Komponen DAS

Img: Pexels
PENGERTIAN
Menurut Asdak (2010), Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (catchment) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam.

PP No. 37 Tentang Pengelolaan DAS Pasal 1, menyebutkan bahwa DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, emnyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (dalam Fajar).

Menurut Sudjarwadi (1985), Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah yang merupakan ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografis dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur air, sedimen, unsur hara melalui sistem sungai, mengeluarkannya melalui outlet tunggal (dalam Referencigeography).

Menurut Dictionary of Scientific and Technical Term, DAS (Watershed), diartikan sebagai suatu kawasan yang mengalirkan air ke satu sungai utama (dalam BPDASSOLO).

Menurut Marwah (2001), DAS secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit0 yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet) (dalam Alibramn).

Menurut Kartodihardjo (2008), DAS merupakan suatu megasistem kompleks yang dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis (biological systems) dan sistem manusia (human systems). Setiap sistem dan sub-sub sistem di dalamnya saling berinteraksi. Dalam proses ini peranan tiap-tiapkomponen dan hubungan antarkomponen sangat menentukan kualitas ekosistem DAS. Tiap-tiap komponen tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaanya tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan komponen lainya membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem). Gangguan terhadap salah satu komponen ekosistem akan dirasakan oleh komponen lainya dengan sifat dampak yang berantai. Keseimbangan ekosistem akan terjamin apabila kondisi hubungan timbal-balik antarkomponen berjalan dengan baik dan optimal (dalam BPDASSOLO).

Menurut Cristanto (1989), DAS merupakan suatu areal yang airnya dialirkan oleh sebuah sungai, dengan anak-anak sungainya. Suatu DAS dibatasi dari DAS lainya oleh punggung bukit yang letaknya lebih tinggi dari DAS tersebut (dalam Geografi).

Menurut Dephutbun (1998), Daerah Aliran Sungai (DAS), memiliki beberapa karakteristik yang dapat menggambarkan kondisi spesifik antara DAS yang satu dengan DAS yang lainya. Karakteristik itu dicirikan oleh parameter yang terdiri atas, morfometeri, hidrologi, tanah, geologi, geomorfologi, penggunaan lahan dan sosial ekonomi masyarakat (dalam Unila).

Menurut Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1998), Daerah Aliran Sungai (Watershed) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang menerima air hujan, menampung dan mengalirkannya melalui satu sungai utama ke laut dan atau ke danau. Satu DAS, biasanya dipisahkan dari wilayah lain di sekitarnya (DAS-DAS lain) oleh pemisah alam topografi (seperti punggung bukit dan gunung), Suatu DAS terbagi lagi ke dalam sub DAS yang merupakan bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utamanya (dalam Unila).

Menurut Sri Harto (1993), DAS adalah daerah yang semua alirannya mengalir ke dalam suatu sungai. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi yang berarti ditetapkan berdasar aliran permukaan (dalam Geografi).

Menurut Linsley (1949), DAS merupakan daerah yang dialiri oleh suatu sistem sungai yang saling berhubungan sedemikian rupa, sehingga aliran-aliran yang berasal dari daerah tersebut keluar melalui aliran tunggal (dalam Geografi).

Menurut Wikipedia, Daerah Aliran Sungai adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi dimana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut. Adapun DAS berguna untuk menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai.

EKOSISTEM DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan.

Sistem tersebut mempunyai sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen yang menyusunnya.

Besar kecilya ukuran ekosistem tergantung pada pandangan dan batas yang diberikan pada ekosistem tersebut. Daerah aliran sungai dapatlah dianggap sebagai suatu ekosistem.

Ekosistem terdiri dari komponen biotis dan abiotis yang saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Dengan demikian, dalam suatu ekosistem tidak ada satu komponen yang berdiri sendiri, melainkan ial mempunyai keterkaitan dengan komponen lain, langsung atau tidak langsung, besar atau kecil.

Aaktivitas suatu komponen ekosistem selalu memberi pengaruh pada komponen ekosistem yang lain. Sebagai komponen yang dinamis, manusia dalam menjalankan aktivitasnya seringkali  mengakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan, dan dengan demikian, mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan.

Selama hubungan timbal-balik antar komponen ekosistem dalam keadaan seimbang, selama itu pula ekosistem berada dalam kondisi stabil. Sebaliknya, bila hubungan timbal-balik antarkomponen-komponen lingkungan mengalami  gangguan, maka terjadilah gangguan ekologis.

Gangguan ekologis ini pada dasarnya adalah gangguan pada arus materi, energi dan informasi antarkomponen ekosistem yang tidak seimbang (Odum, 1972).

Uraian diatas mengisyaratkan bahwa ekosistem harus dilihat secara holistik, yaitu dengan cara mengidentifikasi komponen-komponen kunci penyususn ekosistem serta menelah interaksi antar komponen-komponen tersebut.

