Dinamika Hidrosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

Pengertian Hidrosfer

Hidrosfer adalah wilayah perairan yang mengelilingi bumi. Hidrosfer meliputi samudera, lautan, danau, air tanah, mata air, hujan, dan air yang berada di atmosfer.

Jumlah air di bumi tidak bertambah juga tidak berkurang, namun wujud dan tempatnya sering mengalami perubahan. Perubahan wujud air baik padat, cair, dan gas membentuk sebuah siklus hidrologi atau siklus air.


SIKLUS HIDROLOGI

Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah proses perputaran air dari air menguap menjadi awan dan apabila telah mencapai titik jenuh awan tersebut akan jatuh sebagai hujan dan seterusnya.

Berikut ini adalah istilah-istilah dalam siklus hidrologi: 

Evaporasi adalah Suatu proses yang mengubah air yang berwujud cair menjadi air dalam wujud gas atau biasa disebut dengan penguapan, sehingga memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi.

Siklus hidrologi berawal dengan terjadinya penguapan air yang ada di permukaan bumi.

Air-air yang tertampung di danau, sungai, laut, bendungan atau waduk berubah menjadi uap air dengan bantuan panas matahari.

Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam ini disebut dengan istilah evaporasi.

Semakin tinggi panas matahari (misalnya saat musim kemarau), maka jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi

Penguapan air ini bukan hanya terjadi di badan air dan tanah. Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan makhluk hidup, seperti hewan dan tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.

Selain itu, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam jaringan makhluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer.

Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit dan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi. 

Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel- partikel es.

Ketika uap air dari proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan sublimasi sudah mencapai ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es yang berukuran sangat kecil melalui proses konsendasi.

Perubahan wujud ini terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah saat berada di ketinggian tersebut.

Partikel- partikel es yang terbentuk tersebut akan saling mendekati satu sama lain dan bersatu hingga membentuk sebuah awan.

Semakin banyak partikel es yang bersatu, maka akan semakin tebal dan juga hitam awan yang terbentuk. Inilah hasil dari proses kondensasi 

Sublimasi adalah proses naiknya uap air ke atas atmosfer bumi. Sumblimasi merupakan proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air, tanpa harus melalui proses pencairan.

Sublimasi ini juga tidak sebanyak penguapan (evaporasi maupun transpirasi), namun meski sedikit tetap saja sublimasi ini tetap berkontribusi erat terhadap jumlah uap air yang naik ke atmosfer, namun jumlah air yang di hasilkan menjadi lebih sedikit.

Dibandingkan dengan evaporasi maupun transpirasi, proses sublimasi ini berjalan lebih lambat dari pada keduanya. 

Sublimasi ini terjadi pada tahap siklus hidrologi panjang. 

Adveksi merupakan perpidahan awan dari satu titik ke titik lainnya namun masih dalam satu horizontal.

Jadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan yang hitam dan gelap, awan tersebut dapat berpindah dari satu titik ke titik yang lain dalam satu horizontal.

Proses adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun perbedaan tekanan udara sehingga mengakibatkan awan tersebut berpindah.

Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara.

Proses adveksi ini memungkinkan awan yang terbentuk dari proses kondensasi akan menyebar dan berpindah dari atmosfer yang berada di lautan menuju atmosfer yang ada di daratan.

Namun perlu diketahui bahwa tahapan adveksi ini tidak selalu terjadi dalam proses hidrologi, tahapan ini tidak terjadi dalam siklus hidrologi pendek. 

Run off (limpasan) ialah suatu proses pergerakan air dari tempat yang tinggi menuju tempat rendah di permukaan bumi.

Proses pergerakan air ini berlangsung melalui saluran-saluran air contohnya  danau, got, muara, sungai, laut hingga samudra.

Dalam proses inilah air yang mengalami siklus hidrologi akan kembali ke lapisan hidrosfer.

Air yang sudah berada di bumi akibat proses presipitasi, tidak semuanya mengalir di permukaan bumi dan mengalami run off.

Sebagian kecil dari air tersebut akan bergerak menuju ke pori- pori tanah, merembes, dan menumpuk menjadi air tanah.

Proses pergerakan air ke dalam pori- pori tanah ini disebut sebagai proses infiltrasi.

Proses infiltrasi akan secara lambat membawa  air tanah untuk menuju kembali ke laut.

Setelah melalui proses run off dan infiltrasi, kemudian air yang telah mengalami siklus hidrologi akan kembali berkumpul ke lautan.

Dalam waktu yang berangsur- angsur, air tersebut akan kembali mengalami siklus hidrologi yang baru, dimana diawali dengan evaporasi.


Berdasarkan prosesnya, siklus hidrologi dibedakan menjadi tiga sebagai berikut:

Siklus hidrologi pendek merupakan siklus hidrologi yang tidak mengalami proses adveksi.

Uap air yang terbentuk melalui siklus hidrologi akan diturunkan melalui hujan yang terjadi di daerah sekitar laut tersebut.

Pada siklus ini, uap air akan diturunkan menuju sekitar laut melalui hujan. Berikut adalah penjelasan mengenai siklus hidrologi pendek:

  • Air laut mengalami proses penguapan dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari.
  • Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan.
  • Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut.

Siklus hidrologi sedang adalah siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia. 

Siklus ini terjadi saat air yang berada pada badan air (danau, rawa, laut, sungai) menguap, terkondensasi menjadi awan, kemudian awan tersebut bergerak ke tempat lain karena terdorong oleh angin atau karena perbedaan tekanan dan menurunkan hujan di permukaan tanah.

Siklus hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi membawa awan yang terbentuk ke atas daratan

Siklus ini terjadi di wilayah daratan yang di dekatnya terdapat laut atau di wilayah tropis. Berikut penjelasan singkat mengenai siklus hidrologi sedang ini:

  • Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari.
  • Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
  • Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
  • Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan kembali ke laut.

Siklus hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya terjadi di daerah beriklim subtropis atau daerah pegunungan.

