PAI IX BAB 3 Iman Kepada Hari Akhir

Iman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa seluruh alam termasuk dunia dan seisinya akan mengalami kehancuran. 

Hari akhir ditandai dengan ditiupnya terompet Malaikat Israil. 

Dijelaskan bahwa pada hari itu daratan, lautan dan benda-benda di langit porak-poranda. 

Gunung-gunung meletus, hancur, dan berhamburan. Lautan meluap dan menumpahkan seluruh isinya. Benda-benda yang ada di langit bergerak tanpa kendali. 

Bintang, planet, dan bulan saling bertabrakan. Seluruh manusia menjadi panik. Mereka berlari pontang-panting dan tidak sempat mengenali lagi sanak saudaranya. 

Semua ingin menyelamatkan diri, namun akhirnya semuanya mati, hancur, dan menghadap Ilahi. 

Tidak hanya manusia yang mati, seluruh tumbuhan, hewan, kuman, bakteri, virus, jin, dan syaitan juga mengalami kematian. 

Maha Besar Allah atas segala kuasanya


Para ulama mengelompokkan kiamat menjadi dua macam, yaitu: 

1. Kiamat Sugra (kiamat kecil)

Kiamat sugra yaitu terjadinya kematian yang menimpa sebagian umat manusia. Misalnya: matinya seseorang karena sakit, kecelakaan, musibah tsunami, banjir, tanah longsor, dan sebagainya. 


2. Kiamat Kubra (kiamat besar) 

Kiamat kubra yaitu terjadinya kematian dan kehancuran yang menimpa seluruh alam semesta. 

Dunia porakporanda, rusak, dan hancur. Kehidupan manusia akan berganti dengan alam yang baru yakni alam akhirat. 

Kiamat Kubra ini dialami oleh seluruh makhluk hidup di jagad raya tanpa terkecuali. 

Kejadian ini terjadi secara menyeluruh, sehingga dapat dibayangkan bahwa suasana saat itu sangat mencekam dan luar biasa dahsyatnya. 

Jika itu sudah dikehendaki oleh Allah Swt., Sang Pencipta, maka tidak ada yang bisa menghalangi kekuasaan dan kebesaran-Nya. 

Peristiwa kiamat kecil berupa kematian sudah sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kiamat kecil itu merupakan akhir dari kehidupan orang-orang yang mengalaminya. 

Bagi orang yang masih hidup hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bahwa pada saatnya kita juga akan mengalaminya. 

Kiamat Kubra memang belum terjadi, karena itu peristiwanya hanya dapat diketahui melalui keterangan dan berita dari Allah Swt. dan Rasulullah saw.


Kejadian mengenai hari kiamat digambarkan oleh Allah Swt. begitu dahsyat, sebagaimana tertuang dalam Q.S. al-Qari'ah/101:4-5 berikut ini: 

Artinya: 

“Pada hari itu manusia seperti laron yang berterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”(Q.S. al-Qāri’ah/101:4-5) 


Di dalam Allah Swt. juga berfrman:

Artinya: 

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya,”(Q.S Az-Zalzalah/99:1-2)

Kiamat Kubra memang belum terjadi sehingga tak seorang pun mengetahui peristiwa yang sebenarnya. 

Namun kita mengetahuinya dari Firman Allah Swt. dan Hadis Nabi saw. Adapun kejadian kiamat Kubra digambarkan oleh Allah Swt. sebagai berikut: 


a. Malaikat Israfil meniup sangkakala untuk yang pertama kali. Semua makhluk akan mati, kecuali yang dikehendaki hidup oleh Allah Swt. 

Firman Allah dalam Q.S. az-Zumar/39:68:

Artinya: “Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu), maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah)...”(Q.S. az-Zumar/39:68) 


b. Langit menjadi terpecah-belah, matahari digulung, bintang-bintang berjatuhan, lautan meluap dan menjadi panas, gunung-gunung seperti bulu yang berhamburan, dan manusia seperti anai-anai beterbangan. 

Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Muzammil/73:18: 

Artinya: “Langit terbelah pada hari itu ,janji Allah pasti terlaksana.” (Q.S. al-Muzammil/73:18)


Alam barzakh yang dikenal dengan alam kubur yang merupakan pintu gerbang menuju akhirat atau batas antara alam dunia dan alam akhirat. 

Di alam kubur manusia akan bertemu, ditanyai, dan diperiksa oleh malaikat Munkar dan Nakir tentang segala amal perbuatannya ketika menjalani kehidupan di dunia. 

Perhatikan kisah kehidupan di alam kubur yang diceritakan oleh Nabi Muhammad saw. berikut ini: 


Beda Orang Mukmin dan Kafir di Alam Kubur 

Nabi Muhammad saw. pernah masuk ke sebuah kebun milik Bani Najjar, lalu mendengar suara hingga beliau khawatir. 

