Pengertian Evapotranspirasi dan Pengukurannya

Img: Citadelsfc
Berikut ini adalah beberapa pengertian evapotrasnpirasi menurut para ahli:

Allen et al. (1998)
Evapotrasnpirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer. Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai, lahan pertanian, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer. Pada transpirasi, vaporisasi terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hampir semua air yang diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan ditranspirasikan dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman.

Wikipedia
Evapotrasnpirasi adalah gabungan antara evaporasi dan trasnpirasi tumbuhan yang hidup di permukaan bumi. Evaporasi adalah pergerakan air ke udara dari berbagai sumber seperti: tanah, danau, rawa, sungai dan tanah, dan badan air lainnya. sedang transpirasi merupakan pergerakan air di dalam tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun (wikipedia).

Sebagian darinya secara langsung atau setelah penyimpanan permukaan (atau dibawah permukaan), hilang dalam bentuk evaporasi, yaitu proses dimana air menjadi uap melalui petabolisme tanaman, transpirasi yaitu pemindahan air menjadi struktur fisik vegetasi pada prsoses pertumbuhan, dan sumblimasi yaitu proses dimana air secara langsung berubah dari keadaan padat menjadi uap (Eagleson, 1970).

Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam pengkajian-pengkajian hidrometeorologi. 

Pengukuran langsung evaporasi ataupun evapotrasnpirasi dari air ataupun permkaan lahan yang besar adalah tidak mungkin pada saat ini (Wartena, 1974). Akan tetapi beberapa metode yang tidak langsung telah dikembangkan yang akan memberikan hasil-hasil yang dapat diterima.

Jika keragaman waktu evaporasi 'permukaan air bebas' berbanding langsung dengan radiasi bersih, kita dapat mengharapkan nilai-nilai maksimum pada tengah hari.

Namun, ini hanya benar-benar untuk tubuh-tubuh air yang kecil. Tubuh-tubuh air yang besar menyimpan sejumlah panas yang nyata melalui kedalamannya dan ini akan tersedia untuk evaporasi  kemudian.

Dengan demikian evaporasi dapat berlangsung sepanjang malam. Evaporasi Potensial, Ep =evaporasi yang akan berlangsung hanya bila pasokan air tidak terbatas bagi stomata tanaman dan permukaan tanah lebih dekat pada fase dengan radiasi amtahari karena hanya sedikit panas disimpan oleh tanaman dan stomata menutup selama malam hari.

Variablilitas waktu evapotrasnpirasi mengikuti pola yang sama seperti evaporasi permukaan air bebas (E0) pada kawasan-kawasan yang tidak kekurangan air.

Pada daerah yang lebih kering, ia mungkin berbeda cukup besar. Pada daerah-daera yang kering, evapotranspirasi aktual  (Ea), yaitu jumlah evapotrasppirasi aktual, erat hubungannya dengan curah hujan.

Keragaman ruang (spatial variaation) lebih penting dibandingkan dengan keragaman waktu dalam hal evapotraspirasi potensial.

Untuk evapotraspirasi aktual, perbedaan antara signifikansi keragaman waktu dan ruang hanyalah kecil sekali. Walaupun pengetahuan tentang keragaman ruang evapotranspirasi yang berskala kecil sangat terbatas, hal tersebut tidak banyak beragam seperti presipitasi.

Karena itu, diperlukan suatu jaringan evaporasi yang kurang padat.

Untuk perkiraan evaporasi pendahuluan, Linsley (1958) menyarankan satu stasiun per 5200 km2.

Walaupun diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi laju evapotranspirasi, adalah sulit sekali untuk menilai kepentingan relatif masing-masing faktor. Faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap evaporasi adalah (Ward, 1967):

1. Faktor-faktor meteorologi
a. Radiasi matahari
b.  Suhu udara dan permukaan
c. Kelembaban
d. Angin
e. Tekanan barometer

2. Faktor-fakator geografi
a. Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain).
b. Jeluk tubuh air.
c. Ukuran dan bentuk permukaan air.

3. Faktor-faktor lainnya
a. Kandungan lengas tanah.
b. Karakteristik kapiler tanah
c. Jeluk muka air tanah
d. Warna tanah
e. Tipe , kerapatan dan tingginya vegetasi
f. Ketersediaan air (hujan, irigasi, dan lain-lain).

SUMBER:

Subagyo, Sentot. 1993. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

iklan tengah