Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Laut

Img: Svs
SUHU
Suhu merupakan parameter laut yang sangat penting. Oleh karena itu pada setiap penelitian oseanografi pengukuran suhu air laut selalu dilakukan.

Pentingnya mengetahui suhu perairan adalah untuk mempelajari proses-proses fisika, kimia, maupun biologi di laut. 

Sebagai gambaran, arus yang merupakan suatu proses fisika laut dapat terjadi karena antara lain adanya perbedaan densitas (kepadatan) massa-massa air. Sedangkan densitas sangat ditentukan oleh suhu.

Dengan mempelajari distribusi suhu di  perairan pada waktu dan tempat tertentu diharapkan pola arus di perairan itu dapat diketahui. 

Demikian pula dalam mempelajari kimia oseanografi, suhu adalah merupakan salah satu faktor yang perlu diketahui. Hal ini disebabkan oleh peranan suhu dalam pelarutan unsur-unsur maupun senyawa kimia. 

Makin tinggi suhu perairan, maka akan semakin tinggi pula derajat kelarutan perairan atay reaksi kimia antara unsur atau senyawa dengan lainnya.

Pada kegiatan usaha perikanan, peranan suhu dapat ikut menentukan keberhasilan penangkapan ikan. Hal ini disebabkan oleh sifat ikan menyukai hidup pada kisaran suhu tertentu.

Apabila distribusi suhu perairan pada permukaan dan berbagai kedalaman diketahui, tempat-tempat gerombolan ikan tertentu akan dapat diduga, sehingga untuk mendapat hasil optimal alat penangkapan ikan pun dapat ditujukan ke tempat tersebut.

Pada usaha ikan di daerah pantai, suhu  akan mempengaruhi peroduktivitas perairan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU LAUT
Seperti proses yang terjadi di atmosfer, radiasi matahari yang masuk ke laut akan diserap dan sebagian akan mengalami pembauran. 

Didalam proses penyerapan tersebut, radiasi yang berbentuk gelombang elektromagnetik diubah menjadi energi kinetis yang lazim kita kenal sebagai panas. Panas inilah yang menjadi faktor utama pembentuk suhu di laut.

Sedangkan penguapan juga mempengaruhi suhu di laut, tetapi bersifat negatif. Keadaan tersebut disebabkan karena semua proses penguapan  akan memerlukan energi atau panas.

Dua faktor diatas, yaitu radiasi matahari dan penguapan, merupakan faktor-faktor yang paling berperan dalam menentukan besarnya suhu perairan.

Beberapa faktor lain seperti proses kimia, proses biologi, pergerakan arus dan panas yang berasal dari pusat bumi, mempunayai peran sangat kecil terhadap suhu perairan.

Seperti telah kita pelajari, proses atau reaski kimia dapat bersifat menghasilkan panas dan ada pula yang memerlukan panas, demikian pula proses biologi. Namun demikian proses tersebut sangat kecil perannya.

Berdasarkan pengamatan yang pernah dilakukan, suhu perairan-perairan di dunia ini berkisar antara 35°C  sampai -2°C. Untuk perairan di daerah tropis seperti perairan di Indonesia, variasi yang terjadi kecil.

PENYEBARAN SUHU VERTIKAL
Yang dimaksudkan dengan penyebaran suhu vertikal dalam hal ini adalah perubahan-perubahan suhu yang terjadi menurut kedalaman. 

Pada suatu perairan yang tenang (tidak ada angin dan gelombang) dan mempunyai sifat-sifat seragam (homogin), maka energi dari radiasai matahari secara langsung akan memanaskan lapisan permukaan.

Panas dari lapisan ini  kemudian dirambatkan secara molekuler (dari molekul ke molekul) ke lapisan di bawahnya. Kecepatan merambatnya panas ini diketahui sangat lambat sekali. Bila pada keadaan seperti ini dilakukan pengukuran suhu maka akan didapatkan penyebaran suhu vertikal seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini.


Penyebaran suhu vertikal pada peraira yang tenang dan homogen
Keadaan penyebaran suhu tersebut tidak akan berubah selama perairan masih tetap tenang. Hal ini disebabkan karena lapisan air bagian atas yang lebih panas mempunyai densitas (kepadatan) lebih kecil dari lapisan di bawahnya.
Dengan perkataan lain, semakin ke dalam densitas air semakin besar yang menyebabkan terbentuknya perairan stabil.