Beliau bertanya: “Siapa yang dikubur ini?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, orang-orang yang mati pada masa Jahiliyah.” 

Beliau berkata, “Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa neraka dan fitnah Dajjal.” 

Para sahabat merasa heran, lalu mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, memang kenapa, apa yang terjadi ya Rasul?” 

Beliau menjawab, “Seorang mukmin jika telah diletakkan dalam kuburnya, maka seorang malaikat akan datang kepadanya seraya berkata, “Apa yang kamu sembah?” 

Jika Allah memberinya petunjuk maka ia akan menjawab, “Aku menyembah Allah.” 

Lalu ditanyakan kepadanya, “Apa yang kau katakan tentang pria ini (Muhammad)?” 

Lalu ia menjawab, “Dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” 

Orang tersebut tidak ditanya kecuali pertanyaan yang tadi. 

Lalu ia dibawa menuju rumah yang disediakan untuknya di dalam neraka, dikatakan kepadanya, “Lihatlah, ini adalah rumah yang semula disediakan untukmu di neraka, tetapi Allah telah melindungi dan memberimu rahmat lalu Allah menggantikan rumahmu di surga.” 

Laki-laki mukmin itu pun berkata, “Biarkanlah aku mengabarkan berita baik ini kepada keluargaku di dunia.” 

Lalu dikatakan kepadanya, “Tenangkan dirimu dan tinggallah di situ.”, 


Bila seorang kafir telah diletakkan dalam kuburnya, maka seorang malaikat akan datang kepadanya seraya bertanya, “Siapa yang kamu sembah?” 

Ia lalu menjawab, “Aku tidak tahu.” 

Lalu dikatakan kepadanya, “Engkau tidak tahu tapi tidak mau membaca!” 

Lalu malaikat berkata, “Apa yang kamu katakan tentang pria ini (Muhammad)?” 

Ia lalu menjawab, “Aku mengatakan ia manusia biasa, bukan utusan Allah. Swt.” 

Malaikat itu lalu memukulnya dengan palu besi antara dua telinganya hingga ia melolong dan menjerit kesakitan dengan jeritan yang dapat didengar oleh para semua makhluk kecuali jin dan manusia. 

Sumber: Kitab Hadis Sunan Abu Dawud


Pernahkan kamu melihat benih kecil yang tumbuh di atas tanah? 

Begitulah kelak Allah Swt. akan membangkitkan kembali seluruh manusia yang telah mati dari alam kubur. 

Peristiwa itu dinamakan yaumul ba’ats. 

Yaumul ba’ats adalah hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur untuk diarahkan menuju ke padang mahsyar. 

Kebangkitan manusia ini akan terjadi setelah ditiupkan sangkakala yang kedua oleh Malaikat Israfil.

Seluruh manusia mulai zaman Nabi Adam sampai manusia terakhir bangkit dari kubur. 

Adapun keadaan mereka bermacam-macam sesuai dengan amal perbuatan mereka pada waktu hidup di dunia. 

Firman Allah Swt.

Artinya: 

“Lalu ditiuplah sangkakala (yang kedua kalinya), maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya”. (Q.S. Yāsin/36:51) 


Karena kesombongannya, sebagian orang tidak mau percaya tentang kejadian hari akhir. 

Orang-orang seperti ini kelak akan tercengang, menyesal, malu, lantas menundukkan kepala mereka dengan lesu. 

Mereka merasa kebingungan dan sangat panik karena tidak pernah menduga hal semacam ini akan terjadi. 

Orang-orang yang ingkar semacam ini diibaratkan Allah Swt. seperti belalang yang beterbangan ke sana kemari karena cemas, panik, dan bingung. 

Pandangan mereka tertunduk dan ketika mereka keluar dari kuburan, mereka panik seperti belalang yang beterbangan serta meloncat dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya. 

Rasulullah saw. secara lebih jelas menceritakan kisah yang akan terjadi kelak di hari kebangkitan seperti berikut ini: 

“Telah menceritakan kepada Bahz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (pada hari kiamat) ada yang berjalan, berkendaraan, dan akan diseret di atas wajah kalian.” (H.R. Tirmizi)


Bacalah sepenggal kisah mengenai peristiwa Yaumul Mahsyar yang disampaikan oleh Rasulullah saw. berikut ini: 

Percakapan Rasulullah saw. dengan istri Beliau Aisyah 

Aisyah bertanya kepada Rasulullah saw. ; “Wahai Rasulullah, bagaimanakah keadaan manusia ketika mereka di padang mahsyar?” 

