PAI VII BAB 1 Lebih Dekat dengan Allah Swt yang Sangat Indah Nama-Nya

Secara harfiah iman berarti percaya, sedangkan menurut istilah, iman berarti percaya dan meyakini dengan sepenuh hati, mengucapkan dengan lisan, dan membuktikan dengan perbuatan. 

Tanda-tanda keimanan dalam diri seseorang dapat terlihat dari amal perbuatan yang dikerjakan karena kepribadian diri seseorang merupakan pancaran dari iman yang ada di dalam diri seseorang. 

Iman kepada Alah Swt, merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun iman. 

Dengan demikian, keimanan kepada Allah Swt harus tertanam dengan benar kepada diri seseorang. 

Sebab jika iman kepada Allah Swt tidak tertanam dengan benar, kekeliruan ini akan berlanjut terhadap keimanan kepada malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, serta qadha dan qadar-Nya . 

Allah Swt. berfirman dalam Q.S. An-Nisa/4:136) 

"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh." 

Keimanan seseorang itu bisa tebal dan bisa tipis, bisa bertambah atau berkurang. Salah satu cara untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah Swt adalah dengan memahami nama-nama-Nya yang baik dan indah. Kita sering mendengar nama-nama indah itu dengan sebutah al-Asmau al-Husna


Asmaul Husna artinya nama-nama Allaw Swt yang baik.  Allah Swt mengenalkan dirinya dengan nama-namaNya yang baik, sesuai dengan firmanNya.

"Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebutnya Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-namaNya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan" (Q.S. al A/raf/7:180).

Rasulullah saw menjelaskan bahwa nama-nama Allaw Swt yang baik itu berjumlah 99. Barang siapa yang menghafalnya maka Allah Swt akan memasukkan ke dalam surgaNya.

Pada bab ini hanya empat Asmaul Husna yang akan kalian pelajari, yaitu al Alim, al Khabir, as Sami, al Basir.

Setelah mempelajari topik ini, kalian diharapkan dapat menjelaskan makna keempat al Asmaul Husna tersebutdan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1. Al Alim
Al Alim artinya Maha Mengetahui. Allah Swt mengetahui yang tampak atau yang gaib. Pengetahuan Allaw Swt tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Segala aktivitas yang dilakukan oleh makhluk diketahui oleh Allah Swt. Bahkan, peristiwa yang akan terjadi pun sudah diketahui oleh Allah Swt.

Dengan kata lain, pengetahuan Allah Swt itu tanpa batas. Luar biasa, bukan? Agar lebih yakin, perhatikan firmanNya berikut ini.

"Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang gaib. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula). Dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)" (Q.S. al An'am/6:59).

Subhanallah, luar biasa! Perlu kalian ketahui bahwa Allah Swt menyuruh kita untuk menggali ilmu sebanyak-banyaknya agar kalian dapat mengetahui ciptaanNya, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi.

Sesungguhnya, Allah Swt sangat menyukai orang yang rajin mencari ilmu pengetahuan dan mengamalkannya.

Perilaku yang dapat diwujudkan dalam meyakini sifat Allah al Alim adalah kita harus terus-menerus mencari ilmu-ilmunya Allah Swt dengan cara belajar dan merenungi ciptaanNya.

Tetapi ingat! Penting juga untuk diperhatikan bahwa kita tidak boleh merasa paling pandai. Orang berilmu itu harus tetap rendah hati. Seperti pohon padi, semakin berisi semakin merunduk.

2. AL Khabir
Al Khabir artinya Mahawaspada, mengetahui perkara yang tersembunyi. Allah Swt menciptakan milyaran makhluk dengan berbagai ragamnya.

Semuanya diketahui oleh Allah dengan detail, penuh kecermatan dan kewaspadaan, baik secara lahir maupun batin.

Tidak ada satu pun ciptaan Allah Swt yang salah sasaran. Ini menandakan bahwa Allah Mahawaspada. Allah dapat mengetahui secara detail apa yang dikerjakan makhluknya. Dalam Q.S. at Taubah/9"16 Allah Swt berfirman:

"....dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan" (Q.S. at Taubah/9:16)

Perilaku yang dapat diwujudkan bagi orang yang percaya bahwa Allah Swt Mahawaspada adalah hendaklah kita harus waspada dan cermat terhadap apa yang kita lakukan atau yang akan kita lakukan.

Kita harus waspada dan cermat dalam melaksanakan kegiatan, baik di sekolah, di rumah, maupun di tempat lainnya. Orang yang waspada akan mendapatkan hasil maksimal dan tidak akan menyesal di kemudian hari.

3. As-Sami'
As-Sami' artinya Maha Mendengar. Allah Swt Maha Mendengar semua suara apapun yang ada di alam semesta ini.

Pendengaran Allah Swt tidak terbatas, tidak ada satu pun suara yang lepas dari pendengaran-Nya, meskipun suara itu sangat pelan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya:

"....dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S. al-Baqarah/2:256).

Perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Allah Swt yang memiliki sifat Maha Mendengar adalah kita harus berupaya agar segala yang kita ucapkan merupakan perkataan yang baik dan berguna karena kita meyakini bahwa Allah selalu mendengar segara yang kita ucapkan.

Bahkan yang masih terbesit di dalam hati pun didengar oleh Allah Swt.

As-Sami' juga bisa diteladani dengan cara menjadi orang yang peka terhadap informasi. Sebagai generasi muslim kalian tidak boleh ketinggalan informasi.

Disamping itu, kalian harus terus berlatih untuk dapat memilah informasi yang baik dan yang buruk, yang hak dan yang batil.

4. Al-Basir
Al Basir artinya Maha Melihat. Allah Maha Melihat segala sesuatu walaupun lembut dan kecil. Allah Swt melihat apa saja yang ada di langit dan di bumi, bahkan seluruh alam semesta ini dapat dipantau.

Hal ini sesuai dengan firman-Nya:
"Sesungguhnya Allah mengetahui aoa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" (Q.S. al-Hujarat/49:18).

Perilaku yang mencerminkan keyakinan bahwa Allah Maha Melihat adalah hendaklah kita berusaha semaksimal mungkin untuk dapat melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini sebagai bahan renungan akan kebesaran Allah Swt.

Kita diajarkan untuk pandai dan cermat dalam memandang berbagai persoalan di sekeliling kita. Namun jangan lupa, kita juga harus selalu introspeksi diri untuk melihat kelebihan dan kekurangan kita sendiri agar hidup menjadi lebih terarah.

Sungguh hal ini sangat indah untuk diamalkan.

Orang yang beriman terntu merasa dekat dengan Allah Swt. Oleh karena merasa dekat, dia berusaha taat, menjalankan perintah, dan menjauhi laranganNya.

Sungguh bahagia dan beruntung manusia yang bisa seperti ini. Jadi, orang yang beriman akan mendapatkan berbagai keuntungan, antara lain sebagai berikut:

1. Selalu mendapat pertolongan dari Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firmanNya:
"Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)" (Q.S. al-Mu'min/40:51)

2. Sepanjang masa hidupnya tidak akan pernah merasa rugi. Sebaliknya, tanpa dibekali iman sepanjang usianya diliputi kerugian, sebagaimana firman Allah Swt berikut ini:
"Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjaan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran" (Q.S. al-Asr/103:1-3)

3. Hati menjadi tenang dan tidak gelisah. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt:
"(Yaitu) oran-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram" (Q.S. ar-Ra'd/13:28).


Abdullah bin Dinar berjalan bersama Khalifah Umar bin Khattab dari Madinah menuju Mekah. 

Di tengah perjalanan, bertemulah mereka berdua dengan anak gembala. 

Khalifah hendak mencoba menguji si gembala itu. "Wahai anak gembala, juallah kepadaku seekor anak kambing dari ternakmu itu!" ujar Amirul Mukminin. 

"Aku hanya seorang budak," jawab si gembala. 

Khalifah pun membujuk: "Kambing itu amat banyak. Apakah majikanmu tahu?" 

"Tidak, majikanku tidak tahu berapa ekor jumlah kambingnya. Dia tidak tahu berapa kambing yang mati dan berapa yang lahir. 

Dia tidak pernah memeriksa dan menghitungnya." 

Khalifah terus mencoba membujuk: "Kalau begitu hilang satu ekor kambing, majikanmu tidak akan tahu. 

Atau katakan saja nanti pada tuanmu, anak kambing itu dimakan serigala. Ini uangnya, terimalah! Ambil saja buat kamu untuk membeli baju atau roti." 

Anak gembala tetap tidak terbujuk dan mengabaikan uang yang disodorkan oleh Umar. 

Si pengembala diam sejenak. Ditatapnya wajah Amirul Mukminin. 

Dari bibirnya terucaplah kata-kata yang menggetarkan hati Khalifah Umar, "Jika Tuan menyuruh saya berbohong, lalu di mana Allah? 

Bukankah Allah Maha Melihat? Apakah Tuan tidak yakin bahwa Allah pasti mengetahui siapa yang berdusta? 

Umar bin Khattb gemetar mendengar ucapan si gembala itu. Rasa takut menjalari seluruh tubuhnya, persendian tulangnya terasa lemah. 

Dia menangis mendengar kalimat tauhid itu yang mengingatkannya kepada keagungan Allah Swt. dan tanggung jawabnya di hadapan-Nya kelak. 

Lalu dibawanya anak gembala yang berstatus budak itu kepada tuannya, Khalifah menebusnya, dan telah berkata kepadanya: "Telah kumerdekakan kamu, Nak. 


Muhammad Ahsan, dkk. 2017. Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas VII. Jakarta: Pusat Kurikulum Kmendikbud.

iklan tengah