Alat Interpretasi Citra

Alat untuk interpretasi citra pada dasarnya dibedakan atas tiga bagian, yaitu alat pengamat, alat pengukur dan alat pemindah data hasil interpretasi citra.Disamping itu juga dipaparkan barang sedikit tentang alat analisis digital.

ALAT PENGAMAT
Alat pengamat citra memungkinkan kita untuk mengkaji citra secara visual. Alat ini terdiri dari dua jenis, yaitu alat pengamat nonstereoskopik dan alat pengamat stereoskopik.

Alat pengamat nonstereoskopik dapat digunakan untuk mengamati citra dengan kenampakan dua dimensional, sedangkan alat pengamat stereoskopik digunakan untuk pengamatan citra dengan kenampakan tiga dimensional atas citra yang bertampalan.

Baik alat pengamat nonstereoskopik maupun alat pengamat stereoskopik dibuat untuk pengamatan obyek dengan perbesaran tertentu.
Alat pengamat nonstereoskopik dapat berupa alat paling sederhana yaitu lensa pembesar (loupe) hingga alat yang lebih rumit misalnya alat pengamat warna aditif (additive color viewer).

Termasuk dalam alat pengamat nonstereoskopik yaitu lensa pembesar, meja sinar, pengamat optik dan elektronik. Penjelasan rinci masing-masing alat tersebut dapat anda baca pada kolom dibawah ini:

a. Lensa Pembesar
Lensa pembesar (monocular magnifer) berupa sebuah lensa yang dipasang pada lingkaran logam dengan sebuah pegangan.

Ukuran diameternya berkisar antara 5 cm hingga 10 cm. Sesuai namanya, lensa ini berfungsi untuk memperbesar perujudan obyek pada citra pada saat pengamatanya.

Pembesaran berkisar antara (2-4) kali yang pembesaranya rendah, dan antara (5-25) kali bagi yang pembesaranya tinggi.

Bagi lensa pengamat yang pembesaranya tinggi ini sering dilengkapi dengan sinar yang ditimbulkan pada alat yang sederhana, harga lensa pembesar ini murah dan ketersedianya paling besar.

b. Meja Sinar
Meja sinar merupakan alat pengamat citra yang dirancang tanpa pembesaran.

Citra yang diamati berupa transparansi, baik berupa film maupun diapositif. Ia dapat berupa gulungan film, lembaran film, atau bahan tembus cahaya lainya.

Bagian utama meja sinar terdiri dari lembaran kaca dan lampu untuk menyinarinya dari bawah. Sinarnya diatur sedemikian rupa sehingga merata, tidak terpusat di bagian tengah lembaran kaca.

Bentuk dan ukuran meja sinar beraneka, beberapa diantaranya dilengkapi dengan rol atau gulungan pemegang film.

c. Pengamat Optik dan Elektronik
Alat pengamat optik dan elektronik berkisar dari proyektor 'slide' yang manual hingga pengamat warna aditif yang dibuat untuk penyusunan dan pengamatan komposif warna.

Citra yang diamati dengan pengamat warna aditif berupa citra multi spektral hitam putih yang pada umunya berupa diapositif.

Citra multispektralnnya terdiri dari empat citra yang masing-masing menggunakan saluran yang berbeda.

Tiap citra disinari dengan warna aditif yaitu warna biru, hijau atau merah. Penyinaran ini dapat diatur  dengan 10 tingkat, sedang warna yang dikehendaki dapat diatur dengan filter.

Paduan antara dua, tiga, atau empat citra dengan warna dasar serta tingkat penyinaran serba beda akan membuahkan perwujudan warna paduan yang serba beda pula.

Pada warna paduan serba beda itu perujudan yang tak tampak pada citra tunggal jadi tampak dengan jelas.

Warna paduan yang dihasilkan oleh pengamat warna aditif dibeberkan pada layar. Warnanya dapat berupa warna asli atau warna semu.

Bila citra yang digunakan hanya tiga saluran yang kesemuanya termasuk spektrum tampak, warna yang dihasilkan berupa warna asli.

Bila dari tiga citra itu ada yang berupa citra inframerah, warna yang dihasilkan berupa warna semu.

Bila digunakan empat citra akan dibuahkan warna semu karena dari empat citra itu pada umunya ada yang berupa citra inframerah dekat.
Alat pengamat stereoskopik berupa stereoskop yang dapat digunakan untuk pengamatan tiga dimensional atas foto udara yang bertampalan.

Alat ini merupakan alat yang penting sekali dalam interpretasi citra, terutama bagi foto udara atau citra tertentu lainnya yang daripadanya dapat ditimbulkan perujudan tiga dimensional.

Pada dasarnya, alat ini terdiri dari lensa atau kombinasi antara lensa, cermin dan prisma. Alat optik pertama yang menggunakan prinsip stereoskopik ialah alat yang dibuat oleh Robert Wheatsone pada tahun 1883.

Steroskopik Wheatsone ini terdiri dari dua cermin untuk mengamati pasangan foto stereo agar tampak tiga dimensional.

Kemudian Sir Dacid Brewster menciptakan stereoskop dengan sepasang lensa cembung yang terpisah sejauh 9.52 mm. Ia menciptakan alat ini pada tahun 1849.

Kedua jenis alat ini berkembang terus hingga mencapai bentuknya yang sekarang  (LaPrade, 1980).

LaPrade selanjutnya membedakan stereoskop atas tiga karegori, yaitu : (1) stereoskop lensa, (2) setereoskop cermin, dan (3) stereoskop mikkroskopik.