Perairan stabil seperti diperlihatkan di atas sangat jarang ditemukan di alam. Apabila angin bertiup di bagian atas perairan tadi, maka lapisan air bagian atas akan turut bergerak sesuai dengan arah angin.

Gerakan tersebut akan diteruskan ke lapisan di bawahnya, yang selanjutnya menimbulkan pengadukan lapisan air. Tebal lapisan teraduk sangat tergantung pada kecepatan angin serta lamanya angin bertiup.

Proses pengadukan pada lapisan tersebut mengakibatkan meratanya suhu air. Dengan perkataan lain terjadi lapisan homogin pada bagian atas perairan. Pada keadaan tersebut, penyebaran suhu vertikal dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini.
Penyebaran suhu vertikal setelah adanya pengadukan oleh angin
Air pada bagian bawah lapisan homogin tidak sempat mengalami perubahan suhu, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan yang cukup besar dengan lapisan air di atasnya.

Lapisan di mana terjadinya perubahan vertikal dari suhu secara mendadak ini dikenal sebagai lapisan termoklin. Dibawah lapisan termoklin, perubahan suhu akan terjadi secara lambat sehingga lapisan tersebut dapat dikatakan hampir homogin.

Lapisan termoklin mempunyai peranan yang penting terutama dalam bidang perikanan. Keadaan tersebut sebagai akibat dari perubahan suhu yang menyolok dan menyebabkan juga perubahan densitas yang menyolok.

Karena perbedaan densitas yang besar tersebut, maka lapisan termoklin merupakan lapisan yang sangat stabil dan sukar ditembus oleh  gerakan air di lapisan homogin. Dengan sifat yang khas itu, termoklin dapat berperan sebagai pembatas yang menyebabkan lapisan homogin di atasnya mempunyai sifat-sifat fisika, kimia, biologi yang berlainan dari lapisan air di bawah termoklin.

Pada setiap perairan, tebal lapisan homogin atau kedalaman lapisan termoklin akan berbeda-beda. Di perairan Indonesia bagian timur, lapisan termoklin terdapat pada kedalaman antara 80 sampai 120 meter. Sedangkan di laut Jawa hampir tidak dijumpai lapisan termoklin. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemantapan (constancy) dan cepatnya angn bertiup serta dangkalnya perairan. Rata-rata kedalaman laut Jawa adalah 45 meter.

PENYEBARAN SUHU HORISONTAL
Penyebaran suhu horisontal untuk perairan Indonesia tidak banyak mengalami variasi. Dari hasil-hasil penelitian, tempat-tempat atau perairan-perairan yang mempunyai suhu yang sama dihubungkan dan membentuk garis. Garis-garis tersebut dikenal sebagai isotherm (iso =sama,; therm = suhu).

Pada sebaran suhu samudera di dunia garis-garis isotherm di permukaan pada umumnya sejajar dengan garis lintang bumi. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang terletak pada lintang yang sama pada umunya akan mengalami penerimaan radiasi matahari yang sama besar pula. 

Dan karena radiasi matahari adalah sumber utama pembentuk suhu laut, maka daerah-daerah tersebut akan mempunyai suhu yang sama pula.

METODA PENGUKURAN SUHU LAUT
Suhu laut diukur dengan menggunakan alat pengukur suhu yaitu termometer. Mengukur suhu di permukaan laut mudah dilakukan. Tetapi, untuk mengukur suhu pada kedalaman tertentu agak sukar.

Hal ini dapat dimengerti karena apabila kita ambil contoh air dari kedalaman 100 meter dan kemudian suhu baru diukur, sesampainya contoh air di atas kapal, maka suhunya tersebut sudah berubah kaena mendapat pengaruh dari lapisan air di atasnya.

Dengan demikian, suhu harus diukur pada tempatnya. Untuk mengatasi eksulitan tersebut para ahli telah mencipatakan termometer khusus yang disebut termometer bolak-balik (reversing thermometer).

Untuk emngetahui cara kerjanya termometer tersebut lebih mudah dengan mempraktekannya daripada diuraikan disini.

Bila kita menginginkan pengukuran suhu secara terus menerus atau berkesinambungan (continous) ke arah dalam, hal ini dapat digunakan alat yang dinamakan bathythermograph. Alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu pengindera panas dan pengukur tekanan air. 

Jadi dengan menggunakan alat ini kita akan dapatkan catatan suhu dan tekanan atau kedalaman air.


SUMBER:

Rahardjo, Santoso dan Harpasis Slamet Sanusi. 1982. Oseanografi Perikanan I .Jakarta: Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

iklan tengah