Laporan Praktikum Konsistensi Tanah


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan penanaman yang diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang tepat, yaitu tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak struktur tanah.

Penetapan konsistensi tanah dilakukan 2 cara yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif. Prinsip penetapan secara kualitatif adalah penentuan ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah.

Penetapan konsistensi tanah secara kualitatif serimg diistilahkan sebagai penentuan angka Atterbeg karena Atterbeg adalah pelopor penetapan batas-batas konsistensi tanah yang dinyatakan dengan angka kandungan pada batas cair dan batas plastis (lekat) suatu tanah.

Menurut Hardjowigeno (1987) hal:31 bahwa tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering.

Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang.

Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Oleh karena itu pentingnya mengetahui konsistensi tanah untuk mengetahui tanah tersebut layak apa tidak untuk dikelola sebagai lahan pertanian.

Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.

Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah, lembab dan kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit  atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka Atterberg (Nurhidayati, 2006.Malang hal:56).

Konsistensi yang besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya gaya kohesi. Konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya adhesi. Konsistensi rendah/sangat rendah apabila keadaan basah, sangat basah atau jenuh air (Syarief, S. 1994).

2. Tujuan
Menentukan ketahanan massa tanah terhadap remasan tekanan atau pijitan tangan.

3. Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalah lempeng kaca, botol penyemprot, dan label stiker.

b. Bahan
Adapun bahan yang dibutuhkan yaitu contoh tanah agregat dari Wajak dan Sukoanyar, air.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah daya kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi.

Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah.
Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan.

Tanah yang bertekstur pasir bersifat tidak lengket, tidak liat (non plastic) dan lepas-lepas. Sebaliknya tanah bertekstur lempung-berat pada keadaan basah berkonsistensi sangat lengket, sangat liat dan bila kering bersifat sangat teguh (kuat) dan keras.

Tanah bertekstur geluh (loam) mempunyai sifat diantara tekstur pasir dan lempung. Perekatan partikel tanah membentuk gumpalan agregat dan mempunyai konsistensi keras jika kering, disebabkan adanya bahan-bahan perekat, yaitu lempung itu sendiri kapur atau gamping (CaCO3), silika (SiO2), sesquioksida (Al dan Fe oksida) dan humus. Kecuali lempung semakin basah makin kurang daya rekatnya.

2. Cara Menentukan Konsistensi Tanah
Cara menentukan konsistensi di lapangan ialah dengan cara memijit-mijit tanah, dalam berbagai keadaan kandungan air seperti keadaan basah (wet), lembab (moisture) atau kering (dry), biasanya dengan menggunakan ibu jari dengan telunjuk. Pada keadaan basah diamati plastisitasnya, apakah massa tanah cukup liat untuk dapat dibuat bentuk-bentuk tertentu tanpa retak-retak atau pecah atau apakah tanah melekat pada jari-jari kita, sehingga untuk melepaskan antara ibu jari dan telunjuk agak sukar atau mudah sekali.

Keadaan lembab ditentukan dengan mencoba meremukkan massa tanah dengan telapak tangan atau jari, apakah gembur ataukah antara partikel-partikel tanah cukup saling melekat dalam gumpalan yang teguh. Keadaan kering dilakukan dengan mencoba meremukkan atau memecahkan gumpalan tanah kering, apakah lunak ataukah keras. Berdasarkan keadaan kandungan airnya, struktur tanah dapat digolongkan menjadi:

a. Keadaan Basah

b. Keadaan Lembab

c. Keadaan Kering

BAB I
METODE PENELITIAN

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian konsistensi tanah sebagai berikut:

1. Dalam Keadaan Basah
a. Kelekatan
· Memijit tanah antara ibu jari dengan telunjuk
· Menentukan daya lekatnya
b. Plastisitas
· Memirit tanah diantara ibu jari dan telunjuk
· Melihat dapat tidaknya dibuat gelintiran dan mudah tidaknya berubah bentuk

2. Dalam Keadaan Lembab
· Meremas massa tanah pada telapak tangan
· Menentukn ketahanan massa tanah terhadap remasan

3. Dalam Keadaan Kering
· Meremas/menekan massa tanah pada telapak tangan
· Melihat daya tahan tanah terhadap remasan dan tekanan telapak tangan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian
Tabel 4. Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah
Sumber: Data Primer (2016)

2. Pembahasan
Konsistensi menyatakan daya tanah melawan kakas tusuk , deformasi atas kakas pematahan. Konsistensi tanah merupakan ungkapan mekanik daya ikat antar zarah tanah yang berkaitan dengan tingkat dan macam kohesi dan adhesi ini berarti konsistensi dipengaruhi oleh kadar air tanah (Notohadiprawiro, 1999). Istilah konsistensi tanah menunjukkan pada tarik menarik antar jarak tanah dalam suatu massa tanah atau menunjuk pada ketahanannya terhadap pemisahan atau perubahan bentuk (Poerwowidodo, 1991).