Siklus hidrologi panjang sebenarnya sama peristiwanya dengan siklus hidrologi sedang.

Yang membedakannya adalah siklus ini memiliki daerah yang sangat luas sehingga perubahannya terjadi menjadi hujan salju dan mengalir melalui sungai dan akan kembali menuju laut.

Dalam siklus hidrologi ini, awan tidak langsung diubah wujud menjadi air, melainkan terlebih dahulu turun sebagai salju dan membentuk gletser.

Penjelasan mengenai siklus hidrologi panjang ini adalah sebagai berikut:

  • Air laut yang terkena pemanasan sinar matahari akan mengalami penguapan dan menjadi uap air
  • Uap air yang telah terbentuk akan mengalami proses sublimasi
  • Kemudian awan terbentuk dengan mengandung kristal-kristal es
  • Awan mengalami proses adveksi dan kemudian bergerak ke daratan
  • Awan akan mengalami presipitasi dan kemudian akan turun sebagai salju
  • Salju akan terakumulasi menjadi gletser
  • Gletser tersebut akan mencair karena adanya pengaruh suhu udara dan membentuk aliran sungai
  • Air yang berasal dari gletser akan mengalir di sungai tersebut kemudian akan kembali ke laut.

SUNGAI

Sungai adalah wilayah perairan yang terdapat di permukaan bumi yang lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya, miring berupa alur tempat air tawar mengalir menuju ke sungai induk atau ke laut.

Macam-Macam Arah Aliran Sungai

Berdasarkan arah alirannya, sungai dapat dibedakan sebagai berikut:

Sungai konsekuen adalah sungai yang arah alirannya sesuai dengan kemiringan lereng atau daerah yang dilaluinya.

Sungai subsekuen adalah sungai yang alirannya tegak lurus dengan sungai konsekuen dan bermuara pada sungai konsekuen

Sungai obsekuen adalah sungai yang mengalir berlawanan dengan arah kemiringan lapisan batuan daerah tersebut (berlawanan arah dengan sungai konsekuen) dan bermuara atau merupakan anak dari sungai subsekuen.

Sungai resekuen adalah sungai yang mengalir mengikuti arah kemirngan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen

Sungai insekuen adalah sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab-sebab yang nyata. Sungai ini mengalir dengan arah tidak tertentu sehingga terjadi pola liran dendritis.


Macam-Macam Pola Aliran Sungai

Berdasarkan pola alirannya, sungai dapat dibedakan sebagai berikut:

Pola pinate adalah bentuk khusus dari pola dendritis yang mempunyai ciri yaitu anak sungainya hampir sejajar dengan induk sungai dan bermuara pada induk sungai dengan sudut lancip.

Sudut lancip tersebut menunjukkan kecuraman lereng yang besar

Pola aliran pinnate memiliki aliran sungai yang muara anak sungainya membentuk sudut lancip. Secara umum, lereng dalam pola aliran sungai pinnate bersifat lebih terjal.

Pola trellis yaitu sungai-sungai yang memperlihatkan letak paralel menurut strike.

Anak-anak sungainya yang sekunder bergabung secara tegak pada sngai-sungai yang paralel tadi. Biasanya pola sungai semacam ini terdapat di daerah berstruktur lipatan.

Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikendalikan oleh struktur geologi berupa pelipatan siklin dan antiklin.

Pola aliran trellis dicirikan oleh pola saluran-saluran air yang sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya yang berarah searah dengan sumbu lipatan.

Pola barbed biasanya terdapat pada daerah aliran hulu dan daerah alirannya tidak begitu luas.

Pada pola ini cabang-cabang sungai bergabung dengan sungai utama dengan sudut yang meruncing ke arah hulu. 

Biasanya pola ini terbentuk sebagai akibat pembajakan sungai (arus). Bentuknya seperti sungut atau gunting terbuka.

Pola rectanguler yaitu suatu pola dimana sungai induk dengan anak-anaknya membelok dengan membentuk sudut 90° (siku). Hal ini dipengaruhi oleh sistem retakan atau patahan.

Pola rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti pada struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan) dan dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola struktur kekar dan patahan.

Pola deranged yaitu suatu pola aliran sungai yang tidak beraturan. Pola ini biasanya terdapat di danau atau rawa. Sungainya mengalir keluar masuk rawa atau danau. Anak-anak sungainya pendek-pendek.

Pola memusat yaitu suatu pola aliran sungai yang terdapat pada daerah depresi atau cekungan kawah. Aliran-aliran sungai mengalir dari lereng menuju cekungan.

Pola aliran sentripetal adalah pola aliran dimana aliran sungainya mengalir ke satu tempat berupa cekungan (depresi). 

Pola aliran ini berlawanan dengan pola aliran radial.

Pola radial yaitu suatu pola aliran sungai yang tersebar dari suatu puncak, seperti kubah, gunung api dll.

Pola aliran radial sentrifugal adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara sentrifugal dari suatu titik ketinggian, seperti puncak gunung api atau bukit intrusi. 

Bentangalam kubah (domes) dan laccolith juga menghasilkan pola aliran radial.

Pola paralel yaitu suatu pola aliran sungai dimana aliran-aliran sungainya hampir sejajar. Pola aliran ini biasanya terdapat pada lereng-lereng yang sangat curam.

Pola aliran paralel adalah pola aliran sungai yang berbentuk hampir sejajar antara satu sungai dengan sungai yang lainnya. 

Umumnya, lereng dalam pola aliran sungai ini cenderung bersifat curam.

Pola anular yaitu suatu pola aliran sungai yang terdapat pada daerah dengan struktur kubah yang sudah sampai pada peringkat dewasa. Pola ini menyerupai cincin.

Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu.

Pola aliran ini banyak dijumpai pada morfologi kubah (domes) atau laccolith

Pola braided terbentuk sebagai akibat aliran sungai yang terbagi karena adanya gangguan pada aliran (arus) sungai seperti pengendapan ditengah sungai  atau sungai tersebut tiba-tiba melalui suatu daerah yang terangkat dan lain-lain.

