PAI VII BAB 6 Dengan Ilmu Pengetahuan Semua Menjadi Lebih Mudah

Q.S. ar-Rahman/55:33


Artinya:
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah) ” (Q.S. ar-Rahman/55: 33)

 

Q.S. al-Mujadalah/58:11

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,”Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadalah/58: 11)


Kandungan Q.S. ar-Rahman/55: 33 sangat cocok untuk kalian pelajari karena ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. 

Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. 

Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak. 

Hebat, bukan? Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. 

Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. 

Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik. Nabi Muhammad saw. bersabda: 

“Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam ” (H.R. Ibn Majah) . 

Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga menegaskan: 

“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.” 

Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. 

Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. 

Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan: 

“Saudaraku,engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.” 

Ungkapan Imam Syafi‘i di atas penting diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik menuntut ilmu. 

Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu yang lama.


Kandungan Q.S. al-Mujadalah/58:11 menegaskan bahwa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt. 

Mengapa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya? 

Sudah tentu, orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini. 

Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibanding orang yang tidak berilmu. 

Ayat ini juga menjelaskan tentang berlapang-lapanglah kalian ketika berada di dalam majlis (tempat mencari ilmu). 

Yakni apabila kita berada di tempat menuntut ilmu, baik itu di kelas, masjid, maj lis taklim dan lain sebagainya, kita harus memberikan kesempatan kepada orang lain untuk sama-sama mendapatkan tempat duduk yang layak. 

Akan tetapi perlu diingat bahwa orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. 

Oleh karena itu, keimanan sese orang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. 

Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.


Sebelum kalian menerapkan perilaku senang menuntut ilmu sebagai implementasi Q.S. ar-Rahman/55:33 dan Q.S. al-Mujadalah/58:11, terlebih dahulu kalian harus membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari, baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan maupun yang lainnya. 

Sikap dan perilaku terpuji yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. ar-Rahmaan/55:33 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut. 

  1. Senang membaca buku-buku pengetahuan sebagai bukti cinta ilmu pengetahuan. 
  2. Selalu ingin mencari tahu tentang alam semesta, baik di langit maupun di bumi, dengan terus menelaahnya. 
  3. Meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt. untuk manusia. Oleh karena itu, manusia harus merasa haus untuk terus menggali ilmu pengetahuan. 
  4. Rendah hati atas kesuksesan yang diraihya dan tidak merasa rendah diri dan malu terhadap kegagalan yang dialaminya 


Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai penghayatan dan pengamalan Q.S. al-Mujadalah/58: 11 dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut. 

  1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berusaha untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. 
  2. Bersikap sopan saat belajar dan selalu menghargai dan menghormati guru. 
  3. Senang mendatangi guru untuk meminta penjelasan tentang ilmu pengetahuan. 
  4. Selalu menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan keyakinan terhadap kekuasaan Allah Swt


Ada seorang ulama bernama Ibnu Hajar al-‘Asqalani. 

Pada mulanya, ia adalah seorang santri yang bodoh. Meskipun sudah lama belajar, dia belum juga paham. 

Akhirnya, Ibnu Hajar memutuskan untuk pulang. Dia pun mohon diri kepada kyainya supaya diperbolehkan pulang. 

Dengan berat hati sang kyai membolehkan Ibnu Hajar pulang, tetapi sambil berpesan agar Ibnu Hajar tidak berhenti belajar. 

Akhirnya Ibnu Hajar pulang ke rumah. 

Di tengah perjalanan, hujan turun dengan lebat. Dia terpaksa berteduh dalam sebuah gua. Pada saat di gua, dia mendengar suara gemericik air, lalu dia mendatangi sumber suara tersebut. 

Ternyata, itu suara gemericik air yang menetes pada sebongkah batu yang sangat besar. Batu besar itu berlubang karena telah bertahun-tahun terkena tetesan air. 

Melihat batu yang berlubang tersebut, akhirnya Ibnu Hajar merenung. 

Dia berpikir, batu yang besar dan keras ini lama-lama berlubang hanya karena tetesan air. Kenapa aku kalah dengan batu? 

Padahal akal dan pikiranku tidak sekeras batu, itu artinya aku kurang lama dan tekun belajar Setelah berpikir, akhirnya Ibnu Hajar kembali lagi ke pondok untuk menemui sang kyai. 

Ia pun belajar lagi dengan penuh semangat. 

Usaha tersebut tidak sia-sia. Dia berhasil menjadi orang alim, bahkan dapat mengarang beberapa kitab. 

Dari asal mula cerita batu di dalam gua, inilah kemudian beliau diberi sebutan Ibnu Hajar (Anak Batu)

Muhammad Ahsan, dkk. 2017. Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas VII. Jakarta: Pusat Kurikulum Kemendikbud

iklan tengah