Materi CPNS Tentang Proklamasi Kemerdekaan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, dimana teks proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Dini hari pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin nasional dan para pemuda kembali ke rumah masing-masing guna menyiapkan penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi setelah teks proklamasi selesai di rumuskan dan di sahkan (Perumusan dilakukan di rumah Laksamana Tadashi Maeda).
Saat itu melalui mata-mata nya Jepang mengetahui rencana pembacaan proklamasi dan mengira bahwa pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada, oleh karena itu tentara Jepang memblokade lapangan Ikada.
Barisan Muda pun telah ramai berdatangan menuju lapangan Ikada dalam rangka menjadi saksi pembacaan teks proklamasi.
Pemimpin Barisan Pelopor (Sudiro), juga datang ke lapangan Ikada dan menyaksikan pasukan Jepang bersenjata lengkap telah memblokade lapangan Ikada. Sudiro kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi (Kepala Keamanan Bung Karno).
Sudiro pun kemudian mengetahui bahwa pembacaan proklamasi dipindah dari lapangan Ikada ke rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Saat itu, halaman rumah Sukarno mulai ramai didatangi oleh massa, menjelang pembacaan teks proklamasi.
Dr. Muwardi mengutus Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan upacara dan untuk mengantisipasi gangguan dari tentara Jepang, dalam melaksanakan pengamanan Latief Hendraningrat dibantu oleh Arifin Abdurrahman.
Suasana halaman rumah Sukarno, terlihat sangat ramai. Suwiryo (Wakil Walikota Jakarta) meminta kepada Wilopo untuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Wilopo kemudian meminjam mikrofon dan beberapa pengeras suara ke toko elektronik milik Gunawan.
Kemudian Sudiro (Pemimpin Barisan Pelopor) mengutus Komandan Pengawal rumah Sukarno, S. Suhud, untuk mencari tiang bendera.
Suhud kemudian memperoleh sebatang tiang bambu dari belakang rumah, dan menancapkan bambu tersebut di dekat teras, kemudian dia memberi tali sebagai kelengkapan untuk pengibaran bendera.
Di sisi lain, Fatmawati (Istri Sukarno) mempersiapkan bendera yang dijahit dengan tangannya sendiri. Ukuran bendera tersebut masih belum standar seperti ukuran bendera sekarang.
Saat itu para pemuda mengiginkan agar pembacaan teks proklamasi segera dilaksanakan karena mereka sudah tidak sabar untuk menyaksikan proklamasi kemerdekaan indonesia.
Mereka mendesak Muwardi agar mengingatkan Ir. Sukarno agar segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan indonesia. Namun Sukarno menolak jika harus melaksanakannya sendiri tanpa didampingi Bung Hatta.
Ketegangan pun terjadi lantaran Muwardi terus mendesak Sukarno untuk segera membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta.
Untunglah, 5 menit sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta datang dan langsung mendampingi Sukarno untuk segera melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pelaksanaan Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan Proklamasi).
Sejak pagi telah dilakukan persiapan di tempat tersebut (rumah Ir. Soekarno), untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir di rumah Ir. Soekarno.
Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta) tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju beberapa langkah dari tempatnya semula.
Dengan suaranya yang mantap, Bung Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.
Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan selesai, maka dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera Merah Putih.
Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. saat itu Suhud bertugas mengambil bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya dengan bantuan Latief Hendraningrat.
Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya.
Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti Mr. Latuharhary, Sukarni, Ibu Fatmawati, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono, Ny. S.K. Trimurti, dan dr. Samsi,.
Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan Proklamasi). pembacaan nya sendiri dilakukan oleh Ir. Soekarno, Berikut Teks pidato proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir. Soekarno:
Saudara-saudara sekalian!
Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang paling penting.
Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan tahun!
Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan ada yang jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita kami.
Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri.
Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan dapat berdiri dalam kekuatan.
Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah datang waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Saudara-saudara:
Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi kami :
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SOEKARNO-HATTA.
Jadi, Saudara-saudara!
Kita sekarang sudah bebas!
Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat aman kemerdekaan kita ini!
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Salah satu kendala / masalah utama setelah terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ialah penyebaran berita atau informasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru indonesia dan dunia.
