Manusia, Tempat, dan Lingkungan
Manusia tinggal pada suatu ruang tertentu di permukaan bumi. Masing-masing ruang memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan tempat lainnya.
Pernahkah kamu membuktikannya? Jika kamu pergi ke berbagai tempat cobalah perhatikan perbedaannya dengan tempat tinggal kamu saat ini.
Perhatikanlah keadaan alamnya, penduduk dan aktivitasnya, sendi budayanya, dan lain-lain.
Apakah ada perbedaan dengan keadaan di tempat kamu tinggal saat ini?
Masing-masing tempat memiliki kondisi dan potensinya masing-masing. Tidak ada satu ruang pun yang mampu menyediakan segala kebutuhan penduduknya.
Karena itu, terjadilah saling tukar komoditas antartempat satu dengan tempat lainnya. Interaksi tersebut tidak hanya berupa komoditas, tetapi juga interaksi sosial, budaya, politik dan lain-lain.
Pernahkah kamu membuktikannya? Jika kamu pergi ke berbagai tempat cobalah perhatikan perbedaannya dengan tempat tinggal kamu saat ini.
Perhatikanlah keadaan alamnya, penduduk dan aktivitasnya, sendi budayanya, dan lain-lain.
Apakah ada perbedaan dengan keadaan di tempat kamu tinggal saat ini?
Masing-masing tempat memiliki kondisi dan potensinya masing-masing. Tidak ada satu ruang pun yang mampu menyediakan segala kebutuhan penduduknya.
Karena itu, terjadilah saling tukar komoditas antartempat satu dengan tempat lainnya. Interaksi tersebut tidak hanya berupa komoditas, tetapi juga interaksi sosial, budaya, politik dan lain-lain.
Setiap makhluk yang hidup di bumi ini memerlukan ruang untuk melangsungkan kehidupannya. Tanpa adanya ruang, maka manusia dan semua makhluk hidup tidak memiliki tempat untuk hidup.
Ruang adalah tempat di permukaan bumi, baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian yang digunakan oleh makhluk hidup untuk tinggal.
Ruang tidak hanya sebatas udara yang bersentuhan dengan permukaan bumi (laut, sungai, dan danau) dan di bawah permukaan bumi (air tanah0 sampai kedalaman tertentu.
Ruang juga mencakup lapisan tanah dan batuan sampai pada lapisan tertentu yang menjadi sumber daya bagi kehidupan.
Berbagai organisme atau makhluk hidup juga merupakan bagian dari ruang. Dengan demikian, batas ruang dapat diartikan sebagai tempat dan unsur-unsur lainnya yang mempengaruhi kehodupan di permukaan bumi.
Setiap ruang di permukaan bumi memiliki ciri khas tertentu yang berbeda antara suatu wilayah dan wilayah lainnya.
Tidak ada satu lokasi pun yang karakteristiknya sama persis antara satu dan lainnya. Karakteristik inilah yang kemudian menciptakan keterkaitan antarruang di permukaan bumi.
Indonesia sebagai suatu wilayah di permukaan bumi juga memiliki karakteristik tersendiri yang berbdea dengan wilayah lainnya.
Dengan adanya perbedaan karakteristik ruang di permukaan bumi, maka setiap ruang dapat memiliki keterkaitan dengan ruang lainnya.
Ruang adalah tempat di permukaan bumi, baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian yang digunakan oleh makhluk hidup untuk tinggal.
Ruang tidak hanya sebatas udara yang bersentuhan dengan permukaan bumi (laut, sungai, dan danau) dan di bawah permukaan bumi (air tanah0 sampai kedalaman tertentu.
Ruang juga mencakup lapisan tanah dan batuan sampai pada lapisan tertentu yang menjadi sumber daya bagi kehidupan.
Berbagai organisme atau makhluk hidup juga merupakan bagian dari ruang. Dengan demikian, batas ruang dapat diartikan sebagai tempat dan unsur-unsur lainnya yang mempengaruhi kehodupan di permukaan bumi.
Setiap ruang di permukaan bumi memiliki ciri khas tertentu yang berbeda antara suatu wilayah dan wilayah lainnya.
Tidak ada satu lokasi pun yang karakteristiknya sama persis antara satu dan lainnya. Karakteristik inilah yang kemudian menciptakan keterkaitan antarruang di permukaan bumi.
Indonesia sebagai suatu wilayah di permukaan bumi juga memiliki karakteristik tersendiri yang berbdea dengan wilayah lainnya.
Dengan adanya perbedaan karakteristik ruang di permukaan bumi, maka setiap ruang dapat memiliki keterkaitan dengan ruang lainnya.
Berbagai ruang di permukaan bumi memiliki karakteristik yang khas. Karakteristik yang khas tersebut dapat berupa tanah, batuan, tumbuhan, dan lain yang berbeda dengan tempat lainnya.
Mungkin saja ada satu atau beberapa komponen dari suatu ruang yang juga ditemukan di tempat lainnya, tetapi akan ada komponen lainnya yang berbeda.
Misalnya, jenis batuan di suatu tempat ditemukan di tempat lainnya tetapi jenis tumbuhannya berbeda.