Pola densritis yaitu suatu pola aliran sungai, dimana cabang-cabang (anak sungai) bermuara pada aliran utama (induk) dengan sudut yang tidak teratur.

Jadi yang bermuara pada aliran utama (induk) dengan sudut lancip, tumpul, maupun siku-siku. Biasanya pola ini terdapat pada daerah batuan sedimen atau batuan beku.

Pola Aliran dendritik adalah pola aliran yang percabangannya menyerupai struktur pohon. Pada umumnya, pola aliran dendritik dikendalikan oleh litologi batuan yang homogen.

Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikendalikan oleh jenis batuannya. Tekstur merupakan panjang sungai per satuan luas.

Resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh terhadap proses-proses pembentukkan alur-alur sungai.

Apabila sistem sungai terbentuk pada batuan yang tidak resisten akan membentuk pola aliran sungai yang rapat (tekstur halus), sebaliknya apabila resisten akan membentuk tekstur kasar.


Sungai Hujan

Sungai hujan adalah sungai yang sumber mata airnya hanya berasal dari hujan.


Sungai Gletser

Sungai gletser adalah sungai yang airnya berasal dari salju yang mencair


Sungai Campuran

Sungai campuran adalah sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan dan salju yang mencair.

Bagian Hulu

Ciri-ciri DAS hulu, sebagai berikut:

  • Kemiringan sungainya sangat besar.
  • Aliran sungai deras dan banyak ditemukan jeram (air terjun)
  • Erosi sungai sangat aktif.
  • Erosinya kearah vertical (ke arah dasar sungai).
  • Lembah sungainya berbentuk V


Bagian Tengah

Ciri-ciri DAS tengah, sebagai berikut:

  • Kemiringan sungai sudah berkurang.
  • Aliran sungai tidak seberapa deras dan jarang dijumpai jeram.
  • Erosi sungai agak berkurang dan sudah ada sedimentasi.
  • Erosi sungai berjalan secara vertical dan horizontal.
  • Lembah sungainya berbentuk U


Bagian Hilir

Ciri-ciri DAS hilir, sebagai berikut:

  • Kemiringan sungai sangat landai.
  • Aliran sungai berjalan sangat lamban.
  • Erosi sungai sudah tidak ada yang ada adalah sedimentasi.
  • Sedimentasi membentuk daratan banjir dengan tanggul alam.
  • Lembah sungai berbentuk huruf U.

Meander adalah bentuk aliran sungai yang berkelok-kelok. Ketampakan ini sering terdapat pada aliran sungai di daerah dataran rendah.

Terbentuknya meander ialah karena adanya reaksi dari aliran sungai terhadap batu-batuan yang relatif homogen dan kurang resisten terhadap erosi.

Delta adalah material sungai hasil erosi yang berasal dari daerah hulu dan diendapkan di muara sungai.

Sedimen erosi sungai akan membentuk delta di muara sungai, yaitu pantai. Bentuk dan ukuran delta berbeda-beda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut, antara lain jenis batuan, kecepatan aliran sungai, dan musim.

beberapa bentuk delta, antara lain delta berbentuk kopas atau segitiga, kaki burung, dan kapak.

Di beberapa kota sungai sebagai sumber kebutuhan air bagi masyarakat melalui proses pengolahan terlebih dahulu

  • Sungai banyak mengandung bahan-bahan bangunan, seperti pasir, batu kali, dan kerikil
  • Sungai dapat memberikan mata pencaharian penduduk
  • Air terjun sungai dapat digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik
  • Sungai dapat menambah kesuburan tanah karena sungai banyak mengandung mineral yang banyak dibutuhkan oleh tanaman
  • Hasil pengendapan sungai dapat menghasilkan dataran aluvial yang subur
  • Di Pulau Kalimantan sungai digunakan untuk lalu lintas atau transportasi air.


DANAU

Danau adalah suatu kumpulan air dalam satu basin atau cekungan tertentu. Danau mendapatkan air dari curah hujan, sungai-sungai, mata air, dan air tanah.

Sumber-sumber air tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai air pada danau.

Menurut proses terjadinya, danau dapat dibedakan sebagai berikut:

Adalah danau  yang terjadi karena adanya tenaga tektonik yang menyebabkan bentuk permukaan bumi lebih rendah daripada daerah di sekitarnya. Contohnya Danau Tempe, Danau Towuti, dan Danau Poso

Adalah danau yang terjadi karena adanya aktivitas gunung api, contohnya Danau Kalimutu (Flores), Segara Anakan (Rinjani), Sarangan, dan Kawah Ijen.

Adalah danau yang terjadi di daerah karst, contohnya danau karst di Pegunungan Sewu Yogyakarta

Adalah danau yang terjadi karena adanya pencairan es, contohnya di Pegunungan Jawa Wijaya (Papua) dan Pegunungan Alpen (Swiss).

Danau tapal kuda atau oxbow lake adalah danau yang terbentuk karena meander yang terputus. Danau ini bentuknya seperti tapal kuda

Adalah danau yang terjadi karena adanya aliran air yang tertimbun, baik secara alami maupun buatan manusia, contohnya Waduk Jatiluhur, Gajah Mungkur, dan Karangkates.


  • Sumber air minum
  • Budi daya perikanan darat
  • Sumber irigasi di bidang pertanian
  • Pendegahan dan pengendalian banjir
  • Sumber pembangkit listrik tenaga air


AIR TANAH

Air tanah adalah massa air yang ada di bawah permukaan bumi.

Lebih dari 98% dan semua air di daratan tersembunyi di bawah permukaan tanah, 2% terlihat sebagai air di sungai, danau, dan reservoir. Setengah dari 2% ini disimpan di reservoir buatan.

Meteoric Water

Meteorik water adalah air tanah yang berasal dari air hujan dan terdapat pada lapisan tanah yang tak jenuh.


