Erupsi Gunung api

Erupsi gunungapi adalah suatu proses pelepasan material dari gunungapi, seperti lava, gas, abu dan lain sebagainya ke atmosfer bumi ataupun ke permukaan bumi dalam jumlah yang tidak menentu

Menurut KBBI, erupsi diartikan sebagai letusan gunung berapi atau semburan sumber minyak dan uap panas dari dalam bumi.

Proses erupsi ini dapat diartikan sebagai letusan gunung berapi atau semburan minyak dan uap panas dari dalam perut bumi.

Proses Terjadinya Erupsi
Proses terjadinya erupsi gunung api dikutip dariIlmugeografi, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada umumnya, erupsi terjadi karena adanya tekanan gas yang sangat kuat yang berasal dari dalam perut bumi yang secara terus menerus berusaha mendorong magma untuk keluar.

Tekanan gas tersebut nantinya perlahan akan membuat magma akan bergerak ke atas secara perlahan, hal ini terjadi karena massa magma lebih ringan dibandingkan dengan batuan padat disekitarnya.

Dalam proses tersebut, magma yang memiliki suhu sekitar 1200°C ini perlahan akan melelehkan batuan yang berada di sekitarnya, kemudian terjadi penumpukan magma dalam gunung tersebut.

Dari sinilah tekanan yang berasal dari dalam bumi akan semakin besar, hal ini terjadi karena magma tadi terhambat oleh lapisan batuan padat/litosfer yang sangat sulit untuk ditembus.

Karena adanya tekanan yang sangat kuat pada daerah ini, maka di tempat inilah tersimpan tenaga yang sangat kuat sehingga lapisan batuan di sekitarnya perlahan menjadi rapuh dan retak, dari celah retakan inilah nantinya magma akan menjalar keluar ke permukaan bumi.

Sambil menjalar, magma ini juga akan melelehkan saluran retakan tadi sehingga akan membentuk saluran batu yang disebut sebagai pipa kepundan.

Ketika lapisan batuan tadi sudah tidak dapat membendung tenaga yang sangat kuat dari magma, maka akan terjadi sebuah ledakan dan semburan yang sangat kuat sebagai reaksi dari pelepasan energi yang berasal dari dalam bumi tersebut.

Ketika magma tersebut berhasil keluar ke permukaan bumi, inilah yang kemudian disebut sebagai erupsi.

Menurut Sumintadireja (2000), proses terjadinya erupsi gunungapi adalah sebagai berikut:

Akar dari suatu gunungapi terletak sekitar 100-300 km dibawah permukaan bumi, pada kedalaman tersebut suhu yang sangat tinggi bisa meleburkan dan menjadikannya sebagai larutan silikat dan magma.

Karena magma ini lebih ringan dari batuan sekitarnya dan disertai oleh adanya tekanan gas, maka magma mengapung naik sebagai diapir melalui zona lemah atau rekahan/sesar.

Pada saat magma naik ke atas membentuk dapur magma yang menjadi sumber gunungapi.

Setelah magma naik dekat ke permukaan bumi tekanan menjadi turun, sehingga gas di dalam magma mengembang dan membuka kulit bumi sebagai suatu proses erupsi gunungapi yang menghasilkan aliran lava secara efusif atau bisa juga berupa letusan/eksplosif gunungapi sebagai piroklastik.

Erupsi gunungapi terletak pada daerah yang tertentu, biasanya di batas-batas lempeng yang saling bertumbukan, memisah dan bergeser antara lempeng itu sendiri.

Gunungapi yang muncul didalam lempeng disebut hot spot contohnya gunungapi di Kepulauan Hawai.

Gunungapi yang terbanyak berada di bawah permukaan laut sepanjang daerah punggungan samudera.

Hampir 80% gunungapi yang terletak di darat bersamaan dengan daerah subduksi, dimana pada kedalaman 100 km mulai terjadi peleburan sebagian yang melelehkan lempeng atasnya yang membentuk magma baru.

Magma yang berhasil naik ke permukaan memebentuk gunungapi yang baru.

Erpsi volkanik masing-masing menghasilkan lava dan piroklastik.

Erupsi magma yang membentuk gunungapi jika terpusat dinamakan erupsi sentral, jika terjadi di sepanjang rekahan disebut erupsi linier, dan apabila meliputi daerah yang cukup luas disebut erupsi areal.

Jika lokasi erupsinya berpindah-pindah maka disebut erupsi parasit atau erupsi samping

Jenis-Jenis Erupsi
Menurut Sumintadireja (2000), erupsi berdasarkan sumber kejadianya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Erupsi magmatik
Erupsi magmatik terjadi akibat magma yang berhasil naik dan kluar ke permukaan bumi, material volkanik dihasilkan oleh suatu proses erupsi yang eksplosif atau efusif, atau campuran antara erupsi eksplosif dan efusif.