Perbedaan karakteristik ruang tersebut menyebabkan adanya interaksi antarsatu ruang dengan lainnya, karena setiap ruang membutuhkan ruang lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Contoh, wilayah pegunungan umumnya merupakan penghasil sayuran, sedangkan daerah pesisir menghasilkan ikan laut.
Penduduk daerah pantai membutuhkan sayuran dari daerah pegunungan dan sebaliknya penduduk dari daerah pegunungan membutuhkan ikan dari penduduk daerah pantai. Kedua wilayah kemudian saling berinteraksi melalui aktivitas perdagangan.
Interaksi antarruang dapat berupa pergerakan orang, barang, informasi dari daerah asal menuju daerah tujuan.
Menurut Bintarto (1987), interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyi pengaruh terhadap tingkah laku, baik melalui kontak langsung atau tidak langsung.
Interaksi melalui kontak langsung terjadi ketika seseorang datang ke tempat tujuan. Interaksi tidak langsung terjadi melalui berbagai cara misalnya dengan membaca berita, melihat tayangan di televisi dan lain-lain.
Interaksi dapat terjadi dalam bentuk perjalanan menuju tempat kerja, migrasi, perjalanan wisata, pemanfaatan fasilitas umum, pengiriman informasi atau modal, perdagangan internasional, dan lain-lain.
Interaksi dalam bentuk pergerakan manusia disebut mobilitas penduduk, interaksi melalui perpindahan gagasan dan informasi disebut komunikasi, sedangkan interksi melalui perpindahan barang atau energi disebut transportasi.
Interaksi tersebut terjadi jika ongkos untuk melakukan interaksi antar daerah asal dan tujuan lebih rendah dari keuntungan yang diperoleh.
Contohnya, seorang yang pergi ke tempat kerja karena penghasilannya mampu menutupi ongkos yang dikeluarkannya.
Mungkin saja ada satu atau beberapa komponen dari suatu ruang yang juga ditemukan di tempat lainnya, tetapi akan ada komponen lainnya yang berbeda.
Misalnya, jenis batuan di suatu tempat ditemukan di tempat lainnya tetapi jenis tumbuhannya berbeda.
Perbedaan karakteristik ruang tersebut menyebabkan adanya interaksi antarsatu ruang dengan lainnya, karena setiap ruang membutuhkan ruang lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Contoh, wilayah pegunungan umumnya merupakan penghasil sayuran, sedangkan daerah pesisir menghasilkan ikan laut.
Penduduk daerah pantai membutuhkan sayuran dari daerah pegunungan dan sebaliknya penduduk dari daerah pegunungan membutuhkan ikan dari penduduk daerah pantai. Kedua wilayah kemudian saling berinteraksi melalui aktivitas perdagangan.
Interaksi antarruang dapat berupa pergerakan orang, barang, informasi dari daerah asal menuju daerah tujuan.
Menurut Bintarto (1987), interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyi pengaruh terhadap tingkah laku, baik melalui kontak langsung atau tidak langsung.
Interaksi melalui kontak langsung terjadi ketika seseorang datang ke tempat tujuan. Interaksi tidak langsung terjadi melalui berbagai cara misalnya dengan membaca berita, melihat tayangan di televisi dan lain-lain.
Interaksi dapat terjadi dalam bentuk perjalanan menuju tempat kerja, migrasi, perjalanan wisata, pemanfaatan fasilitas umum, pengiriman informasi atau modal, perdagangan internasional, dan lain-lain.
Interaksi dalam bentuk pergerakan manusia disebut mobilitas penduduk, interaksi melalui perpindahan gagasan dan informasi disebut komunikasi, sedangkan interksi melalui perpindahan barang atau energi disebut transportasi.
Interaksi tersebut terjadi jika ongkos untuk melakukan interaksi antar daerah asal dan tujuan lebih rendah dari keuntungan yang diperoleh.
Contohnya, seorang yang pergi ke tempat kerja karena penghasilannya mampu menutupi ongkos yang dikeluarkannya.
Ada beberapa kondisi saling bergantung yang diperlukan untuk terjadinya interaksi keruangan yaitu saling melengkapi, kesempatan antara, dan keadaan dapat diserahkan/dipindahkan.
1. Saling melengkapi
Kondisi saling melengkapi terjadi jika ada wilayah-wilayah yang berbeda komoditas yang dihasilkannya.
Misalnya, wilayah A merupakan penghasil sayuran, sedangkan wilayah B merupakan penghasil ikan.
Wilayah A membutuhkan ikan, sedangkan wilayah B membutuhkan sayuran. Jika masing-masing memiliki kelebihan (surplus0, maka wilayah A melakukan interaksi dengan wilayah B melalui aktivitas perdanganan atau jual beli.
2. Kesempatan antara
Kesempatan antara merupakan suatu lokasi yang menawarkan alternatif lebih baik sebagai tempat asal maupun tempat tujuan.
Jika seseorang akan membeli suatu produk, maka ia akan memperhatikan faktor jarak dan biaya untuk memperoleh produk tersebut.
