PAI VII BAB 3 Semua Bersih, Hidup Jadi Nyaman

Taharah artinya bersuci dari najis dan hadas. 

Najis adalah kotoran yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah Swt.

Sedangkan hadas adalah keadaan tidak suci pada diri seorang muslim yang menyebabkan ia tidak boleh salat, tawaf, dan lain sebagainya. 

Apa saja yang harus dibersihkan?

Semua harus dibersihkan, termasuk badan, pakaian, tempat, dan lingkungan yang menjadi tempat segala aktivitas kita. 

Lebih-lebih tempat yang kita gunakan untuk melaksanakan salat. 

Lokasi ibadah ini harus suci dari najis dan bersih dari segala kotoran pasti akan menjadi lebih sempurna dan bermakna. 

Taharah meliputi 2 hal yaitu: taharah dari najis dan taharah dari hadas. Taharah dari najis maksudnya adalah membersihkan sesuatu dari najis. 


1. Najis Mukaffah 

Najis mukaffah adalah najis yang ringan, seperti air seni bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan apapun kecuali air susu ibu. 

Cara menyucikannya sangat mudah, cukup dengan memercikkan atau mengusapkan air yang suci pada permukaan yang terkena najis. 


2. Najis Mutawasitah

Najis mutawassitah adalah najis pertengahan. Contoh najis ini adalah darah, nanah, air seni, tinja, bangkai binatang, dan sebagainya. 

Najis jenis ini ada dua macam, yaitu najis hukmiyyah dan najis ainiyyah. 

Najis hukmiyyh diyakini adanya tetapi tidak nyata wujudnya (zatnya), bau dan rasanya. Cara menyucikannya adalah cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis. 

Sedangkan najis ainiyyah adalah najis yang tampak wujudnya (zatnya) dan bisa diketahui melalui bau maupun rasanya. 

Cara menyucikannya adalah dengan menghilangkan zat, rasa, warna, dan baunya dengan menggunakan air yang suci. 


3. Najis Mugaladah

Najis mugaladah adalah najis yang berat. Najis ini bersumber dari anjing dan babi. 

Cara menyucikannya melalui beberapa tahap, yaitu dengan membasuh sebanyak tujuh kali. Satu kali diantaranya menggunakan air yang dicampur dengan tanah.


1. Hadas Kecil

Kita terkena hadas kecil apabila mengalami/melakukan salah satu dari 4 hal, yaitu: 

  • Keluar sesuatu dari qubul (kemaluan) dan dubur 
  • Hilang akal (contoh tidur) 
  • Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim 
  • Menyentuh qubul (kemaluan) dan dubur dengan telapak tangan 
Cara menyucikan hadas kecil dengan berwudlu. Apabila tidak ada air atau karena sesuatu hal, maka bisa dengan tayammum. 


2. Hadas Besar

Kita terkena hadas besar apabila mengalami/melakukan salah satu dari enam perkara, yaitu: 

  • Berhubungan suami isteri (setubuh) 
  • Keluar mani 
  • Haid (mensturasi) 
  • Melahirkan 
  • Nifas 
  • Menginggal dunia Cara menyucikan hadas besar adalah dengan mandi wajib, yaitu membasahi seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Apabila tidak ada air atau karena sesuatu hal, maka bisa dengan tayammum

Cara menyucikannya adalah dengan mandi wajib, yaitu membasahi seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Apabila tidak ada air atau karena sesuatu hal, maka bisa dengan tayammum.


Masalah hadas besar bagi perempuan menjadi sangat penting dan menarik untuk dipelajari. 

Perempuan mengalami peristiwa khusus yang tidak dialami oleh seorang laki-laki. Seorang perempuan mengalami peristiwa haid, nifas, dan terkadang istihadah. 

Darah yang keluar dari rahim perempuan ada beberapa macam. Ada yang dinamakan haid, nifas, dan istihadah.


1. Darah Haid

Darah haid, yaitu darah yang keluar pada perempuan saat kondisi sehat. Adapun ciri-ciri secara umum adalah kental, hangat, baunya kurang sedap, hitam, merah tua, kemudian berangsur-angsur menjadi semakin bening. 

Kalau kamu sudah mengalami haid, maka bersyukurlah. Itu artinya organ-organ kewanitaanmu sudah berfungsi secara normal. 

Kapan perempuan mengalami haid? 