Konsistensi dipengaruhi oleh kadar air tanah. Faktor-faktor lain yang menyumbang     pada   konsistensi ialah bahan penyemen agregat tanah bentuk dan ukuran agregat serta tingkat agregasi. Jadi konsistensi berkaitan erat dengan lempung dan kadar bahan organik juga menentukan konsistensi tanah.

Hasil pengamatan tanah Wajak pada pengamata konsistensitanah adalah saat tanah kering onsistensinya lunak karena pada saat mendapat sedikit tekanan antara jari tangan, tanahnya mudah tercerai menjadi butiran kecil.

Pada saat lembab hasilnya gembur karena saat diremas dapat tercerai, bila digenggam masaa tanah menggumpal, dan melekat bila ditekan. Pada saat keadaan basah tanah tidak melekat apabila saat tanah dipijit tidak tertinggal pada ibu jari dan telunjuk. Dan tidak plastis saat dibentuk gelintiran, massa tanah mudah berubah bentuk.

Hasil pengamatan tanah Sukoanyar, ketika keadaan kering tanah agak keras yaituagak tahan terhadap tekanan, massa tanah raputh. Pada keadaan lembab tanah sangat gembur karena saat diberi sedikit tekanan  mudah tercerai, digenggam mudah menggumpal, pada saat ditekan akan melekat. Dan dalam keadaan basah, taahnya sangat lekat karena pada saat kedua ibu jari direnggangkan, tanah melekat sekali sehingga sukar untuk dilepaskan. Dan tanah sangat plastis pada saat digelintir, tanah akan mudah terbentuk, massa tanah akan tahan terhadap tekanan.

Pada konsistensi basah atau lembab indikator konsistensi tanah dapat dilihat dari tingkat kelekatan dan plastisitas tanahnya. Dari hasil percobaan diperoleh hasil kelekatan dan plastisistas pada tanah vertisol sangat lekat dan plastis, tanh rendzina lekat dan plastis, tanah ultisol sangat lekat dan agak plastis, tanah alfisol lekat dan plastis, dan tanah entisol agak lekat dan agak plastis.

Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa tanah yang mengandung lempung dapat memiliki konsistensi yang lekat dan plastis saat dalam keadaan basah. Namun pada tanah yang memilii kandungan pasir yang lebih dominan daripad debu dan lempung memiliki onsistensi yang kurang lekat dan tidak plastis karena pasir dapat membuat rongga pori-pori yang besar dan tidak akan tercampur dan kasar ketika dibasahi.

Manfaat yang dapat dilakukan setelah mengetahui konsistensi tanah dibidang pertanian adalah dapat memperoleh atau mempermudah dalam pengolahan tanah yang dimana tanah ditempat yang berbeda memiliki konsistensi berbeda-beda.

Dengan mengetahui hal tersebut dapat membuat konsistensi tanah yang sesuai tanaman yang ditanam sehingga dapat membantu meningkatkan produksi pertanian. Dan juga dapat mengurangi dampa erosi yang terjadi di lahan pertanian yang berlereng.

Penentuan konsistensi tanah terdapat dua metode yaitu metode secara kuantitatif dan secara kualitatif. Pada praktikum konsistensi tanah ini penentuan konsistensi tanah menggunakan metode secara kualitatif.

Prinsip dari metode secara kualitatif ini adalah penentuan ketahanan masa tanah terhadap tekanan diantara ujung telunjuk dengan ibu jari atau ujung ibu jari dengan pangkal telapak tangan. Penetapan secara kualitatif ini dengan melihat tingkat kekerasan pada kondisi kering dan tingkat kelekatan dan keliatan pada kondisi basah.

Penentuan konsisteni tanah secara kualitatif digunakan pada praktikum ini karena cara penentuan yang sederhana dan tidak susah, tidak tergantung terhadap alat dan alat yang digunakan sangat sederhana.

Tekstur, struktur dan konsistensi memiliki hubungan erat untuk mengetahui konsistensi tanah maka terlebih dahulu untuk mengetahui tekstur dan struktur tanah tersebut. Contoh hubungan ketiga sifat itu adalah tanah dengan tekstur pasir maka akan mempunyai struktur butir tunggal dan sifat konsistensi lepas-lepas. Dan tanah bertekstur lempung akan mempunyai struktur gumpal patau pejal dan mempunyai konsistensi agak teguh dan plastis.

BAB V
PENUTUP

Simpulan
Tanah wajak pada saat keadaan kering memiliki konsistensi tanah yang lunak. Daam keadaan lembab memiliki konsistensi tanah yang gembur. Dan dalam keadaan basah memiliki konsistensi tanah yang tidak melekat dan tidak plastis.

Tanah sukoanyar pada saat keadaan kering memiliki konsistensi tanah yang agak keras. Dalam keadaan lembab konsistensi tanahnya sangat gembur. Dan dalam keadaan basah konsistensi tanahnya dapat dikatakan sangat lekat dan sangat plastis.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
  2. Notohadiprawiro, T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
  3. Nurhidayati, 2006.  Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian – Unisma. Malang.
  4. Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. CV Rajawali. Jakarta.
  5. Sarief, S.E. 1994. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana. Bandung.

iklan tengah