Contohnya, Wilayah A biasanya membeli ikan ke wilayah B, namun kemudian diketahui ada wilayah C yang juga penghasil ikan.
Karena Wilayah C jaraknya lebih dekat dan ongkos transportasinya lebih murah, para pembeli ikan dari wilayah A akan beralih ke wilayah C. Akibatnya, interaksi antara wilayah A dan B melemah.
3. Kemudahan transfer
Pengangkuran barang atau juga orang memerlukan biaya. Biaya untuk terjadinya interaksi tersebut harus lebih rendah dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh.
Jika biaya tersebut telalu tinggi dibandingkan dengan keuntungannya, maka interaksi antar ruang tidak akan terjadi.
Kemudahan transfer dan biaya yang diperlukan juga sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur (sarana dan prasarana) yang menghubungkan daerah asal dan tujuan.
Jalan yang rusak dan sulit untuk dicapai akan mengurangi kemungkinan terjadinya interaksi karena biaya untuk mencapainya juga akan lebih mahal.
Sebagai contoh, seorang akan menjual sayuran dari wilayah A ke wilayah B namun jalan menuju wilayah B mengalami kerusakan, sehingga tidak bisa dilalui.
Akibatnya orang tersebut tidak jadi menjual sayuran ke wilayah B.
1. Saling melengkapi
Kondisi saling melengkapi terjadi jika ada wilayah-wilayah yang berbeda komoditas yang dihasilkannya.
Misalnya, wilayah A merupakan penghasil sayuran, sedangkan wilayah B merupakan penghasil ikan.
Wilayah A membutuhkan ikan, sedangkan wilayah B membutuhkan sayuran. Jika masing-masing memiliki kelebihan (surplus0, maka wilayah A melakukan interaksi dengan wilayah B melalui aktivitas perdanganan atau jual beli.
2. Kesempatan antara
Kesempatan antara merupakan suatu lokasi yang menawarkan alternatif lebih baik sebagai tempat asal maupun tempat tujuan.
Jika seseorang akan membeli suatu produk, maka ia akan memperhatikan faktor jarak dan biaya untuk memperoleh produk tersebut.
Contohnya, Wilayah A biasanya membeli ikan ke wilayah B, namun kemudian diketahui ada wilayah C yang juga penghasil ikan.
Karena Wilayah C jaraknya lebih dekat dan ongkos transportasinya lebih murah, para pembeli ikan dari wilayah A akan beralih ke wilayah C. Akibatnya, interaksi antara wilayah A dan B melemah.
3. Kemudahan transfer
Pengangkuran barang atau juga orang memerlukan biaya. Biaya untuk terjadinya interaksi tersebut harus lebih rendah dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh.
Jika biaya tersebut telalu tinggi dibandingkan dengan keuntungannya, maka interaksi antar ruang tidak akan terjadi.
Kemudahan transfer dan biaya yang diperlukan juga sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur (sarana dan prasarana) yang menghubungkan daerah asal dan tujuan.
Jalan yang rusak dan sulit untuk dicapai akan mengurangi kemungkinan terjadinya interaksi karena biaya untuk mencapainya juga akan lebih mahal.
Sebagai contoh, seorang akan menjual sayuran dari wilayah A ke wilayah B namun jalan menuju wilayah B mengalami kerusakan, sehingga tidak bisa dilalui.
Akibatnya orang tersebut tidak jadi menjual sayuran ke wilayah B.
Lokasi suatu tempat dapat dilihat pada sebuah peta. Peta adalah gambaran permukaan bumi pada suatu bidang datar dan diperkecil dengan menggunakan skala.
Pada peta terdapat sejumlah informasi yang menyertainya. Kalian harus mampu membaca peta agar dapat memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan.
Bagaimanakah memperoleh informasi pada sebuah peta? Untuk menjawab pertanyaan tersebut perhatikanlah pada pata berikut ini.
Sebuah peta terdiri atas beberapa komponen penyusunnya. Komponen penyusunnya terdiri atas judul peta, orientasi, skala, simbol peta, garis astronomis, inset, legenda, dan sumber peta.
Pada peta terdapat sejumlah informasi yang menyertainya. Kalian harus mampu membaca peta agar dapat memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan.
Bagaimanakah memperoleh informasi pada sebuah peta? Untuk menjawab pertanyaan tersebut perhatikanlah pada pata berikut ini.
Sebuah peta terdiri atas beberapa komponen penyusunnya. Komponen penyusunnya terdiri atas judul peta, orientasi, skala, simbol peta, garis astronomis, inset, legenda, dan sumber peta.
Judul peta menunjukkan isi suatu peta. Sebagai contoh, judul sebuah peta, "peta penggunaan lahan di Indonesia", maka isi dari peta tersebut adalah sebaran penggunaan lahan yang ada di Indonesia berupa permukiman, hutan, perkebunan, dan lain-lain.
Skala peta menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan.
Contoh, sekala sebuah peta adalah 1 : 1.000.000, berarti objek yang jaraknya 1 cm di peta berbanding dengan 1.000.000 cm atau 1 km di lapangan.