Sebagian perempuan ada yang sudah mengalami haid saat mulai berumu 9 tahun. Namun, rata-rata mereka mengalaminya pada usia belasan tahun. 

Berapa lama masanya haid? 

Masa haid minimal adalah sehari semalam, biasanya 6 atau 7 hari, dan paling lama adalah 15 hari. 

Kalau setelah 15 hari darah masih terus keluar, maka darah itu merupakan darah istihasah (penyakit). 

Apabila kalian ada yang mengalami kondisi ini, segeralah berkonsultasi dengan dokter. 

Perlu diingat bahwa perempuan yang sedang haid tidak boleh melaksanakan salat, puasa, membaca dan menyentuh/memegang al-Qur’an, tawaf, berdiam diri di masjid, berhubungan suami istri, dan cerai dari suami. 


2. Darah Nifas

Darah nifas, yaitu darah yang keluar sesudah melahirkan, setelah kosongnya rahim dari kehamilan, meskipun hanya segumpal darah. 

Sedikit atau banyaknya darah nifas juga bervariasi. Ada yang hanya satu tetes, keluar sehari, atau dua hari. 

Rata-rata perempuan mengeluarkan darah nifas selama 40-an hari dan paling lama 60 hari. 

Adapun cara mandi wajib untuk perempuan yang nifas sama sebagaimana mandinya haid. 


3. Darah Istihadah 

Ketiga darah istihadah, yaitu darah yang keluar tidak pada hari-hari haid dan nifas karena suatu penyakit. 

Darah istihadah ada empat macam yaitu: 

  1. Keluar kurang dari masa haid;
  2. Keluar lebih dari masa haid;
  3. Keluar sebelum usia haid atau setelah masa menopouse
  4. Keluar lebih lama dari maksimal masa nifas

Seorang perempuan yang mengeluarkan darah istihadah tetap harus melaksanakan kewajiban salat dan puasa. 

Apabila hendak salat maka bersihkan darah itu, pakailah pembalut, kemudian ambillah air wudu


Tata cara taharah dari najis sudah dijelaskan di awal bab ini, sedangkan tata cara taharah dari hadas meliputi: mandi wajib, wudu, dan tayammum.

Adapun sarana yang dapat digunakan untuk taharah yakni, air, debu, dan batu.

Pada umumnya, orang bersuci menggunakan air. Adapun air yang bisa dipakai untuk bersuci adalah air yang suci sekaligus menyucikan.

Air jenis ini merupakan air yang bersumber dari alam, baik yang keluar dari bumi maupun yang turun dari langit, seperti air sumur, air sungai, air hujan, air laut, air embun, air salju, dan sebagainya.

Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci tata cara taharah dari hadas.


Mandi wajib adalah mandi untuk menghilangkan hadas besar. Sering disebut juga mandi janabat/junub. Adapun cara mandi wajib adalah sebagai berikut:

a. Niat mandi untuk menghilangkan hadas besar. Jika dilafalkan, maka bacaanya sebagai berikut:
"Saya niat mandi menghilangkan hadas besar karena Allah ta'ala"

b. Menghilangkan nasis apabila terdapat di badannya seperti bekas tetesan darah.

c. Membasahi seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pada saat mandi wajib, kita juga disunahkan untuk membaca basmalah, mencuci kedua tangan sebelum ke dalam bejana, ber wudu terlebih dahulu, mendahulukan yang kanan dari yang kiri, menggosok tubuh, dan sebagainya.


Wudu adalah cara bersuci untuk menghilangkan hadas kecil. Adapun tata cara wudu sebagai berikut:

a. Niat dalam hati, Jika dilafalkan maka bacaanya sebagai berikut:
"Saya niat wujud menghilangkan hadas kecil karena Allah ta'ala"

b. Disunahkan mencuci kedua telapak tangan, berkumur-kumur, dan membersihkan lubang hidung.

c. Membasuh muka
d. Membasuh kedua tangan sampai siku
e. Mengusap kepala
f. Disunahkan membasuh telinga
g. Membasuh kaki sampai mata kaki
h. Tertib (dilakukan secara berurutan)
i. Berdoa setelah wudu


Apakah tayammum itu? Tayammum adalah pengganti wudu atau mandi wajib.

Hal ini dilakukan sebagai rukhsah (kekeringan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan (uzur).