Conate Water

Connate Water adalah air tanah yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan endapan, sejak pengendapan itu terjadi, termasuk juga air yang terperangkap pada rongga-rongga batuan beku leleran sewaktu magma tersembur keluar ke permukaan. Asalnya mungkin dari air laut atau air darat.


Fossil Water

Fossil Water adalah Air yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan dan tetap tinggal di dalam batuan tersebut sejak penimbunan itu terjadi. Kadang-kadang istilah ini disamakan dengan connate water.


Air Juvenil

Juvenil Water adalah air yang berasal dari dalam bumi (magma). Air ini bukan berasal dari air permukaan atau air atmosfer.


Pelliculkar Water

Pelliculkar Water adalah air yang tersimpan dalam tanah karena tarikan molekul-molekul tanah.


Phreatis Water

Phreatis Water adalah air tanah yang berada pada lapisan kulit bumi yang poreus (sarang). Lapisan air tersebut berada di atas lapisan yang tidak tembus air (kedap) atau di antara dua lapisan yang tidak tembus air.


Air Artesis

Artesian Water adalah air yang berada di antara dua lapisan batuan yang kedap (tidak tembus) air sehingga dapat menyebabkan air tersebut dalam keadaan tertekan.

Oleh karena itu, air artesis dinamakan juga air tekanan (pressure water).

Apabila air tanah ini memperoleh jalan keluar, baik disengaja maupun tidak, akan keluar dengan kekuatan besar ke permukaan bumi dan terjadilah sumber air artesis.

  • Merupakan bagian yang penting dalam siklus hidrologi
  • Menyediakan kebutuhan air bagi hewan dan tumbuhan
  • Merupakan persediaan air bersih secara alami
  • Untuk keperluan hidup manusia, antara lain untuk minum, memasak, dan mencuci
  • Untuk keperluan industri, misalnya tekstil dan farmasi
  • Untuk irigasi pada sektor pertanian


Rawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta memiliki ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis.

Tumbuhan yang tumbuh di rawa biasanya kayu ulin, rerumputan, enceng gondok dan lain sebagainya.

Wilayah rawa yang luas di Indonesia terdapat di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan Irian Jaya.

Swamp

Swamp adalah lahan basah yang selalu digenangi air dengan jenis tumbuhan yang hidup seperti lumut, rumput-rumputan semak-semak, dan tumbuhan jenis pohon.


Marsh

Sama halnya seperti swamp, namun tumbuhan yang tumbuh yang hidup didominasi oleh jenis lumut-lumutan, rerumputan dan alang-alang.


Bog

Bog adalah lahan basah yang permukaan tanahnya relatif kering, sedangkan dalam tanah bersifat jenuh air. Genangan air dangkal hanya terlihat di beberapa tempat.


Rawa Pasang Surut

Rawa pasang surut adalah jenis rawa yang airnya berasal dari pasang surut air laut. Tumbuhan yang hidup subur di jenis rawa pasang surut yaitu tumbuhan bakau.

Rawa Pantai

Rawa pantai adalah rawa yang terdapat di daerah pinggir pantai. Jenis rawa ini selalu dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Proses terjadinya rawa ini yaitu karena bagian-bagian rendah di pinggir laut selalu digenangi air laut.

Tanaman yang dapat tumbuh di rawa jenis ini antara lain pohon bakau. Contohnya: Rawa-rawa pantai yang berada di teluk Bone Sulawesi Selatan.


Rawa Payau

Rawa payau adalah rawa yang terdapat di muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.

Rawa payau terjadi karena ada bagian rendah di sekitar muara sungai selalu tergenang akibat peluapan air sungai dan pasang surutnya air laut.

Rawa jenis ini banyak ditumbuhi rerumputan dan pohon-pohon yang tahan air seperti kayu ulin, bakau, dan sebagainya.

Rawa jenis ini banyak ditemukan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Rawa jenis ini banyak dijadikan sebagai wilayah persawahan pasang surut  oleh penduduk dan pemerintah 


Rawa Sungai

Rawa sungai adalah rawa yang terjadi karena bagian sisi kiri dan kanan sungai terdapat daerah-daerah yang rendah sehingga air sungai selalu menggenanginya. 

Rawa jenis ini banyak terdapat pada wilayah pedalaman di Kalimantan dan bagian timur pulau Sumatera. 

Contohnya: 

Rawa-rawa yang ada di sungai Musi antara Kota Palembang hingga Kota Sebayu (Sumatera Selatan), rawa-rawa sungai Mahakam antara Muara Kaman hingga Muara Amuntai dan Kahala yang ada di Kalimantan Timur.


Rawa Cekungan

Rawa cekungan adalah rawa yang terdapat pada daerah cekungan tertentu yang selalu terisi oleh air.

Terjadinya cekungan tersebut yaitu karena penurunan atau pengangkatan oleh tenaga endogen di sekeliling cekungan. Contohnya: Rawa Pening yang ada di Jawa Tengah.


Rawa Danau

Rawa danau adalah rawa yang terjadi akibat pasang surut air danau. 

Pada musim hujan, danau akan menggenangi daerah sekitarnya dan pada musim kemarau air danau akan surut. 

Daerah sekeliling danau yang mengalami pasang surut maka akan terbentuk rawa danau. Contohnya yaitu rawa yang di sekitar danau Tempe, Sulawesi Selatan.

Rawa Air Asin

Rawa air asin adalah rawa yang memiliki kandungan air terdiri dari air asin atau air laut.

Rawa ini banyak terdapat di daerah pantai di Indonesia, seperti rawa-rawa yang ada di pantai barat dan pantai timur Aceh, rawa-rawa yang ada di sekitar pantai teluk Bone Sulawesi Selatan dan lain sebagainya.


Rawa Air Payau

Rawa air payau adalah rawa yang terbentuk karena adanya percampuran antara air asin (air laut) dan air tawar.

Rawa ini memiliki rasa air yang payau. Rawa air payau banyak terdapat di muara sungai yang ada di Kalimantan dan muara sungai yang ada di pantai timur pulau Sumatera.