Skala peta dapat dibedakan menjadi skala angka dan skala garis atau grafis.
1. Skala Angka
Skala angka berwujud perbandingan angka, misalnya 1:10.000. Jika tidak disebutkan satuannya di belakang angka tersebut berarti satuan yang digunakan adalah cm, sehingga skala angka tersebut dibada 1 cm peta sama dengan 10.000 cm di lapangan.
2. Skala Garis atau Grafis
Skala garis adalah skala peta yang berbentuk garis dengan ukuran tertentu. Skala grafis biasanya ada dalam kolom legenda.
Jika contoh skala grafis tersebut dibuat skala angkanya, maka skalanya adalah 1:500.000 karena 1 cm di peta berbanding 5 km di lapangan.
Satuan dalam kilometer diubah menjadi sentimeter, sehingga 5 km jika dibuah ke dalam cm menjadi 500.000 cm. Karena itu, skala peta menjadi 1:500.000
Contoh, sekala sebuah peta adalah 1 : 1.000.000, berarti objek yang jaraknya 1 cm di peta berbanding dengan 1.000.000 cm atau 1 km di lapangan.
Skala peta dapat dibedakan menjadi skala angka dan skala garis atau grafis.
1. Skala Angka
Skala angka berwujud perbandingan angka, misalnya 1:10.000. Jika tidak disebutkan satuannya di belakang angka tersebut berarti satuan yang digunakan adalah cm, sehingga skala angka tersebut dibada 1 cm peta sama dengan 10.000 cm di lapangan.
2. Skala Garis atau Grafis
Skala garis adalah skala peta yang berbentuk garis dengan ukuran tertentu. Skala grafis biasanya ada dalam kolom legenda.
Jika contoh skala grafis tersebut dibuat skala angkanya, maka skalanya adalah 1:500.000 karena 1 cm di peta berbanding 5 km di lapangan.
Satuan dalam kilometer diubah menjadi sentimeter, sehingga 5 km jika dibuah ke dalam cm menjadi 500.000 cm. Karena itu, skala peta menjadi 1:500.000
Simbol peta adalah tanda khusus pada peta yang mewakili objek yang dipetakan. Tujuan simbol peta adalah untuk memudahkan pengguna peta dalam membaca dan memahami isi peta.
Berdasarkan bentunya, simbol peta dapat dibedakan menjadi:
1. Simbol Titik
Simbol titik pada peta dapat beragam bentuknya. Simbol titik dapat berupa lingkaran, bujur sangkar, segitiga, dan lainnya.
Lambang ibu kota biasanya deiberi simbol bujur sangkar, gunung api berbentuk segitiga dan ibu kota kabupaten berbentuk lingkaran.
2. Simbol Garis
Simbol garis digambar dalam beragam bentuk dan ukuran ketebalan. Keterbalan garis dapat diatur sesuai dengan kaidah perpetaan.
Simbol jalan biasanya berupa garis kontinu (tanpa putus-putus) dengan ketebalan sesuai dengan kelas jalannya.
3. Simbol Warna
Simbol warna digunakan pada peta dengan aturan tertentu. Tidak sembarang warna dapat digunakan untuk objek-objek tertentu karena ada aturan perpetaan.
Misalnya warna perairan (sungai, danau dan laut) diberi warna biru, jalan diberi warna merah, dan lain-lain).
Warna ketinggian dan kedalaman disesuaikan dengan objeknya yang menunjukkan adana perubahan secara teratur dan seterusnya.
Misalnya, kedalaman laut diberi warna biru dengan tingkat perubahan yang teratur dari biru terang ke biru gelap.
4. Simbol Area
Objek yang digambar pada peta biasanya berupa ilustrasi dari objek yang ada di lapangan. Simbol area juga memiliki aturan tertentu dalam pemetaanya.
Misalnya, area berupa sawah digambarkan dalam bentuk polygon tertutup yang didalamnya terdapat simbol tanaman padi.
Berdasarkan bentunya, simbol peta dapat dibedakan menjadi:
1. Simbol Titik
Simbol titik pada peta dapat beragam bentuknya. Simbol titik dapat berupa lingkaran, bujur sangkar, segitiga, dan lainnya.
Lambang ibu kota biasanya deiberi simbol bujur sangkar, gunung api berbentuk segitiga dan ibu kota kabupaten berbentuk lingkaran.
2. Simbol Garis
Simbol garis digambar dalam beragam bentuk dan ukuran ketebalan. Keterbalan garis dapat diatur sesuai dengan kaidah perpetaan.
Simbol jalan biasanya berupa garis kontinu (tanpa putus-putus) dengan ketebalan sesuai dengan kelas jalannya.
3. Simbol Warna
Simbol warna digunakan pada peta dengan aturan tertentu. Tidak sembarang warna dapat digunakan untuk objek-objek tertentu karena ada aturan perpetaan.
Misalnya warna perairan (sungai, danau dan laut) diberi warna biru, jalan diberi warna merah, dan lain-lain).
Warna ketinggian dan kedalaman disesuaikan dengan objeknya yang menunjukkan adana perubahan secara teratur dan seterusnya.
