Jenis tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar kesuburan tanah tidak berkurang.


2. Metode Mekanis

Metode mekanis merupakan suatu cara yang mengandalkan pada teknik-teknik tertentu untuk mengolah tanah, antara lain:


a. Contour Village

Contour village yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar resapan air.


b. Pembuatan Tanggul

Pembuatan tanggul dilakukan sejajar dengan kontur. Fungsinya agar dapat tertampung dan meresap ke dalam tanah. Pada tanggul dapat ditanami palawija.


c. Terassering

Terassering yaitu membuat teras-teras pada lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek sepanjang lereng, memperbesar resapan air, dan mengurangi erosi.


d. Saluran Drainase

Saluran drainase dibuat untuk memotong lereng panjang menjadi lereng pendek sehingga aliran dapat diperlambat dan mengatur aliran air sampai ke sungai.


3. Metode Kimia

Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah).

Tanah dengan struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan sehingga air infiltrasi tetap besar dan aliran air permukaan (run off) tetap kecil.

Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan. Walaupun cukup efektif, biayanya mahal.

Sekarang ini umumnya masih dalam tingkat percobaan-percobaan. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan ini, antara lain bitumen dan krilium.

Emulsi dari bahan kimia tersebut dicampur dengan air, misalnya dengan perbandingan 1:3, kemudian dicampur dengan tanah.

Berbagai metode konservasi tanah ini akan sangat efektif bila dilaksanakan secara bersama-sama. Misalnya, metode vegetatif dan mekanis karena kedua metode ini saling mendukung

iklan tengah