Hal ini dikarenakan luas Indonesia yang sangat luas, ditambah dengan ketersediaan alat komunikasi yang belum memadai. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat juang pemuda Indonesia.
Penyebaran berita kemerdekaan di Pulau Jawa sendiri dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Naskah proklamasi pada hari itu juga telah tiba di tangan Kepala Bagian Radio dari kantor Domei (sekarang radio Antara).
Ia menerima naskah tersebut dari seorang wartawan bernama Syahruddin. Kemudian Syahruddin mengutus F.Wuz agar menyiarkan ke seluruh penjuru indonesia perihal kemerdekaan ini.
Akibat dari penyiaran kemerdekaan indonesia tersebut, komandan tentara Jepang di Jawa meralat hal tersebut dan mengatakan bahwa hal yang disiarkan adalah hal yang keliru.
Puncaknya, pada tanggal 20 Agustus 1945, kantor berita Domei disegel dan karyawannya dilarang masuk. Namun, seorang wartawan bernama Jusuf Ronodipuro membuat pemancar radio baru, dari sinilah usaha untuk menyiarkan kemerdekaan Indonesia terus dilakukan.
Penyebaran berita kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja. Ada banyak hal yang dilakukan oleh para pemuda dalam usaha untuk menyebarluaskan kemerdekaan.
Mereka juga memasang plakat, maupun menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan di dinding dan gerbong kereta api misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!)..
Berita penyebaran kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui perwakilan-perwakilan daerah yang hadi pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Mereka adalah A.A Hamidan dari Kalimantan, T.Muhammad Hasan dari Aceh, Ketut Pudja dari Bali dan Sam Ratulangi dari Sulawesi.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan surat selebaran.
Hampir semua harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan indonesia dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang menulis berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain Sayuti Melik,
Sumanang dan B.M. Diah. Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas ke penjuru Indonesia dan terdengan di seluruh dunia.
Dini hari pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin nasional dan para pemuda kembali ke rumah masing-masing guna menyiapkan penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi setelah teks proklamasi selesai di rumuskan dan di sahkan (Perumusan dilakukan di rumah Laksamana Tadashi Maeda).
Saat itu melalui mata-mata nya Jepang mengetahui rencana pembacaan proklamasi dan mengira bahwa pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada, oleh karena itu tentara Jepang memblokade lapangan Ikada.
Barisan Muda pun telah ramai berdatangan menuju lapangan Ikada dalam rangka menjadi saksi pembacaan teks proklamasi.
Pemimpin Barisan Pelopor (Sudiro), juga datang ke lapangan Ikada dan menyaksikan pasukan Jepang bersenjata lengkap telah memblokade lapangan Ikada. Sudiro kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi (Kepala Keamanan Bung Karno).
Sudiro pun kemudian mengetahui bahwa pembacaan proklamasi dipindah dari lapangan Ikada ke rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Saat itu, halaman rumah Sukarno mulai ramai didatangi oleh massa, menjelang pembacaan teks proklamasi.
Dr. Muwardi mengutus Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan upacara dan untuk mengantisipasi gangguan dari tentara Jepang, dalam melaksanakan pengamanan Latief Hendraningrat dibantu oleh Arifin Abdurrahman.
Suasana halaman rumah Sukarno, terlihat sangat ramai. Suwiryo (Wakil Walikota Jakarta) meminta kepada Wilopo untuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Wilopo kemudian meminjam mikrofon dan beberapa pengeras suara ke toko elektronik milik Gunawan.
Kemudian Sudiro (Pemimpin Barisan Pelopor) mengutus Komandan Pengawal rumah Sukarno, S. Suhud, untuk mencari tiang bendera.
Suhud kemudian memperoleh sebatang tiang bambu dari belakang rumah, dan menancapkan bambu tersebut di dekat teras, kemudian dia memberi tali sebagai kelengkapan untuk pengibaran bendera.
Di sisi lain, Fatmawati (Istri Sukarno) mempersiapkan bendera yang dijahit dengan tangannya sendiri. Ukuran bendera tersebut masih belum standar seperti ukuran bendera sekarang.