Berikut ini adalah penjelasan masing-masing stereoskop tersebut:

a. Stereoskop Lensa
Dari beraneka stereoskop yang digunakan hingga sekarang, stereoskop lensa saku merupakan jenis stereoskpo yang banyak digunakan karena harganya murah, mudah dibawa, cara kerja dan pemeliharaanya sederhana.

Sebagian besar stereoskop lensa mempunyai spesifikasi yang sama, yaitu: (1) sistem lensa yang fokusnya tertentu yaitu dengan pasangan stereo pada bidang fokus,

(2) jarak lensa dapat disesuaikan terhadap jarak pupil mata,
(3) dapat dilipat serta dimasukan kedalam saku sehingga ia sering disebut stereoskop saku.
Perbesaranya berkisar antara dua hingga empat kali.

Akhir-akhir ini telah dikembangkan stereoskpo lensa yang enak untuk digunakan dalam pengamatan citra.

Ia berupa stereoskop lensa yang dilengkapi dengan 'stereomicrometer' yang dipasang pada stereoskop itu.

Stereoskop ini diletakan pada papan sekaligus sebagai kotak pembungkusnya.

Stereoskop ini disebut 'Techenmesstereoscope'. Ia dikembangkan untuk pekerjaan medan bagi geologiwan, pakar dan peneliti kehutanan, dan pakar bidang lain.

Kendala utama dalam pengamatan citra dengan menggunakan stereoskop lensa adalah jarak stereo yang terlalu pendek, yaitu hanya sekitar jarak lensanya.

Untuk mengamati foto berukuran baku yaitu 23 cm x 23 cm, hal ini sering menyulitkan. Dua foto yang merupakan pasangan stereo harus ditumpang tindihkan agar satu obyek yang tergambar pada dua foto memenuhi jarak stereonya.

Dalam pertumpang tindihan ini tidak jarang dialami bahwa foto yang satu justru menutup obyek yang akan diamati itu pada foto lainya.

Oleh karena itu, Galileo kemudian membuat stereoskop lensa yang dilengkapi dengan bagian untuk menggulung satu diantara pasangan foto stereo itu.

Dengan demikian maka stereo lensa itu dapat digunakan untuk pengamatan bagian daerah pertampalan tanpa kesulitan yang berarti.


ALAT PENGUKUR OBYEK
Ukuran obyek merupakan unsur interpretasi citra yang penting. Sebagai contoh, ukuran rumah mencerminkan kelas dan jenis penggunaan rumah.

Ukuran kemiringan lahan digunakan sebagai salah satu variabel untuk menilai potensi atau kelas lahan.

Ukuran lapangan olah raga merupakan kunci penting dalam mengenali apakah lapangan itu lapangan sepakbila atau lapangan tenis.

Karena pentingnya ukuran itu maka akan diuraikan alat-alat pengukur obyek pada citra. Alat tersebut meliputi alat pengukur arah, jarak, luas, tinggi, dan lereng.
tulisan disinii
tulisan disinii
tulisan disinii
tulisan disinii
tulisan disinii
tulisan disinii

ALAT PEMINDAH DATA HASIL INTERPRETASI
Baik interpretasi citra secara stereoskopik mupun nonstereoskopik, hasil interpretasinya digambarkan pada lembaran tembus cahaya.

Ukuran lembaran tembus cahaya ini sebesar ukuran citra bagi interpretasi nonstereoskopik, dan sebesar daerah pertampalan atau sebesar daerah efektif bagi interpretasi stereoskopik.

Daerah penelitian pada umumnya terdiri dari lembaran citra yang jumlahnya dapat mencapai puluhan, ratusan, bahkan ribuan lembar.

Gambaran kecil yang berjumlah banya tidak menguntungkan karena kita tidak dapat mengamati daerah penelitian dengan sekali pandang, atau setidak-tidaknya tergambar pada peta yang berukuran baku dan tidak banyak jumlah lembarnya.

Untuk maksud ini maka hasil interpretasi citra yang tergambar kecil-kecil dalam jumlah banyak itu harus dipindahkan ke peta dasar.

Pemindahannya memerlukan alat pemindah data. Pemindahannya dilakukan ke peta dasar yang geomoterinya teliti.

Karena peta menggambarkan obyek seperti tampaknya bila dilihat dari atas, sedang foto udara menggambarkan obyek secara sentris seperti tampaknya bila dilihat dari kamera atau sensor lainnya, letak obyek pada foto atau citra tidak sama dengan letaknya pada peta.

Oleh karena itu dalam pemindahan data hasil interpretasi citra ke peta dasar sambil dilakukan koreksi.

Jenis dan jumlah koreksi yang dapat dilakukan dngan alat pemindah data menentukan ketelitian alat itu.

Semakin banyak jenis koreksinya, pada umumnya alatnya digolongkan pada alat yang semakin teliti.

Kesalahan yang dapat digolongkan antara lain kesalahan letak topografik, kesalahan oleh tilt, atau kesalahan oleh keduanya.

Bagi jenis alat yang kurang teliti tidak mengoreksi kesalahan tersebut, akan tetapi dilakukan penyesuaian sakalanya terhadap skala peta dasarnya.

Alat pemindah data pada umumnya berfungsi sebagai pantograf, yaitu memindahkan data sekaligus memperbesar atau memperkecil skalanya.

Estes dan Simonet (1975) dan Light (1980) mengutarakan bahwa alat pemindah data hasil interpretasi citra dapat dibedakan atas dua bagian besar, yaitu alat pemindah data planimeterik dan alat pemindah data stereoskopik.
tulisan disinii
tulisan disinii

Sumber:
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

iklan tengah