Memahami Kualitas Air

Sebagai bagian dari kepedulian tentang keadaan lingkungan hidup, kualitas air menjadi bagian penting dalam isu pengembangan sumber daya air.

Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian, industri, rekreasi dan pemanfaatan air lainnya. 

Status kualitas air berkaitan dengan kuantitas air. Karakteristik fisik terpenting yang dapat mempengaruhi kualitas air, dan dengan demikian, berpengaruh pada ketersediaan air untuk berbagai pemanfaatan seperti tersebut diatas adalah konsentrasi sedimen dan suhu air.

Tinjauan kualitas air dalam pembahasan kali ini, akan menempatkan faktor sedimen dan suhu air sebagai unsur-unsur pencemar. Namun demikian, perlu disadari bahwa kajian tentang kualitas air serta bagaimana cara perhitungannya dan pengendaliannya terlalu luas untuk diulas dalam pembahasan kali ini. Oleh karenanya, tinjauan kualitas air dalam hal ini, lebih ditekankan pada keterkaitan kualitas air terhadap usaha-usaha pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS).

Sebagaimana telah diketahui bahwa pencemaran lingkungan perairan telah berlangsung selama bertahun-tahun. Pada awalnya, hal tersebut belum menjadi persoalan yang serius karena kebutuhan air bersih masih belum begitu mendesak.

Disamping itu, ketersediaan air, terutama penyebaran kuantitas air tahunan relatif masih merata. Dengan kata lain, perbandingan debit harian pada musim kemarau dan musim hujan tidaklah terlalu mencolok.

Akhir-akhir ini keadaan sumber daya air, terutama tingkat kualitas air, telah mengalami banyak perubahan. Degradasi lingkungan, terutama yang berkaitan dengan berkurangnya areal hutan secara meluas yang dibarengi dengan meluasnya praktek bercocok tanam yang tidak atau kurang mengindahkan kaidah-kaidah konservasi telah memberikan sumbangan yang signifikan untuk terjadinya perubahan perilaku aliran air dan menurunkan kualitas air.

Pada musim hujan, kuantitas air di perairan-perairan terbuka menjadi berlebih, dan dengan demikian meningkatkan kemungkinan terjadinya banjir, sementara pada musim kemarau besarnya debit aliran air di perairan tersebut menyusut drastis. Pada keadaan yang terakhir inilah status kualitas air menjadi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk lain yang kehidupannya tergantung pada sumber daya perairan.

Selain menurunya kualitas air yang disebabkan oleh faktor-faktor perubahan alam lingkungan seperti tersebut diatas, mencuatnya isu kualitas air semakin kuat dengan semakin banyaknya kegiatan industri yang membuang limbahnya ke perairan di sekitarnya tanpa dilakukan atau kurang memadainya "treatment"  yang seharusnya dilakukan oleh industri pembuang limbah.

Masalah ini menjadi lebih berat oleh kenyataan pesatnya laju pertambahan penduduk dan industri pemakai air permukaan dan air tanah.

Pemanfaatan sumber daya air, baik untuk keperluan industri, pertanian (termasuk peternakan) maupun untuk keperluan manusia perlu terlebih dahulu ditentukan status kualitas airnya (baku mutu air).

Sebagai contoh, di Jawa Barat, nilai baku mutu air ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur No. 31 tahun 1991. Menuurut S.K. tersebut, baku mutu air pertanian adalah tidak sama dengan baku mutu air untuk konsumsi manusia (air minum). Artinya, air untuk keperluan irigasi yang memiliki baku mutu D tidak dapat p begitu saja digunakan untuk air minum dengan baku mutu B.

Lebih lanjut, adanya perubahan karakteristik fisik, biologi dan kimia suatu perairan, dalam hal ini dikenal sebagai perubahan kualitas air, akibat adanya perubahan pemanfaatan lahan DAS misalnya, dapat menjadikan air yang sebelumnya dapat di konsumsi manusia menjadi sumber daya air yang tidak lagi dapat dimanfaatkan oleh manusia, tetapi masih dapat dipakai untuk keperluan lain sperti perikanan dan peternakan (baku mutu C atau pemanfaatan air untuk keperluan industri (baku mutu D).

Pembahasan mengenai kualitas air ini, dimaksudkan untuk mengulas secara ringkas tentang karakteristik-karakteristik perairan alam yang lazim dijumpai di daerah tropis serta berusaha mengidentifikasi bentuk-bentuk perubahan kualitas air sebagai akibat adanya perubahan tataguna lahan dalam skala DAS atau sub-DAS serta mengulas teknik-teknik pemantauan kualitas air dari DAS atau sub DAS yang bersangkutan.

Mempertimbangkan bahwa diskusi kualitas air juga meliputi karakteristik perairan seperti sedimen, unsur hara (nutrient), pestisida, logam berat, unsur kimia dan bahan-bahan radiasi lainna yang kemungkinannya juga berasal dari pemanfaatan lahan pertanian atau kehutanan, dalam pembahasan kali ini uraian akan lebih difokuskan pada jenis sumber pencemaran perairan yang berasal dari areal pertanian(non-point-sourches). 

Selain pencemat air yang bersifat non-point-sourches, dikenal pula pencemaran perairan yang berasal dari tempat-tempat yang secara pasti diketahui asalnya, misalnya pencemaran yang berasal dari pabrik yang menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses produksinya. Bentuk pencemaran ini dikenal sebagai pencemaran yang bersifat point sourches. 

Untuk membedakan kedua bentuk pencemaran diatas dapat dilihat dari cara  penanganan pencemaran air yang terjadi. 

Pada bentuk pencemaran perairan yang bersifat point sourches, cara penanggulanganya adalah melaui perbaikan prosedur treatment limbah air yang akan dialirkan ke sungai atau badan air lainnya. Sementara pada bentuk pencemaran yang bersifat non-point resourches, penanggulangannya dilakukan dengan cara memperbaiki praktek-praktek pengelolaan lahan (termasuk cara dan besarnya pemakaian sumber pencemar) di daerah yang diperkirakan sebagai asal pencemaran.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa cara penanggulangan pencemaran point sourches memerlukan waktu yang lebih singkat daripada pencemaran yang bersifat non-point sourches.

Telah dikemukakan bahwa membicarakan kualitas air (permukaan) pada dasarnya adalah membicarakan karakteristik kualitas air yang berasal dari sumber perairan alamiah, maka uraian tentang kualitas air akan dimulai dengan membahas karakteristik-karakteristik fisik , seperti suhu dan bahan terlarut dalam air serta karakteristik lain (kimia) yang terbentuk oleh persenyawaan bahan-bahan organik non-organik yang mempunyai peranan penting sebagai indikator kualitas air.

Karakteristik Fisik Perairan
Diantara karakteistik fisik perairan (alamiah) yang dianggap penting adalah konsentrasi larutan sedimen, suhu air, dan tingkat oksigen terlarut dalam suatu sistem aliran air. Larutan sedimen ayng sebagian besar terdiri atas larutan lumpur dan beberapa bentuk koloida-koloida dari berbagai material inilah yang seringkali mempengaruhi kualitas air dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya untuk kehidupan manusia dan bagi kehidupan organisme akuatik secara langsung atau tidak langsung.

Sementara itu, oksigen terlarut dalam perairan dapat dimanfaatkan untuk indikator atau sebagai indeks-indeks sanitasi kualitas air.



Sumber:

Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

iklan tengah