Saat itu para pemuda mengiginkan agar pembacaan teks proklamasi segera dilaksanakan karena mereka sudah tidak sabar untuk menyaksikan proklamasi kemerdekaan indonesia.
Mereka mendesak Muwardi agar mengingatkan Ir. Sukarno agar segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan indonesia. Namun Sukarno menolak jika harus melaksanakannya sendiri tanpa didampingi Bung Hatta.
Ketegangan pun terjadi lantaran Muwardi terus mendesak Sukarno untuk segera membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta.
Untunglah, 5 menit sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta datang dan langsung mendampingi Sukarno untuk segera melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pelaksanaan Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan Proklamasi).
Sejak pagi telah dilakukan persiapan di tempat tersebut (rumah Ir. Soekarno), untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir di rumah Ir. Soekarno.
Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta) tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:
- Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
- Pengibaran bendera Merah Putih.
- Sambutan Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi.
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju beberapa langkah dari tempatnya semula.
Dengan suaranya yang mantap, Bung Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.
Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan selesai, maka dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera Merah Putih.
Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. saat itu Suhud bertugas mengambil bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya dengan bantuan Latief Hendraningrat.
Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya.
Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti Mr. Latuharhary, Sukarni, Ibu Fatmawati, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono, Ny. S.K. Trimurti, dan dr. Samsi,.
Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan Proklamasi). pembacaan nya sendiri dilakukan oleh Ir. Soekarno, Berikut Teks pidato proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir. Soekarno:
Saudara-saudara sekalian!
Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang paling penting.
Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan tahun!
Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan ada yang jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita kami.
Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri.
Kini telah hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan dapat berdiri dalam kekuatan.
Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah datang waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Saudara-saudara:
Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi kami :
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SOEKARNO-HATTA.
Jadi, Saudara-saudara!
Kita sekarang sudah bebas!
Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat aman kemerdekaan kita ini!
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Salah satu kendala / masalah utama setelah terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ialah penyebaran berita atau informasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru indonesia dan dunia.
Hal ini dikarenakan luas Indonesia yang sangat luas, ditambah dengan ketersediaan alat komunikasi yang belum memadai. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat juang pemuda Indonesia.
Penyebaran berita kemerdekaan di Pulau Jawa sendiri dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Naskah proklamasi pada hari itu juga telah tiba di tangan Kepala Bagian Radio dari kantor Domei (sekarang radio Antara).
Ia menerima naskah tersebut dari seorang wartawan bernama Syahruddin. Kemudian Syahruddin mengutus F.Wuz agar menyiarkan ke seluruh penjuru indonesia perihal kemerdekaan ini.
Akibat dari penyiaran kemerdekaan indonesia tersebut, komandan tentara Jepang di Jawa meralat hal tersebut dan mengatakan bahwa hal yang disiarkan adalah hal yang keliru.
Puncaknya, pada tanggal 20 Agustus 1945, kantor berita Domei disegel dan karyawannya dilarang masuk. Namun, seorang wartawan bernama Jusuf Ronodipuro membuat pemancar radio baru, dari sinilah usaha untuk menyiarkan kemerdekaan Indonesia terus dilakukan.
Penyebaran berita kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja. Ada banyak hal yang dilakukan oleh para pemuda dalam usaha untuk menyebarluaskan kemerdekaan.
Mereka juga memasang plakat, maupun menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan di dinding dan gerbong kereta api misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!)..
Berita penyebaran kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui perwakilan-perwakilan daerah yang hadi pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Mereka adalah A.A Hamidan dari Kalimantan, T.Muhammad Hasan dari Aceh, Ketut Pudja dari Bali dan Sam Ratulangi dari Sulawesi.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan surat selebaran.
Hampir semua harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan indonesia dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang menulis berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain Sayuti Melik,
Sumanang dan B.M. Diah. Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas ke penjuru Indonesia dan terdengan di seluruh dunia.
Sumber
Gambar
- http://www.markijar.com/2016/11/sejarah-lengkap-proklamasi-kemerdekaan.html
Gambar
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/08/17/sejarah-kemerdekaan-mengenang-peristiwa-proklamasi-17-agustus-1945
Posting Komentar