Misalnya, kedalaman laut diberi warna biru dengan tingkat perubahan yang teratur dari biru terang ke biru gelap.
4. Simbol Area
Objek yang digambar pada peta biasanya berupa ilustrasi dari objek yang ada di lapangan. Simbol area juga memiliki aturan tertentu dalam pemetaanya.
Misalnya, area berupa sawah digambarkan dalam bentuk polygon tertutup yang didalamnya terdapat simbol tanaman padi.
Garis koordinat adalah garis khayal pada peta berupa garis lintang dan garis bujur.
Garis koordinat sangat penting karena akan menunjukkan lokasi pada peta dibanding lokasi lainnya di permukaan bumi serta menggambarkan karakteristik suatu lokasi atau wilayah yang dipetakan.
Sebagai contoh, suatu lokasi yang terletak pada lintang tropis akan memiliki karakteristik iklim tropis.
Garis koordinat sangat penting karena akan menunjukkan lokasi pada peta dibanding lokasi lainnya di permukaan bumi serta menggambarkan karakteristik suatu lokasi atau wilayah yang dipetakan.
Sebagai contoh, suatu lokasi yang terletak pada lintang tropis akan memiliki karakteristik iklim tropis.
Sumber peta menunjukkan orang atau lembaga yang membuat peta. Dari sumber peta inilah diperoleh informasi untuk pembuat peta, sehingga dinilai kualitas peta yang dihasilkannya.
Wilayah Indonesia terdiri atas daratan seluas 1.922.570 kilometer persegi dan perairan seluas 3.257.483 kilometer persegi.
Hutan Indonesia mencapai 99,6 juta hektar atau 52,4% dari luas wilayah Indonesia.
Luas hutan yang besar tersebut, saat ini masih dapat dijumpai di Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Di Jawa luas hutan telah mengalami penurunan karena terjadi alih fungsi untuk pertanian dan permukiman penduduk.
Luas hutan yang besar tersebut, saat ini masih dapat dijumpai di Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Di Jawa luas hutan telah mengalami penurunan karena terjadi alih fungsi untuk pertanian dan permukiman penduduk.
Minyak bumi dan gas merupakan sumber energi utama yang saat ini banyak dipakai untuk keperluan industri, transportasi, dan rumah tangga.
Cadangan minyak bumi Indonesia terus berkurang seiring dengan pengambilan atau eksploitasi yang terus dilakukan.
Diperkirakan dalam waktu 14 tahun ke depan cadangan tersebut akan habis dan Indonesia terpaksa harus mengimpor dari negara lain. Adapun daerah penghasil minyak bumi di Indonesia sebagai berikut:
Cadangan minyak bumi Indonesia terus berkurang seiring dengan pengambilan atau eksploitasi yang terus dilakukan.
Diperkirakan dalam waktu 14 tahun ke depan cadangan tersebut akan habis dan Indonesia terpaksa harus mengimpor dari negara lain. Adapun daerah penghasil minyak bumi di Indonesia sebagai berikut:
Cadangan batu bara Indonesia hanya 0,5% dari cadangan dunia, namun dilihat dari produksinya merupakan yang ke-6 terbesar di dunia dengan jumlah produksi mencapai 246 juta ton.
Batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang telah mati dan mengendap selama jutaan tahun yang lalu. Unsur-unsur yang menyusunnya terutama adalah karbon, hidrogen, dan oksigen.
Batu bara digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai keperluan, misalnya untuk pembangkit tenaga listrik, memasak, pembakaran pada industri semen, batu kapur, bijih besi, dan indusktri lainya.
Batu bara dapat dijumpai di Kalimantan Timur (Lembah Sungai Berau dan Samarinda), Sumatera Barat (Ombilindan Sawahlunto), dan Sumatera Selatan (Bukit Asam dan Tanjung Enim).
Batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari sisa tumbuhan yang telah mati dan mengendap selama jutaan tahun yang lalu. Unsur-unsur yang menyusunnya terutama adalah karbon, hidrogen, dan oksigen.
Batu bara digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai keperluan, misalnya untuk pembangkit tenaga listrik, memasak, pembakaran pada industri semen, batu kapur, bijih besi, dan indusktri lainya.
Batu bara dapat dijumpai di Kalimantan Timur (Lembah Sungai Berau dan Samarinda), Sumatera Barat (Ombilindan Sawahlunto), dan Sumatera Selatan (Bukit Asam dan Tanjung Enim).
Indonesia memiliki potensi bauksit mencapai 1.262.710 ton.
Bauksit adalah sumber bijih utama untuk menghasilkan alumunium. Bauksit dimanfaatkan untuk industri keramik, logam, kimia, dan metalurgi.
Wilayah pertambangan bauksit di Indonesia terdapat di Kepulauan Riau (Pulau Bintang) dan Pulau Sebuku (Kalimantan Selatan).
Bauksit adalah sumber bijih utama untuk menghasilkan alumunium. Bauksit dimanfaatkan untuk industri keramik, logam, kimia, dan metalurgi.
Wilayah pertambangan bauksit di Indonesia terdapat di Kepulauan Riau (Pulau Bintang) dan Pulau Sebuku (Kalimantan Selatan).