Pendekatan holistik dilakukan agar pemanfaatan dan konservasi sumber daya alam dapat dilakukan secara efisien dan efektif, syarat yang diperlukan bagi terwujudnya pemanfaatan sumber daya alam untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Menurut Asdak (2010), dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah,  dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut:

1) Merupakan daerah konservasi,
2) mempunyai kerapatan drainase yang lebih tinggi,
3) merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (>15%)
4) bukan merupakan daerah banjir,
5) pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase
6) jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan.

Sedangkan daerah hilir dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut:

1) Merupakan daerah pemanfaatan,
2) kerapatan drainase lebih kecil,
3) merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih kecil sampai dengan sangat kecil (<8%)
4) pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan),
5) pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi,
6) jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominasi hutan bakau/gambut.

Daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik  biogeofisik DAS yang berbeda tersebut diatas.

Menurut Suharini dan Palangan (2009), daerah aliran sungai dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Daerah aliran hulu
Pada daerah ini, erosi vertikal memegang peranan penting. Daerah ini umumnya bergunung-gunung dengan aliran air yang deras, dan dijumpai banyak jeram-jeram bahkan air terjun. Dasar lembah aliran hulu biasanya terdiri dari batu-batu besar serta elmbah aliran masih sempit dan curam.

2) Daerah aaliran tengah
Daerah aliran tengah menunjukkan kurang lebih erosi vertikal dan erosi lateral sama kuatnya, lembah-lembah bertambah besar dengan aliran air yang tidak begitu deras lagi serta dasar lembah dijumpai batu-batu guling, secara keseluruhan daerah aliran ini miring melandai ke arah muaranya.

3) Daerah aliran hilir
Daerah aliran hilir ditandai dengan aliran sungai yang lambat. Dasar lembah umumnya tertutup pasir, dengan lembah berkelok-kelok (meander) yang berati daerah alirannya adalah datar.

Asdak (2010) mengatakan bahwa DAS hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS. Perlindungan ini antara lain, dari segi fungsi tata air. Oleh karena itu, DAS hulu seringkali menjadi fokus perencanaan pengelolaan DAS mengingat bahwa dalam suatu DAS, daerah hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daru hidrologi.

KOMPONEN-KOMPONEN DAS
Sistem ekologi DAS bagian hulu pada umumnya dapat dipandang sebagai ekosistem pedesaan (Soemarwoto, 1982). Ekosistem ini terdiri atas empat komponen utama, yaitu desa, sawah/ladang, sungai dan hutan.

Gambar diatas menunjukkan eratnya interaksi timbal balik atar komponen-komponenlingkungan DAS. Komponen-komponen yang menyusun DAS berbeda, tergantung pada keadaan daerah setempat. Misalnya di DAS tengah ada komponen lain seperti perkebunan, sementara di daerah pantai dijumpai adanya komponen leingkungan hutan bakau.

Gambar diatas menunjukkan bahwa oleh adanya hubungan timbal-balik atar komponen ekosistem DAS, maka apabila terjadi perubahan pada salah satu komponen lingkungan, ia akan memepengaruhi komponen-komponen yang lain.

Perbahan komponen-komponen tersebut pada gilirannya dapat mempengaruhi keseluruhan komponen-komponen yang lain.

Untuk memberikan ilustrasi adanya interaksi timbal-balik antar komponen dalam sistem ekologi, berikut ini adalah uraian yang diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang interaksi yang terjadi di lingkungan DAS.

Masalah degredasi lingkungan yang sering terjadi akhir-akhir ini berpangkal pada komponen desa. Pertumbuhan manusia  yang cepat menyebabkan perbandingan antara jumlah penduduk dengan lahan pertanian tidak seimbang. Hal ini menyebabkan pemilikan lahan pertanian menjadi semakin sempit.

Keterbatasan lapangan kerja dan kendala keterampilan yang terbatas telah menyebabkan kecilnya pendapatan petani. Keadaan terebut di atas seringkali mendorong sebagian petani untuk merambah hutan dan lahan tidak produktif lainnya sebagai lahan pertanian.

Lahan yang kebanyakan marjinal apabila diusahakan dengan cara-cara yang mengabaikan kaidah konservasi tanah, rentan terhadap erosi dan tanah lognsor. Meningkatnya erosi dan tanah lognsor di daerah tangkapan air pada gilirannya akan meningkatkan muatan sedimen di sungai bagian hilir.

Demikian juga perambahan hutan untuk kegiatan pertanian telah meningkatkan koefisien air larian, yaitu meningkatkan jumlah air hujan yang menjadi air larian, dan dengan demikian meningkatkan debit sungai.

Perambahan hutan juga menyebabkan hilangnya seresah dan humus yang dapat menyerap air hujan. Dalam skala besar, dampak kejadian tersebut di atas adalah terjadi gangguan perilaku aliran sungai, pada musim hujan debit air sungai meningkat tajam, sementara pada musim kemarau debit air sangat rendah. Dengan demikian, risiko banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau meningkat.

SUMBER:

Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suharini, Erni dan Abraham Palangan. Geomorfologi: Gaya, Proses dan Bentuk Lahan. Semarang: Widya Karya.

iklan tengah