Beliau menjawab: “Mereka tidak berpakaian sama sekali.” Selanjutnya Aisyah bertanya; “Begitu juga dengan para wanita?” 

Beliau menjawab: “Ya, begitu juga dengan para wanita.” ‘Aisyah melanjutkan pertanyaannya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka tidak merasa malu?” 

Beliau menjawab: “Wahai ‘Aisyah, perkara dan masalah yang mereka hadapi pada hari itu jauh lebih penting daripada hanya sekedar saling pandang di antara sesama mereka.” 

Sumber: Kitab Hadis Sunan Ibnu Majah 


Yaumul Hasyr atau yaumul mahsyar adalah hari dikumpulkannya seluruh manusia yang telah dibangkitkan dari kuburnya ,di sebuah padang yang sangat luas bernama Padang Mahsyar. 

Di Padang Mahsyar ini keadaan manusia sangat susah, tidak ada yang dapat menolong kecuali hanya pertolongan yang datangnya dari Allah Swt. bagi orangorang yang dikehendaki-Nya. 

Pada yaumul mahsyar ini pula manusia menerima catatan amalnya selama hidup di dunia, baik amal yang buruk maupun amal yang baik. 

Seluruhnya tercatat secara rinci. Orang yang beriman dan beramal saleh mereka merasa gembira melihat catatan amalnya. 

Sebaliknya, orang yang berbuat jahat dan kerusakan ketika hidup di dunia akan menerima catatan amalnya dengan perasaan sedih serta penuh dengan penyesalan. 

Penyesalan hanyalah tinggal penyesalan karena segalanya sudah terjadi. 

Pada hari itu orang yang tidak beriman sungguh telah putus harapannya karena pertolongan Allah Swt. sudah tidak mungkin lagi datang kepadanya. 

Sebaliknya bagi orang-orang yang beriman penantiannya di Padang Mahsyar adalah penantian yang penuh harapan akan pertolongan Allah Swt. 

Ketika seluruh manusia sampai di Padang Mahsyar, mereka menunggu pengadilan dari Allah Swt. Bagaimana gambaran Padang Mahsyar? 

Padang Mahsyar sendiri digambarkan oleh Rasulullah saw. sebagai tanah lapang berwarna putih bersih dan tidak ada tempat untuk berteduh maupun pepohonan. 

Di Padang Mahsyar inilah Allah Swt. akan mengadili manusia dengan seadil-adilnya sebagaimana firman Allah Swt:

Artinya: “Dan bumi (padang mahsyar) menjadi terang benderang dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan buku-buku (perhitungan perbuatan mereka) diberikan (kepada masing-masing), nabi-nabi dan saksi-saksi pun dihadirkan, lalu diberikan keputusan di antara mereka secara adil, sedang mereka tidak dirugikan.(QS. az-Zumar/39:69) 


Seluruh manusia ketika berada di Padang Mahsyar merasa sangat cemas. 

Orang yang banyak beramal baik merasa cemas apakah amal kebaikannya diterima Allah Swt. 

Sebaliknya orang yang berbuat jahat merasa cemas dan takut apakah perbuatannya itu akan diampuni oleh Allah Swt. 

Pengadilan Allah Swt. di Padang Mahsyar ini juga menentukan, apakah manusia akan selamat dan masuk surga dengan penuh kebahagiaan atau akan masuk neraka


Arti kata mizan adalah timbangan, sedangkan hisab artinya perhitungan. Dua istilah ini ,yaitu Yaumul Mizann dan Yaumul Hisab memiliki makna yang hampir sama maknanya.  

Dengan demikian, yaumul mizan adalah hari ditimbangnya seluruh amal baik dan buruk manusia untuk menerima keadilan dan balasannya masing-masing. 

Yaumul Mizann ini disebut juga dengan Yaumul Hisab, yaitu hari diperhitungkannya seluruh amal perbuatan manusia, baik amal yang baik maupun amal yang buruk. 

Pada hari itu manusia akan menerima balasannya masing-masing berdasarkan keadilan dari Allah Swt. 

Setelah seluruh manusia sampai di Padang Mahsyar, seluruh amal perbuatannya selama hidup di dunia akan dihitung atau ditimbang. 

Bagi mereka yang timbangan amal baiknya lebih berat akan mendapatkan balasan yang memuaskan, sedangkan bagi mereka yang timbangan amal baiknya lebih ringan akan mendapatkan balasan neraka hawiyah, yaitu neraka yang panas. 

Firman Allah Swt. dalam Q.S. az-Zalzalah/99 ayat 7 dan 8 

Artinya: “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat dzarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Q.S. az-Zalzalah/99:7-8). 

Pada hari perhitungan amal manusia, akan diperlihatkan kepadanya semua perbuatannya selama hidup di dunia. 