Laut Indonesia memiliki angka potensi lestari mencapai 6,4 juta ton per tahun.
Potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan yang masih memungkinkan bagi ikan untuk melakukan regenerasi hingga jumlah yang ditangkap tidak mengurangi populasi ikan.
Di Indonesia bagian Barat dengan rata-rata kedalaman laut 75 meter, jenis ikan yang banyak ditemukan adalah ikan pelagis kecil.
Sedangkan di kawasan Indonesia Timur dengan rata-rata kedalaman mencapai 4.000 meter banyak ditemukan ikan pelagis besar seperti cakalang dan tuna.
Potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan yang masih memungkinkan bagi ikan untuk melakukan regenerasi hingga jumlah yang ditangkap tidak mengurangi populasi ikan.
Di Indonesia bagian Barat dengan rata-rata kedalaman laut 75 meter, jenis ikan yang banyak ditemukan adalah ikan pelagis kecil.
Sedangkan di kawasan Indonesia Timur dengan rata-rata kedalaman mencapai 4.000 meter banyak ditemukan ikan pelagis besar seperti cakalang dan tuna.
Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai sekitar 3 juta hektare yang tersebar di sepanjang 95.000 km pesisir Indonesia.
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang digenangi oleh air laut, sedangkan pada saat air surut, hutan mangrove bebas dari genangan air laut.
Umumnya hutan mangrove berkembang baik pada pantai yang terlindung, muara sungai, atau laguna.
Fungsi ekologis hutan mangrove berupa nilai ekonomis dari kayu pepohonan dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Biasanya penduduk memanfaatkan kayu sebagai bahan kayu bakar atau pembuat arang dan kertas.
Hutan mangrove di indonesia tersebar di Pulau Papua mencapai 3,7 juta ha, Sumatera 417 ribu ha, Kalimantan 165 ribu ha, Sulawesi 53 ribu ha, Jawa 34,4 ribu ha, Bali dan Nusa Tenggara 3,7 ha.
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang digenangi oleh air laut, sedangkan pada saat air surut, hutan mangrove bebas dari genangan air laut.
Umumnya hutan mangrove berkembang baik pada pantai yang terlindung, muara sungai, atau laguna.
Fungsi ekologis hutan mangrove berupa nilai ekonomis dari kayu pepohonan dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Biasanya penduduk memanfaatkan kayu sebagai bahan kayu bakar atau pembuat arang dan kertas.
Hutan mangrove di indonesia tersebar di Pulau Papua mencapai 3,7 juta ha, Sumatera 417 ribu ha, Kalimantan 165 ribu ha, Sulawesi 53 ribu ha, Jawa 34,4 ribu ha, Bali dan Nusa Tenggara 3,7 ha.
Luas terumbu karang Indonesia mencapai 284,3 ribu km² atau setara dengan 18% dari terumbu karang yang ada di seluruh dunia.
Terumbu karang adalah terumbu (batuan sedimen kapur di laut) yang terbentuk dari koral (binatang yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya). Jika koral membentuk koloni, koral-koral tersebut akan membentuk karang.
Kekayaan terumbu karang Indonesia tidak hanya luasnya, akan tetapi juga keanekaragaman yang terdapat didalamnya, antara lain: 2.500 jenis ikan, 2.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang-udangan, dan 590 jenis karang.
Terumbu karang adalah terumbu (batuan sedimen kapur di laut) yang terbentuk dari koral (binatang yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya). Jika koral membentuk koloni, koral-koral tersebut akan membentuk karang.
Kekayaan terumbu karang Indonesia tidak hanya luasnya, akan tetapi juga keanekaragaman yang terdapat didalamnya, antara lain: 2.500 jenis ikan, 2.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang-udangan, dan 590 jenis karang.
Jumlah ini menempati urutan keempat di dunia setelah Cina (1.372 juta jiwa), India (1.314 juta jiwa), dan Amerika Serikat (321 juta jiwa).
Jumlah penduduk yang besar disatu sisi menjadi keuntungan bagi Indonesia dengan jumlah penduduk usia produktif yang berlimpah.
Disi lain menjadi kerugian bila penduduk ini memiliki kualitas yang rendah dilihat dari pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Persebaran penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak.
Beberapa daerah di Indonesia penduduknya masih sangat sedikit, atau masih kekurangan jumlah penduduk. Contohnya di Papua dengan kepadatan penduduk rata-rata 4 jiwa per kilometer persegi.
Sementara Pulau Jawa kepadatan penduduknya mencapai 945 jiwa per kilometer persegi.
Pulau lain di Indonesia, dengan luas berkali lipat dari Pulau Jawa jika seluruh penduduknya dijumlahkan tidak dapat mencapai jumlah penduduk yang tinggal di Pulau Jawa.
Kondisi persebaran penduduk yang tidak merata merupakan permasalahan bagi pelaksanaan pembangunan.
Karena itu perlu dilakukan upaya pemerataan penduduk yang seimbang, sehingga seluruh potensi bangsa Indonesia dapat dikembangkan optimal.