2. Erupsi preatik
Erupsi preatik terjadi akibat adanya kontak air secara langsung maupun tidak langsung dengan magma. Air yang terpanaskan menjadi uap, letusan terjadi karena tekanan uap air lebih besar dari tekanan beban litostatis yang ada. Batuan hasil erupsi preatik umunya adalah batuan yang terletak insitu disekitar magma yang kontak dengan air

3. Erupsi preato magmatik
Erupsi preatomagmatik merupakan erupsi magmatik yang diawali oleh erupsi preatik dan diakhiri oleh erupsi yang bahannya berasal dari magma.

Proses erupsi magmatik, preatik, dan preatomagmatik bisa saja terjadi pada satu gunungapi yang sama, tetapi waktunya berbeda.

Bahan Erupsi
Menurut Sumintadireja (2000), bahan erupsi yang dikeluarkan oleh suatu gunungapi dibagi menjadi dua, yaitu (1) bahan erupsi magmatik, dan (2) bahan erupsi non magmatik.

1. Bahan Erupsi Magmatik
Erupsi magmatik  merupakan jenis erupsi yang menghasilkan lava, dipengaruhi oleh viskositas lava, kandungan gas, lamanya erupsi, dan komposisi magma. Bahan-bahan erupsi yang dihasilkan antara lain, Bom volkanik, lapili, abu gunungapi, batu apung, dan gas.

a. Bom Vokanik
Bom volkanik adalah gumpalan lava pijar yang dilemparkan ke udara secara eksplosif, kadang-kadang meledak di udara atau di permukaan tanah, bentuknya bundar atau lonjong, berukuran >64 mm, sangat tergantung viskositas dan jarak lempar dari pusat erupsinya.

b. Lapili
Lapili merupakan bahan erupsi gunungapi yang berasal dari magma, akibat erupsi eksplosif berukuran 2-64 mm, ringan dan berwarna terang.

c. Abu Gunungapi
Abu gunungapi merupakan bahan hasil erupsi gunungapi yang berasal dari magma, terbentuk oleh rupsi eksplosif, berukuran 2 sampai dengan <1/16 mm, berupa pasir termasuk debu vokaniknya (berukuran sangat halus).

d. Batu Apung (Pumice)
Batu apung dihasilkan oleh erupsi eksplosif, ekspansi gas yang mendadak keluar dari lava pijar yang dilemparkan membentuk tekstur vesikuler dan emngalami pendinginan yang cepat. Komposisi magmanya biasanya cenderung asam/felsik dengan viskositas (derajat kekentalan) yang tinggi. Jika berkomposisi basalt atau andesit dinamakan skoria atau cinder dengan lubang vesikulernya lebih dalam.

e. Gas
Gas erupsi magmatik antara lain Cl1, HCl, So2, Co, Co2, H2, N2, H2O (uap air) dan bahan padat halus NH4Cl, NH4F, FeCl2 dan SIO2. Bahan padat halus yang ada menyebabkan erupsi berwarna putih, coklat atau hitam, warna akan semakin gelap jika kandungan bahan padat  makin banyak. Menurut USGS/CVO Volcanic Emission Project (1996), beberapa gunungapi di dunia mengeluarkan gas dengan suhu yang sangat tinggi (>600 Celcius). Suhu saat ini di G. Hood yang merupakan lapangan fumarol dekat Center Rock, pada puncak daerah yang hampir melingkar pada musim panas suhu permukaanya mendekati 85 Celcius dan suhu fumarol maksimum sekitar 92 Celcius atau sedikit lebih tinggi dari titik didih air pada kedalaman 3100 m. Gas racun yang membahayakan biasanya terkonsentrasi di lembah misalnya di G. Tangkuban Perahu, G. Guntur, G. Papandayan, G, Cireme, G. Dieng dan G. Ijen. Gas racun di Dieng pada tahun 1979 menewaskan 149 orang.

2. Bahan Erupsi Non Magmatik
Erupsi magmatik merupakan hasil erupsi yang  tidak langsung berasal dari kegiatan magmatisme. Termasuk dalam jenis erupsi ini antara lain pecahan lava, abu gunungapi dan gas.

a. Pecahan Lava
Pecahan lava terjadi oleh proses mekanik atau peledakan kubah lava yang sudah mendingin dan menyumbat kawah yang ada. Akibat tekanan gas yang sangat kuat kubah lava kemudian dihancurkan.

b. Abu Gunungapi
Abu gunungapi dihasilkan oleh erupsi preatik, tetapi volumenya tidak sebanyak yang dihasilkan oleh erupsi magmatik.

c. Gas
Umumnya gas yang dikeluarkan oleh jenis erupsi ini berupa uap air (H2O), dan dalam jumlah yang sangat sedikit gas-gas yang terbawa bersama dengan erupsi.

