Sejarah Awal Pemotretan Dari Udara

Sumber: fotoudara.blogdetik.com
Sebelum membahas mengenai sejarah awal pemotertan dari udara, akan dijelaskan terlebih dahulu manfaat utama foto udara bila dibandingkan dengan pengamatan langsung di lapangan dengan mata telanjang (tanpa menggunakan alat). 

Manfaat utama foto udara meliputi beberapa hal, yaitu:

1. Meningkatkan titik keuntungan
Pemotretan dari udara memberikan pandangan mata burung atas daerah luas dan memungkinkan kita untuk melihat kenampakan permukaan bumi dalah hubungan keruangan. Singkatnya fotografi udara memungkinkan kita untuk mengamati "gambar yang besar" yang didalamnya terdapat obyek-obyek yang kita inginkan.

Sering sangat sulit bila tidak dikatakan tidak mungkin untuk memperoleh gambaran lingkungan tersebut melalui pengamatan di medan. 

Dengan pemotretan dari udara, dapat juga dilihat "kenampakan menyeluruh" dimana semua kenampakan di muka bumi yang dapat diamati direkam secara serentak. 

Informasi yang sama sekali berbeda dapat diperoleh oleh orang yang berbeda yang mengamati satu foto udara.

Hidrologiwan dapat memusatkan perhatiannya pada tubuh air permukaan, geologiwan pada struktur batuan, pakar pertanian pada jenis tanah dan tanaman dan sebagainya.

2. Kemampuan Untuk 'Menghentikan Kegiatan'
Tidak seperti mata manusia, foto dapat memberikan suatu gambaran "kegiatan yang berhenti" atas kondisi yang bersifat dinamik.

Misalnya, foto udara sangat berguna untuk mempelajari fenomena yang dinamik seperti banjir, populasi binatang liar yang bergerak,lalu lintas, tumpahan minyak, dan kebarakarn hutan.

3. Catatan Permanen
Foto udara pada dasarnya merupakan rekaman permanen atas kondisi yang ada. Dengan demikian rekaman tersebut dapat dipelajari dengan lebih enak, lebih banyak di kantor lapangan. 

Satu citra dapat dipelajari oleh pengguna yang banyak jumlahnya. Foto udara juga dapat dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh pada waktu sebelumnya sehingga perubahan sesuai dengan berlalunya waktu dapat dipantau dengan mudah.

4. Kepekaan Spektral Diperbesar
Film dapat mengindera dan merekam pada julat panjang gelombang sebesar dua kali lebih lebar daripada kepekaan mata manusia (0,3-0,9 μm dibanding 0,4-0,7 μm). 

Dengan fotografi, panjang gelombang Ultraviolet dan Inframerah pantulan yang tidak tampak dapat dideteksi dan kemudian direkam dalam bentuk citra yang tampak, sehingga kita dapat melihat fenomena yang tidak tampak oleh mata.

5. Meningkatkan Resolusi Spasial dan Ketelitian Geometrik
Dengan pemilihan yang tepat atas kamera, film, dan parameter penerbangan, kita dapat merekam data keruangan yang lebih rinci pada foto daripa yang dapat kita lihat dengan mata telanjang.

Dengan data rujukan lapangan yang tepat, kita juga dapat memperoleh pengukuran teliti atas posisi, jarak, arah, luas, ketinggian, volume, dan lereng berdasarkan foto udara.

Sesungguhnya, kebanyakan peta planimetrik dan peta topografik yang ada sekarang dihasilkan dengan menggunakan pengukuran-pengukuran dari foto udara.

SEJARAH AWAL PEMOTRETAN DARI UDARA
Fotografi lahir pada tahun 1839 dengan diungkapkannya ke publik tentang proses rintisan fotografik oleh Nicephore Niepse, Willian Henry Fox Talbot, dan Louis Jacques Mande Daguerre.

Pada tahun 1840, Argo, Direktur Observatorium Paris, menganjurkan penggunaan fotografi untuk survei topografi. 

Foto udara pertama yang dikenal dibuat pada tahun 1858 oleh seorang juru potret dari Paris yang bernama Garpard Felix Tournachon. Dia dikenal  dengan nama 'Nadar'. Dengan menggunakan sebuah balon untuk naik pada ketinggian 80 meter untuk memperoleh foto bagi daerah Bievre, Perancis.
Ilustrasi Pemotretan Udara Pertama Kali Oleh Nadar
Sumber: berkeley.edu

Setelah kejadian tersebut pemotretan dari balon berkembang kemana-mana.

Foto udara paling awal yang ada dibuat dari sebuah balon di atas Kota Boston pada tahun 1860 oleh James Wallace Black.

Foto Udara Kota Boston oleh James Wallacae Black
Sumber: kepotret.worrpress.com
Foto tersebut kemudian diabadikan oleh Oliver Wendell Holmes yang menguraikannya pada majalah Atlantic Monthly, bulan juli, 1863: "Boston, ketika rajawali dan burung camar melihatnya, tampak sebagai obyek yang jauh berbeda dengan ketika penduduknya yang padat melihat atap-atap dan cerobong asapnya".

Sebagai perkembangan penggunaanya didalam perolehan data meteorologi, layang-layang digunakan untuk memperoleh foto udara mulai sekitar tahun 1882.

Foto udara yang dibuat dengan layang-layang dilakukan oleh seorang ahli meteorologi berkebangsaan Inggris bernama E.D. Archibald.

Pada tahun 1890, A. Batut dari Paris menerbitkan suatu buku teks tentang perkembangan terakhirnya.

Pada awal dasawarsa 1900-an, pemotretan dari layang-layang oleh seorang bangsa Amerika, G.R. Lawrence, telah menarik perhatian dunia. Pada tanggal 18 April 1906, ia memotret San Fransisco setelah kejadian bencana gempa bumi besar dan kebarkaran.
"San Fransisco dalam puing-puing" dipotret oleh George R Lawrence 18 April 1986
(J. Robert Quick, Wright Patterson AFB)
Ia memasang kameranya hingga ketinggian 600 meter untuk memperoleh gambar itu. Kamera yang digunakan waktu itu sangat besar, menghasilkan foto negatif berukuran 1,4 x 2,4 m, dilaporkan bahwa berat kamera tersebut lebih berat daripada berat besawat Wright bersaudara beserta pilotnya.

Pesawat udara, yang ditemukan pada tahun 1903,  tidak digunakan sebagai wahana bagi kamera hingga tahun 1909 ketika seorang juru potret gambar hidup tentang biosfer menemani Wilbur Wrighat dan memotret gambar hidup dari udara yang pertama.
Contovelly, Italia. Fiti udara pertama diperoleh dari pesawat terbang, 24 April 1909
(J. Robert Quick, Wrighat Patterson AFB)
Gambar tersebut diatas dibuat atas Centoccelli Italia, selama salah satu latihan terbang oleh Wright bagi para Perwira Angkatan Laut Italia.

Perolehan foto udara menjadi hal yang jauh lebih praktis dengan pesawat terbang daripada dengan balon dan layang-layang. Pemotretan dari pesawat terbang memperoleh perhatian yang lebih besar bagi sandi kemiliteran selama Perang Dunia II. Banyak teknologi yang telah digunakan untuk memperoleh dan menginterpretasikan foto udara (dan jenis citra lain yang kita kaji) merupakan suatu perkembangan diri yang semula dikembangkan oleh militer.

Sumber:

Lillesand, Thomas M. dan Ralph W. Kiefer. 1979. Remote Sensing and Image Interpretation. John Wiley & Sons Inc. All right eserved ; diterjemahkan oleh Dulbahri dkk. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

iklan tengah