Beberapa daerah di Indonesia penduduknya masih sangat sedikit, atau masih kekurangan jumlah penduduk. Contohnya di Papua dengan kepadatan penduduk rata-rata 4 jiwa per kilometer persegi.
Sementara Pulau Jawa kepadatan penduduknya mencapai 945 jiwa per kilometer persegi.
Pulau lain di Indonesia, dengan luas berkali lipat dari Pulau Jawa jika seluruh penduduknya dijumlahkan tidak dapat mencapai jumlah penduduk yang tinggal di Pulau Jawa.
Kondisi persebaran penduduk yang tidak merata merupakan permasalahan bagi pelaksanaan pembangunan.
Karena itu perlu dilakukan upaya pemerataan penduduk yang seimbang, sehingga seluruh potensi bangsa Indonesia dapat dikembangkan optimal.
Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk berdasarkan usia/umur, jenis kelamin, mata pencaharian, agama, bahasa, pendidikan, tempat tinggal, jenis pekerjaan, dan lain-lain.
Komposisi penduduk berdasarkan usia dibuat berdasarkan interval usia tertentu, seperti:
0-5 tahun (usia balita),
6-12 tahun (usia SD),
13-15 tahun (usia SMP),
16-18 tahun (usia SMA),
19-24 tahun (usia perguruan tinggi),
25-60 tahun (usia dewasa), dan
>60 tahun (usia lanjut).
Komposisi penduduk juga dibuat berdasarkan usia produktif dan usia nonproduktif, seperti:
0-14 tahun (usia belum produktif)
15-64 tahun(usia produktif)
>65 tahun (usia tidak produktif)
Permasalahan dalam komposisi penduduk adalah apabila jumlah penduduk dibawah 15 tahun dan usia di atas 65 tahun jumlahnya lebih besar dibandingkan usia produktif (15-65 tahun).
Hal tersebut menyebabkan penduduk usia produktif menanggung hidup seluruh penduduk usia nonproduktif.
0-5 tahun (usia balita),
6-12 tahun (usia SD),
13-15 tahun (usia SMP),
16-18 tahun (usia SMA),
19-24 tahun (usia perguruan tinggi),
25-60 tahun (usia dewasa), dan
>60 tahun (usia lanjut).
Komposisi penduduk juga dibuat berdasarkan usia produktif dan usia nonproduktif, seperti:
0-14 tahun (usia belum produktif)
15-64 tahun(usia produktif)
>65 tahun (usia tidak produktif)
Permasalahan dalam komposisi penduduk adalah apabila jumlah penduduk dibawah 15 tahun dan usia di atas 65 tahun jumlahnya lebih besar dibandingkan usia produktif (15-65 tahun).
Hal tersebut menyebabkan penduduk usia produktif menanggung hidup seluruh penduduk usia nonproduktif.
Pertumbuhan penduduk Indonesia termasuk kategori sedang. Pada periode 2010-2014 angka pertumbuhannya mencapai 1,4% per tahun.
Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan dinamis antara kekuatan yang menambah dan kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi.
Kelahiran dan imigrasi (penduduk datang) bersifat menambah, sedangkan kematian dan emigrasi (penduduk pergi) bersifat mengurangi.
Untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, pemerintah Indonesia melaksanakan program Keluarga Berencana. Dengan program ini penduduk Indonesia telah mengalami penurunan dari yang awalnya 2,31% pada periode 1971-1980 menjadi 1,4% pada periode 1990-2000.
Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan dinamis antara kekuatan yang menambah dan kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi.
Kelahiran dan imigrasi (penduduk datang) bersifat menambah, sedangkan kematian dan emigrasi (penduduk pergi) bersifat mengurangi.
Untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, pemerintah Indonesia melaksanakan program Keluarga Berencana. Dengan program ini penduduk Indonesia telah mengalami penurunan dari yang awalnya 2,31% pada periode 1971-1980 menjadi 1,4% pada periode 1990-2000.
Lihllllll
Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.
Lempeng Indo-Australia bertumbukan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara.
Lempeng Pasifik bertumbukan dengan lempeng Eurasia di utara Papua dan Maluku Utara. Tumbukan lempeng tersebut kemudian membentuk rangkaian pegunungan yang sebagaian menjadi gunung api di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara.
Selain terbentuk pegunungan dan gunung api, tumbukan antarlempeng juga menghasilkan fenomena gempa bumi.
Lempeng Indo-Australia bertumbukan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara.
Lempeng Pasifik bertumbukan dengan lempeng Eurasia di utara Papua dan Maluku Utara. Tumbukan lempeng tersebut kemudian membentuk rangkaian pegunungan yang sebagaian menjadi gunung api di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara.
Selain terbentuk pegunungan dan gunung api, tumbukan antarlempeng juga menghasilkan fenomena gempa bumi.
Kelompok Indo-Malayan meliputi kawasan Indonesia Barat.