Rawa Air Tawar

Rawa air tawar adalah rawa yang kandungan airnya dipengaruhi oleh air sungai, air hujan, dan air tanah.

Rawa ini memiliki rasa air yang tawar. Rawa jenis ini banyak terdapat pada daerah pedalaman sungai yang ada di Kalimantan dan pedalaman sungai yang ada di pantai timur pulau Sumatera dan juga rawa-rawa yang ada di daerah cekungan dan rawa danau.

  • Tumbuhan rawa seperti eceng gondok dapat dijadikan bahan baku pembuatan biogas dan barang-barang kerajinan anyaman, seperti tas, dompet, dan hiasan dinding
  • Dapat dijadikan daerah pertanian pasang surut
  • Sebagai lahan untuk usaha perikanan darat
  • Dapat dikembangkan menjadi daerah wisata


Laut adalah sekumpulan air yang sangat luas di permukaan bumi dan memisahkan atau menghubungkan suatu benua atau pulau dengan benua atau pulau lainnya.

Laut yang sangat luas disebut samudra. Jadi, dapat dikatakan bahwa laut merupakan bagian dari samudra.

Ilmu yang memepelajari laut atau lautan disebut oseanografi. 

Objek yang dipelajarainya mengenai keadaan fisik air, gerakan, kedalaman, kualitas air, pasang naik, dan pasang surut

Berdasarkan proses terjadinya, laut dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu sebagai berikut:


Laut Trangresi

Laut transgesi adalah laut yang terjadi sebagai akibat naiknya transgesi yang biasanya kurang dari 200 meter. Oleh karena itu, laut ini sering juga disebut laut dangkal.


Laut Ingresi

Laut ingresi adalah laut yang terjadi karena adanya penurunan bagian permukaan bumi (degradasi). Kedalaman laut ingresi biasanya lebih dari 200 meter, sehingga laut ingresi dikenal sebagai laut dalam.


Laut Regresi

Laut regresi adalah laut yang terjadi sebagai akibat proses pengendapan lumpur sungai (sedimen fluvial).

Berdasarkan letaknya, laut dapat dibedakan sebagai berikut:


Laut Tepi

Laut tepi yaitu laut yang terletak ditepian benua yang seolah-olah terpisah dari lautan oleh deretan pulau-pulau dan semenanjung. Contohnya Laut Cina Selatan, Laut Jepang, dan Laut Bering;


Laut Pertengahan

Laut pertengahan adalah laut yang terletak diantara benua-benua. Biasanya merupakan wilayah laut dalam. 

Contoh: Laut Mediteran yang terletak diantara Benua Eropa-Asia dan Afrika;


Laut Pedalaman

Laut pedalaman adalah laut yang terletak di tengah-tengah benua atau hampir seluruhnya dikelilingi daratan. 

Contoh: Laut Kaspia, Laut Baltik, Laut Mati, dan Laut Hitam.

Berdasarkan kedalamannya, laut dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu sebagai berikut:


Zona Litoral

Zone litoral adalah wilayah laut yang pada saat terjadinya pasang naik tertutup oleh air laut dan ketika air laut surut wilayah ini menjadi kering. Zona ini sering disebut sebagai wilayah pasang surut.


Zona Neritik

Zona neritik adalah wilayah laut mulai zona pasang surut sampai kedalaman 200 meter. Zona ini merupakan tempat terkonsentrasinya biota laut, terutama berbagai jenis ikan. Zona neritik sering disebut wilayah laut dangkal.


Zona Batial

Zona batial adalah wilayah laut yang merupakan lereng benua yang tenggelam di dasar samudera. Kedalaman zona ini berkisar di atas 200 meter – 2000 meter.


Zona Abisal

Zona abisial adalah wilayah laut yang merupakan wilayah dasar samudra. Kedalamannya di atas 2000 meter, dan jenis biota yang ada pada zona ini terbatas.

Morfologi Laut

Bentuk dasar laut tidak berbeda dengan bentukan yang kita jumpai di daratan, seperti dataran tinggi, pegunungan, dan lembah.

Di dalam perairan laut terdapat bentuk-bentuk relief yang hampir sama dengan kenampakan di daratan.yang dinamakan dengan morfologi laut.

Adapun macam-macam morfologi laut adalah sebagai berikut:

Landas kontinen atau landas benua merupakan dasar laut yang merupakan kelanjutan dari benua.

Daerah ini adalah suatu relief dasar laut yang menurun perlahan-lahan mulai dari pantai ke arah tengah lautan sampai ke pinggir saat dasar laut tiba tiba menurun.

Landas kontinen mempunyai kedalaman sekitar 200 meter. Contohnya : pada Dangkalan Sunda yaitu kelanjutan dari Benua Australia.

Palung laut juga biasa disebut dengan trench. Palung laut adalah dasar laut yang sangat dalam, curam, sempit, dan memanjang.

Palung laut terbentuk karena adanya suatu gerak lipatan kulit bumi atau adanya patahan.

Contohnya: pada Palung Jawa mempunyai kedalaman 8.000 m, Palung Mariana mempunyai kedalaman 9.635 m, dan Palung Mindanao mempunyai kedalaman 10.500 m.

Gunung laut merupakan gunung yang terbentuk di dasar laut. Gunung ini kadang ada yang sampai ke permukaan laut.

Gunung ini terbentuk akibat adanya suatu aktivitas vulkanisme. Contohnya pada Gunung Krakatau di Selat Sunda.

Ambang Laut (drempel) adalah dasar laut yang mencuat memisahkan satu perairan dengan perairan yang lain. Contohnya :pada ambang laut Sulawesi.

Paparan benua (shelf), merupakan suatu dasar laut yang melandai ke daratan dengan kedalaman rata-rata sampai dengan 200 m. Contohnya : pada paparan sahul, paparan sunda.

Laut dangkal yakni suatu laut yang kedalamannya kurang dari 200 meter.