Untuk lebih mudah memahaminya bacalah ilustrasi berikut ini.

Suatu ketika, kita sedang memiliki hadas kecil atau besar. Sementara kita harus segera salat. Namun, pada saat itu tidak tersedia air atau tidak bisa menggunakan air karena sesuatu hal.

Nah, solusinya adalah tayammum dengan menggunakan debu yang suci. Tidak sulit, bukan?

Jadi, tayammum dilakukan dengan menggunakan sarana debu yang suci. Debu ini digunakan sebagai pengganti air.

Apabila kita berada di dalam pesawat atau kendaraan, debu yang digunakan untuk tayammum cukup mengusap debu yang ada di dinding pesawat atau kendaraan.

Cara ini boleh dilakukan jika:
a. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya
b. Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit
c. Telah masuk waktu salat

Bertayammum itu mudah, caranya adalah sebagai berikut.
a. Niat (untuk dibolehkan mengerjakan salat)
"Aku niat bertayammum untuk dapat mengerjakan salat, karena Allah ta'ala"

b. Mengusap muka dengan tanah (debu yang suci)
c. Mengusap tangan kanan hingga siku-siku dengan debu
d. Mengusap tangan kiri hingga siku-siku dengan debu

Betapa pentingnya bersuci (taharah) dalam kehidupan kita, baik dari najis maupun dari hadas. Bersuci memiliki keutamaan dan manfaat yang luar biasa. 

Keutamaan-keutamaan itu antara lain: 

1. Orang yang hidup bersih akan terhindar dari segala macam penyakit karena kebanyakan sumber penyakit berasal dari kuman dan kotoran 

2. Rasulullah saw bersabda bahwa orang yang selalu menjaga wudu akan bersinar wajahnya kelak saat dibangkitkan dari kubur 

3. Dapat dijadikan sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt 

4. Rasulullah saw. menegaskan bahwa kebersihan itu sebagian dari iman dan ada ungkapan bijak pula yang mengatakan "kebersihan pangkal kesehatan" 

5. Kebersihan akan membuat kita menjalani hidup dengan lebih nyaman.


Penjual Bunga Cempaka

Seorang nenek penjual bunga cempaka setiap hari berjalan jauh ke pasar di kota untuk berjualan. 

Selepas berjualan, dia singgah dulu ke masjid untuk salat zuhur. Selepas berdoa, nenek itu membersihkan sampah dedaunan yang berserakan di halaman masjid. 

Ini dilakukannya setiap hari di bawah terik matahari. Setelah semua daun dibersihkan barulah dia pulang ke desanya. 

Pengurus masjid kasihan melihat kebiasaan nenek itu. 

Suatu hari, pengurus masjid memutuskan untuk membersihkan daun yang berserakan di halaman masjid sebelum nenek itu datang. 

Mereka pikir usaha itu akan membantu si nenek agar tidak perlu bersusah payah membersihkan halaman masjid itu. 

Rupanya, niat baik itu malah membuat nenek tersebut sedih dan akhirnya menangis. 

Dia bermohon supaya dia terus diberi kesempatan membersihkan halaman masjid seperti biasa. 

Akhirnya, pihak masjid terpaksa membiarkan situasi berjalan seperti biasa supaya nenek itu tidak lagi mengiba. 

Suatu ketika, seorang kyai bertanya mengapa si nenek melakukan hal tersebut. 

“Saya ini perempuan bodoh, Kyai. Saya tahu, amal-amal saya yang kecil ini mungkin juga tidak benar. Saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat tanpa syafaat Rasulullah saw. Setiap kali mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah saw. Kelak jika saya mati, saya ingin Rasulullah saw. menjemput saya. Biarlah semua dedaunan ini bersaksi bahwa saya telah membacakan salawat kepadanya.” 

“Sesungguhnya Allah dan malaikat bersalawat kepada nabi. Wahai orang-orang yang beriman bersalawat salamlah kepadanya. (Q.S. al-Ahzab/33: 56) 

Rasulullah saw. bersabda: 

“Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu.” (H.R. Abu Dawud). 

Mudah-mudahan kita dapat sama-sama menghayati keikhlasan sifat nenek yang mulia itu. Amin


Muhammad Ahsan, dkk. 2017. Pendidikan Agama Islam Kelas VII. Jakarta: Pusat Kurikulum Kemendikbud

iklan tengah