Ketika ia melihat amal baiknya, dia akan merasa senang. Sebaliknya, ketika melihat amal buruknya, dia akan menyesal. 

Firman Allah Swt.: 

Artinya: “(ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya,(begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan...” (Q.S. ‘ali ‘Imran/3:30) 

Rasulullah saw. menjelaskan bahwa perkara yang pertama kali akan diperhitungkan adalah salat seseorang. 

Bila seseorang tidak pernah meninggalkan salat dan salat itu dilaksanakan dengan khusyu, dia akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. 

Amal baik dan amal buruk manusia kelak akan ditimbang di neraca keadilan. Inilah yang disebut dengan Yaumul mizan. 

Yaumul mizan merupakan hari ditimbangnya amal perbuatan manusia dari yang terkecil sampai yang terbesar. 

Seluruhnya akan terlihat dan tidak ada yang luput dari perhitungan. 

Perbuatan baik meskipun hanya seberat atom akan ada balasannya, begitu pula perbuatan jahat walaupun seberat atom juga akan ada balasannya. 

Berbahagialah orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Mereka akan mendapatkan timbangan yang berat untuk amal salihnya dan mereka juga akan memperoleh kebahagiaan di akhirat. 

Di akhirat sebaliknya orang yang selalu berbuat kejahatan tentunya akan mendapati timbangan amal buruknya sangat berat. 

Banyak sekali ayat al-Qur’an yang menyatakan betapa meruginya orang yang ketika di dunia selalu berbuat jahat. 

Mereka kelak di akhirat akan mendapatkan siksaan yang amat berat di neraka sebagai balasan atas perbuatan jahatnya itu


Allah Swt. memiliki sifat Yang Maha Adil, karena seluruh perbuatan manusia akan diadili. 

Seluruh amal baik dan amal buruk manusia akan mendapatkan balasannya. Tidak ada satu perbuatan pun yang luput dari keadilan Allah Swt. 

Sebaliknya orang yang selalu berbuat kejahatan tentunya akan mendapati timbangan amal buruknya sangat berat. 

Banyak sekali ayat al-Qur’an yang menyatakan betapa susahnya seseorang yang ketika di dunia selalu berbuat jahat. 

Mereka kelak di akhirat akan mendapatkan siksaan yang amat berat di neraka sebagai balasan atas perbuatan jahatnya itu. 

Balasan terhadap amal buruk yang dilakukan ketika hidup di dunia ditimpakan setelah dilakukan penimbangan seberapa berat kejahatan dan keburukan yang telah dilakukannya. 

Kemudian mereka akan mendapatkan balasannya berupa siksa di neraka 

 

1. Surga sebagai Balasan Amal Baik 

Seluruh perbuatan baik manusia telah diperhitungkan pada saat Yaumul Hisab. Perbuatan baik itu akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt. 

Tidak ada sedikit pun perbuatan baik yang tidak mendapatkan balasan. Balasan Allah Swt. terhadap perbuatan baik tentu balasan yang sangat menyenangkan dan memuaskan 

Balasan yang memuaskan itu berupa surga yang di dalamnya penuh kenikmatan yang melebihi kenikmatan dunia. 

Ungkapan kenikmatan itu difirrmankan Allah Swt.: 

Artinya: “Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan. (Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (Q.S. Yāsin/36:55-58) 


1. Neraka sebagai Balasan Amal Buruk 

Setiap perbuatan buruk manusia juga akan menerima balasannya. Perbuatan buruk sekecil apapun akan menerima balasannya, yakni neraka yang di dalamnya ada api yang sangat panas. 

Di neraka itulah balasan orang yang banyak melakukan dosa, takabur, sombong, dan terlebih tidak melaksanakan perintah Allah Swt. 

Mereka di neraka susah payah mendapatkan makan dan minum, mereka diberi minuman yang panas dan makanan dari pohon berduri. 

Firman Allah Swt.: 

Artinya: ”Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar.” (Q.S. al-Gāsyiyah/88:6-7) 

Para penghuni neraka tidak akan merasa aman atau menyenangkan sebab selalu diliputi angin dan air yang panas. 

Firman Allah Swt.: 

Artinya: “(Mereka) dalam siksaan angin yang sangat panas dan air yang mendidih dan naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.” (Q.S. al-Wāqi’ah/56:42-44) 

Begitulah gambaran betapa pedih dan beratnya siksaan yang diterima bagi mereka yang ringan timbangan amal kebaikan mereka. 

Hal ini merupakan balasan yang setimpal dari perbuatan yang dilakukan semasa hidup di dunia.


Muhammad Ahsan dan Sumiyati. 2015. Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas IX. Jakarta: Pusat Kurikulum Kemendikbud.

iklan tengah