Laut Dalam yakni sebuah laut yang kedalamannya lebih dari 200 m. Contohnya : pada laut banda.

Lembah laut atau bekken merupakan suatu daerah yang dalam dan luas di lautan. Daerah ini berupa cekungan. Contohnya : pada Indo-Australia Bekken di Samudra Hindia.

Punggung laut adalah salah satu relief dasar laut berupa bagian dari dasar laut yang menjulang ke atas sebagai pegunungan di laut.

Punggung laut di Indonesia antara lain terdapat di sebelah barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, dan selatan Pulau Sumba.

Pulau Koral/Pulau Karang (Terumbu) merupakan dasar laut yang sebagian atau semuanya terdiri atas karang.


Salinitas

Salinitas berhubungan dengan kadar air garam di suatu perairan laut.

Antara lautan yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan kadar air garam yang disebabkan oleh hal-hal, antara lain besar kecilnya penguapan, banyak sedikitnya curah hujan, banyak sedikitnya air tawar dari sungai yang masik, banyak sedikitnya cairan es yang masuk ke dalam laut, dan arus laut.


Suhu

Suhu merupakan faktor terpenting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan makhluk hidup yang tinggal di lautan.

Semakin tinggi suhu lautan maka baik bagi pertumbuhan tumbuh-tumbuhan laut. Keadaan suhu air laut ditentukan oleh penyinaran matahari, proses insolasi, letak lintang, dan keadaan angin.


Warna Air Laut

Kecerahan air laut tergantung dari zat-zat organik yang ada di laut.

  • Hitam, karena adanya lumpur hitam yang terdapat di dasar laut
  • Kuning karena terdapat lumpur kuning
  • Merah disebabkan oleh banyaknya binatang kecil yang berwarna merah terapung
  • Putih disebabkan oleh permukaan air laut tertutup oleh salju
  • Biru, terjadi karena sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak daripada sinar-sinar yang lain
  • Ungu ditimbulkan oleh organisme yang mengeluarkan sinar fosfor
  • Hijau disebabkan air laut mengandung plankton dalam jumlah besar

Air laut adalah massa zat yang mudah bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi gerakan air laut, seperti adanya angin, perbedaan kerapatan air, dan perbedaan kadar garam. Gerakan air laut terdiri atas gelombang, arus, dan pasang surut.


Gelombang

Gelombang laut dapat didefinisikan sebagai suatu proses turun naiknya molekul-molekul air laut, membentuk puncak, dan lembah.

Secara umum, gerak gelombang laut terbentuk karena adanya pengaruh angin, terutama berhubungan dengan hal-hal berikut.

1. Kecepatan Angin

Semakin kencang angin bertiup semakin besar gelombang laut yang ditimbulkannya. Selain itu, kecepatan angin juga berpengaruh terhadap panjang gelombang dan cepat rambat gelombang.


2. Lamanya Angin Bertiup

Semakin lama angin bertiup gelombang semakin besar.


3. Fetch

Fetch yaitu daerah yang terkena pengaruh gerakan angin. Semakin luas fetch, gelombang yang terbentuk memiliki panjang gelombang lebih besar.

Berdasarkan posisi atau letak gelombang terhadap fetch nya, kita mengenal dua jenis gelombang, yaitu sea waves dan swell.

Sea waves adalah gelombang laut yang berada di daerah pengaruh angin atau gelombang yang letaknya di dalam fetch. Swell adalah gelombang laut di luar pengaruh fetch.


4. Perbedaan Kerapatan

Sebagaimana prinsip terjadinya gelombang yang dikemukakan oleh Helmholtz yang berbunyi jika ada dua massa benda yang berbeda kerapatan atau densitasnya saling bersentuhan atau bergesekan satu sama lain, pada bidang sentuhnya akan terbentuk gelombang. 

Menurut prinsip ini, gelombang laut dapat terjadi akibat bersentuhannya molekul air laut dan molekul udara yang berbeda tingkat kerapatannya.


5. Kedalaman Laut

Adanya perubahan kedalaman dasar laut secara tiba-tiba dari dalam menjadi dangkal ke arah pantai mengakibatkan bagian bawah gelombang tertahan oleh dinding dasar laut. 

Benturan gelombang laut dengan dinding dasar laut ini mengakibatkan terbentuknya gerak ombak membalik yang menimbulkan pecahan gelombang yang dikenal dengan istilah Breaking Waves atau Breakers.


Arus Laut

Arus laut adalah gerakan massa air laut dari suatu wilayah ke wilayah lainnya. Gerakan massa air laut ini dapat secara mendatar berupa arus permukaan dan arus dasar, ataupun secara vertikal, dari lapisan bawah ke atas atau sebaliknya.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya arus laut antara lain sebagai berikut.

1. Gerakan Angin

Gerakan angin yang arahnya tetap sepanjang tahun, yang mengakibatkan arus laut berupa gerakan air permukaan yang arahnya mendatar. Contohnya adalah sebagai berikut.

Angin Passat menggerakkan massa air laut berupa arus permukaan yang meliputi arus khatulistiwa utara bergerak di Samudra Pasifik dan Atlantik, serta arus khatulistiwa selatan yang bergerak di Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia.

Angin Barat mengakibatkan adanya Arus Teluk (Gulfstream) yang bergerak dari pantai Timur Amerika Serikat menyusuri Samudra Atlantik sampai ke pantai Barat Benua Eropa sekitar Inggris, dan arus Kuroshio (arus hitam) di sekitar pantai timur Kepulauan Jepang.


2. Perbedaan Tinggi Permukaan Laut

Perbedaan tinggi permukaan air laut, mengakibatkan terjadinya arus atau gerakan air untuk mengisi wilayah laut di tempat lain yang permukaannya lebih rendah.

Arus yang terjadi akibat perbedaan tinggi permukaan laut dinamakan arus kompensasi atau arus pengisi.