Contoh Kasus Erupsi
Terdapat beberapa contoh kasus erupsi yang terjadi di belahan dunia, termasuk pula Indonesia.

Berikut ini adalah contohnya (dikutip dari Prihadi Sumintadireja, 2000 dalam bukunya "Volkanologi" terbitan ITB Bandung):

1. Gunung Galunggung (1982-1983)
Gunungapi ini terletak 70 km dari kota bandung ke sebelah tenggara.

Lubang kepundan terletak pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut, berbentuk tapal kuda dengan arah ke sebelah timur-tenggara.

Bentuk G. Galunggung sangat mirip dengan G. St. Helen setelah meletus pada tahun 1980, yang letusannya disebabkan oleh robohan bebas yang langsung menghasilkan ledakan.

Erupsi G. Galunggung terjadi pada bulan April 1982 sampai dengan Januari 1983. Sebelum tahun 1982 hanya terjadi 3 kali erupsi yaitu:

1) Pada tahun 1822, lahar menewaskan 4000 orang.
2)  Pada tahun 1984, lahar menghancurkan 50 desa.
3) Pada tahun 1918, terbentuk kubah lava dengan garis tengah 600 m.

Erupsi tahun 1982, dimulai pada kubah lava G.

Jadi yang terbentuk pada tahun 1918, berbentuk kubah lava sekarang sudah hancur dan menjadi tempat kawah yang baru.

Erupsi berlangsung selama kurang lebih 10 bulan, dengan erupsi utama lebih dari 60 kali dan sekitar 300 kali letusan yang kecil.

Kegiatan terakhir adalah terbentuknya kerucut cinder dengan pusat kawahnya yang mengalami banjir lava pada bulan Februari 1983.

Komposisi batuan yang dikeluarkan pada saat erupsi berangsur-angsur berubah dari asam/intermediate menjadi basa, dicirikan oleh turunya kadar SiO2 dari 51%, menjadi 49% dan akhirnya basaltik.

Sampai akhir agustus 1982 awan panas masih berlangsung, mencapai jarak sejauh 5 km dari pusat erupsi.

Hujan bom, lapili dan abu gunungapi menghalangi sinar matahari, sehingga kota Bandung yang berjarak 70 km dan Jakarta yang berjarak  250 km dari pusat erupsi, waktu siang keadaanya seperti malam hari.

Abu gunung api yang mencapai Jakarta tebalnya 1 cm, di Bandung sekitar 3-5 cm, emndekati gunung jarak 3 km tebalnya 25 cm, dan pada jarak 1 km tebalnya lebih dari 1 m.

Lahar mengalir melalui sungai Cikunir dan sungai Cibanjaran, pada saat hujan lebat turun sekitar bulan April-Mei 1982.

2. Gunung St. Helens, 1980
Gunung ini terletak di negara bagian washington Amerika Serikat bagian utara yang berbatasan dengan Kanada, pada saat erupsinya menghasilkan endapan letusan, debris avalanche, aliran piroklastik dan lahar.

Erupsi terjadi akibat robohan yang langsung menghasilkan ledakan. Erupsi hanya berlangsung kurang lebih selama 8 jam saja.

Suhu endapan jatuhan piroklastik antara 70-277 Celcius diukur di 21 tempat pada tanggal 18 Mei 1980, hampir seluruh material endapan tersebut diendapkan di daerah dengan topografi rendah.

Suhu endapan aliran piroklastik antara 418-297 Celcius diukur di 13 tempat dengan jarak sekitar 1,8-9 kilometer pada tanggal 18 Mei 1980. Pada jarak sekitar 1,8 km ke arah kepundan endapan sangat tipis.

Suhu 68-98 Celcius diukur pada 5 lokasi debris avalanche sepanjang sungai North Fork Toule dan satu lagi di sebelah utara Spirit Lake 10-12 hari setelah diendapkan.

Mudflows/lahar dan debris flows yang terjadi beberapa menit setelah erupsi 18 Mei 1980, bahan piroklastik yang panas berada dalam debris avalanche, letusan lateral, dan jatuhan debu mencairkan salju dan es yang berada di lereng Mount St. Helens. Aliran lahan bergerak dari lereng atas dengan kecepatan 60 km/jam. Kecepatan berangsur-angsur melambat setelah menempuh jarak 4,5 km pada saat mencapai daerah datar dan bagian yang luas dari aliran sungai Toutle. Suhu dari lahar/mudflow sekitar 30-33 Celcius

Sumber
Sumintadireja, Prihadi.200. Volkanologi. Bandung: Penerbit ITB

iklan tengah