Pulau-pulau yang masuk dalam kelompok ini adalah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Ciri flora Indo-Malayan, antara lain:
Pulau-pulau yang masuk dalam kelompok ini adalah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Ciri flora Indo-Malayan, antara lain:
- Jenis meranti-merantian sangat banyak
- Terdapat berbagai jenis rotan
- Tidak terdapat hutan kayu putih
- Jenis tumbuhan matoa sedikit
- Jenis tumbuhan sagu sedikit
- Terdapat berbagai jenis nangka
Kelompok Indo-Australian meliputi tumbuhan yang ada di kawasan Indonesia Timur.
Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan ini adalah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Ciri flora Indo-Australian, antara lain:
Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan ini adalah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Ciri flora Indo-Australian, antara lain:
- Jenis meranti-merantian hanya sedikit
- Tidak terdapat berbagai jenis rotan
- Terdapat hutan kayu putih
- Banyak terdapat tumbuhan sagu
- Tidak terdapat jenis nangka
Fauna Indonesia Barat mencakup wilayah Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan.
Mamalia berukuran besar banyak ditemui di wilayah ini seperti gajah, macan, tapir, badak bercula satu, banteng, kerbau, rusa, babi hutan, orang utan, monyet, bekantan, dan lain-lain.
Di wilayah ini juga ditemui reptil seperti ular, buaya, tokek, biawak, bunglon, kura-kura, dan trenggiling.
Berbagai jenis burung yang dapat ditemui diantaranya burung hantu, gagak, jalak, elang, merak, kutilang, dan berbagai unggas.
Berbagai macam ikan air tawar seperti pesut (jenis lumba-lumba di Sungai Mahakam) dapat ditemui di wilayah ini.
Mamalia berukuran besar banyak ditemui di wilayah ini seperti gajah, macan, tapir, badak bercula satu, banteng, kerbau, rusa, babi hutan, orang utan, monyet, bekantan, dan lain-lain.
Di wilayah ini juga ditemui reptil seperti ular, buaya, tokek, biawak, bunglon, kura-kura, dan trenggiling.
Berbagai jenis burung yang dapat ditemui diantaranya burung hantu, gagak, jalak, elang, merak, kutilang, dan berbagai unggas.
Berbagai macam ikan air tawar seperti pesut (jenis lumba-lumba di Sungai Mahakam) dapat ditemui di wilayah ini.
Wilayah fauna Indonesi Tengah disebut pula wilayah fauna Kepulauan Wallace, mencakup Sulawesi, Maluku, Timor, dan Nusa Tenggara serta sejumlah pulau-pulau kecil di sekitar pulau-pulau tersebut.
Fauna yang menghuni wilayah ini antara lain babi rusa, anoa, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, kuda, sapi, monyet saba, tarsius, banteng.
Fauna yang menghuni wilayah ini antara lain babi rusa, anoa, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, kuda, sapi, monyet saba, tarsius, banteng.
Pergerakan orang, barang, dan jasa pada suatu lokasi tertentu akan menimbulkan pemusatan aktivitas manusia pada lokasi tujuan.
Pemusatan aktivitas penduduk tersebut kemudian membentuk daerah perkotaan.
Daerah perkotaan merupakan pusat pertumbuhan suatu wilayah karena sebagian besar aktivitas terkonsentrasi di wilayah perkotaan.
Pemusatan aktivitas penduduk tersebut kemudian membentuk daerah perkotaan.
Daerah perkotaan merupakan pusat pertumbuhan suatu wilayah karena sebagian besar aktivitas terkonsentrasi di wilayah perkotaan.
Daerah yang menjadi tujuan pergerakan penduduk akan dihuni oleh mereka yang memiliki pekerjaan beragam.
Jenis pekerjaan juga berkembang karena adanay kebutuhan akan barang dan jasa yang semakin beragam.
Orientasi pekerjaan berubah dari yang tadinya berorientasi pada sumber daya alam, khususnya petani, menjadi pekerjaan lainnya.
Terjadinya interaksi sosial antar anggota masyarakat akan disertai dengan pengaruh, terkait norma dan nilai yang dianut oleh masing-masing individu.
Kelompok masyarakat pendatang dan penduduk asli saja memiliki nilai dan norma yang berbeda-beda.
Perubahan sosial juga menyangkut status sosial dan aspek budaya karena penduduk pendatang dan penduduk asli dapat memiliki budaya yang berbeda.
Kelompok masyarakat pendatang dan penduduk asli saja memiliki nilai dan norma yang berbeda-beda.
Perubahan sosial juga menyangkut status sosial dan aspek budaya karena penduduk pendatang dan penduduk asli dapat memiliki budaya yang berbeda.
Interaksi keruangan dalam bentuk pergerakan orang akan menimbulkan konsentrasi penduduk dalam suatu wilayah.
Penduduk tersebut memilii latar belakang yang berbeda, misalnya agama, status sosial, usia, dan jenis kelamin.
Akibatnya komposisi penduduk berubah dari yang awalnya relatif seragam kemudian menjadi beragam.
Penduduk tersebut memilii latar belakang yang berbeda, misalnya agama, status sosial, usia, dan jenis kelamin.
Akibatnya komposisi penduduk berubah dari yang awalnya relatif seragam kemudian menjadi beragam.
2 komentar
Ini sangat membantu saya✨