Berdasarkan arah gerakannya, arus kompensasi dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

Arus kompensasi mendatar, seperti arus anti khatulistiwa di Samudra Pasifik dan Atlantik, Oyashio di Jepang, dan arus Labrador di Pantai Timur Kanada

Arus kompensasi vertikal atau tegak, seperti Arus Kalifornia di Pantai Barat Amerika Serikat, Benguella di Pantai Barat Afrika Selatan, Canari di Pantai Barat Afrika Utara, dan arus Australia Barat.


3. Adanya Rintangan

Adanya rintangan pulau atau benua, mengakibatkan arus laut berbelok mengikuti garis pantai pulau atau benua tersebut. Contohnya antara lain arus Brasil, arus Meksiko, dan arus Agulhas..


4. Perbedaan Suhu dan Salinitas

Perbedaan suhu dan salinitas (kadar garam) air laut, menyebab- kan perbedaan kerapatan atau densitas massa air laut sehingga menimbulkan gerakan air laut dari wilayah yang memiliki densitas tinggi ke wilayah yang densitasnya rendah. 

Arus laut yang diakibatkan oleh perbedaan suhu dan kadar garam dinamakan arus thermohalin..


Pasang-Surut

Pasang naik dan pasang surut air laut merupakan fenomena gerakan air laut yang terjadi dua kali setiap hari. 

Pada saat pasang naik, permukaan air laut mengalami kenaikan beberapa sentimeter dari keadaan normal, sebaliknya saat pasang surut permukaan laut mengalami penurunan. 

Wilayah pantai yang menjadi kawasan peralihan antara pasang-surut air laut dinamakan zone litoral.

Penyebab utama dari gejala alam ini adalah adanya gaya tarik (gravitasi) bulan dan matahari terhadap Bumi, namun yang lebih terasa pengaruhnya adalah gravitasi bulan karena jarak matahari dan Bumi sangat jauh.

Tinggi muka air laut pasang naik dan pasang surut tidak sama setiap hari. Hal ini sangat bergantung dari posisi Matahari, Bumi, dan bulan.

Pada 1 Hijriyah (bulan baru) dan 14 Hijriyah (bulan purnama), di mana posisi ketiga benda langit ini terletak pada satu garis lurus maka gaya tarik matahari dan bulan terhadap Bumi berakumulasi menjadi satu.

Pada saat inilah terjadi pasang-surut tertinggi di muka Bumi yang dikenal dengan pasang purnama. Pada tanggal 7 dan 21 Hijriyah, ketika posisi matahari, Bumi, dan bulan membentuk sudut 90°, gaya tarik matahari dan bulan terhadap Bumi saling berlawanan.

Akibatnya, pada kedua tanggal tersebut gejala pasang-surut mencapai puncak terendah, yang dikenal dengan istilah pasang perbani


Pantai

Pantai adalah ketampakan alam yang menjadi batas antara wilayah yang bersifat daratan dengan wilayah yang bersifat lautan.

Wilayah pantai dimulai dari titik terendah air laut pada saat surut hingga arah ke daratan sampai batas jauh gelombang atau ombak menjangkau daratan.

Tempat pertemuan antara air laut dngan daratan tadi dinamakan garis pantai (shore line). Garis pantai ini setiap saat berubah-ubah sesuai dengan perubahan pasang-surut air.

Bentuk pantai ada yang landai dan ada pula yang terjal.

Di Indonesia, bentuk pantai landai umumnya menghadap ke laut pedalaman, misalnya pantai utara Pulau Jawa.

Sedangkan bentuk pantai terjal (cliff), umumnya menghadap ke laut lepas (samudera) atau di daerah pengangkatan akibat tektonik lempeng.


Pesisir

Pesisir adalah suatu wilayah yang lebih luas daripada pantai. 

Wilayahnya mencakup wilayah daratan yang masih mendapat pengaruh laut (pasang-surut, suara deburan ombak, rembesan air laut di daratan) dan wilayah laut sejauh masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air sungai dan sedimentasi di darat).

Menurut Bakosurtanal, batas wilayah pesisir ialah daerah yang masih ada pengaruh kegiatan bahari dan sejauh konsentrasi permukiman nelayan.

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga kaya akan bahan tambang dan mineral, seperti minyak dan gas, timah, bijih besi, bauksit, dan pasir kuarsa.

Wilayah pesisir dan lautan termasuk prioritas utama untuk pusat pengembangan industri pariwisata.

Laut Teritorial

Laut teritorial adalah wilayah laut yang berada di bawah kedaulatan suatu negara. Batas laut teritorial ditarik dari garis dasar pantai pulau terluar ke arah laut bebas sejauh 12 mil laut.

Jika lebar laut antara pantai dua negara kurang dari 24 mil, maka batas laut teritorial ditetapkan dengan cara membagi dua jarak antara pantai dua negara yang bersangkutan. 

Perairan laut di luar batas 12 mil disebut laut lepas atau laut bebas.


Zona Ekonomi Eksklusif

Zona Ekonomi Eksklusif merupakan wilayah perairan laut ekonomis suatu negara, tetapi berada di luar laut teritorial, selebar 200 mil laut di tarik dari garis dasar pantai pulau terluar ke arah laut bebas.

Di dalam batas ZEE, negara yang bersangkutan memiliki prioritas untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumberdaya alam (hayati dan non hayati) yang terdapat di permukaan, di dalam dan di dasar laut.


Landas Kontinen

Landas kontinen adalah bagian dari benua yang terendam oleh air laut. Wilayah ini merupakan zone neritik dengan kedalaman antara 130-200 meter.

Batas landas kontinen diukur dari garis dasar ke arah laut dengan jarak paling jauh 200 mil laut.

Jika terdapat dua negara yang berdampingan pada batas landas kontinen maka batas laut akan dibagi dua sama jauh dari garis dasar masing-masing negara.

Pada landas kontinen, suatu negara memiliki hak dan wewenang untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya, seperti ikan dan barang tambang.

Sebagai negara kepulauan (archipelago state) yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia (61.000 krn), Indonesia memiliki ketiga macam wilayah perairan tersebut di atas.

Indonesia telah membuat perjanjian internasional (konvensi, traktat) dengan Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Australia.

Batas wilayah laut teritorial, ZEE dan Landas Kontinen Indonesia dengan negara-negara tersebut berimpit pada satu garis yang sama. 

Selain itu Indonesia telah membuat perjanjian batas ZEE dan landas kontinen dengan India di laut Andaman dan dengan Australia di Laut Arafura dan laut Timor.


-

Sumber air minum

Air yang kita minum sehari-hari baik yang berasal dari sumur, PAM, danau atau sungai dan lain-lain merupakan bagian perairan darat


Pembangkit Listrik

Perairan darat dapat kita manfaatan sebagai sumber tenaga, misalnya untuk pembangkit listrik tenaga air dan sebagai sarana transportasi


Sarana irigasi

Perairan darat dapat kita manfaatkan sebagai sarana irigasi. Dengan demikian, kita dapat melakukan berbagai usaha pertanian dan perkebunan


Budidaya Perikanan

Berbagai usaha perikanan darat (seperti ikan mas, lele, belut, nila) dapat kita jalankan berkat adanya sistem perairan darat. 

Majunya usaha perikanan darat di samping meningkatkan penghasilan juga meningkatkan kualitas gizi masyarakat


Sarana Transportasi

Sistem perairan darat dapat kita manfaatkan sebagai sarana transportasi. Contohnya, banyak sungai di Pulau Kalimantan dan Sumatera yang dimanfaatkan sebagai sarana transportasi.


Bahan Baku Industri

Pemanfaatan air sebagai bahan baku industri, misalnya dalam memproduksi listrik tenaga air. 

Contoh lainnya, PT Inalum di Sumatera Utara memanfaatkan air Sungai Asahan dalam proses produksi aluminimumnya


Tempat Rekreasi

Rekreasi waduk-waduk, rawa, danau, ataupunn sumber-sumber air panas merupakan tempat yang dapat kita jadikan sebagai sarana rekreasi yang menarik


Sarana Olahraga

Sistem perairan darat dapat dimanfaatkan sebagai sarana olahraga, seperti renang, selam, dan kano.

Manfaat perairan laut sebagai berikut:

  • Sarana transportasi
  • Usaha perikanan
  • Sumber bahan tambang
  • Pertanian laut
  • Pendidikan dan penelitian
  • Pelayaran
  • Tempat olahraga dan wisata
  • Pemanfaatan biota laut seperti bentos, nekton, dan plankton

Ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan perairan laut.

Permasalahan tersebut antara lain sarana transportasi yang masih terbatas, potensi laut yang belum dikelola secara maksimal, serta sarana perikanan laut yang umumnya masih sederhana.


-

Konservasi air tidak bisa lepas dari konservasi tanah, sehingga keduanya sering disebut bersamaan menjadi tanah dan air.

Mengapa demikian? Air tanah memiliki peran penting terhadap kehidupan manusia di muka bumi.

Hampir sebagian besar aktivitas manusia du muka bumi ini memanfaatkan air tanah. Pengambilan air tanah di Indonesia untuk berbagai sektor pembangunan cenderung terus meningkat.

Pengambilan air tanah terus-menerus akan menimbulkan dampak negatif berupa penurunan muka air tanah dan terjadinya amblesan tanah.

Hal tersebut harus kita atasi bersama mengingat manfaat air tanah yang begitu penting bagi kehidupan manusia.

Oleh sebab itulah, perlu dilakukan konservasi air tanah. Apa itu konservasi tanah itu?

Konservasi air tanah adalah upaya melindungi dan memelihara keberadaan, kondisi, dan lingkungan air tanah guna mempertahankan kelestarian atau kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai, demi kelangsungan fungsi dan kemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang.

Untuk menjaga agar kelestarian air tanahtetap terjamin maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.

  • Mencegah penggunaan air tanah berlebihan. Penggunaan air tanah yang berlebihan akan menurunkan volume air tanah. Oleh sebab itu, gunakan air secukupnya sesuai dengan kebutuhan
  • Mencegah terjadinya ledakan penduduk. Hal ini berkaitan dengan jumlah air yang akan dikonsumsi. Semakin banyaknya jumlah penduduk maka jumlah air yang dikonsumsi juga akan semakin banyak
  • Mencegah terjadinya perusakan hutan, seperti penambangan hutan dan melakukan penghijauan
  • Konservasi atau perubahan penggunaan lahan dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) harus mempertimbangkan manfaat dan dampak yang akan terjadi
  • Pengawasan terhadap pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) harus lebih ketat dan teliti
  • Pemanfaatan air tanah (tawar) di daerah pantai harus menaati peraturan yang ditetapkan pemerintah
  • Membuat sumur resapan

Daerah Aliran Sungai

DAS merupakan wilayah daratan yang menampung air hujan yang masuk ke daerah sungai. Jadi, DAS terdiri atas sungai utama dan anak-anak sungainya.

DAS juga disebut sebagai catchment rea (daerah tangkapan) karena DAS merupakan suatu ledakan yang dibatasi oleh punggungan (punggung bukit atau pegunungan) yang disebut watershed, kemudian air yang tertangkap di daerah tersebut akan dialirkan dalam suatu outlet (sungai utama).

Contoh DAS antara lain DAS Kapuas, DAS Serayu, dan DAS Cimanuk.

Suatu daerah aliran sungai bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu daerah aluran hulu, daerah alur tengah dan daerah aliran hilir.

Faktor-faktor yang mempengaruhi DAS adalah iklim, jenis batuan yang dilalui, dan banyak sedikitnya air yang jatuh ke alur pada waktu hujan.

Cepat atau lambatnya air hujan yang terkumpul di alur sangat tergantung pada bentuk lereng DAS. Di dalam wilayah daerah aliran sungai terdapat bentukan alam, seperti meander, dataran banjir, dan delta.

Berbentuk Bulu Burung

Ciri-ciri DAS bentuk bulu burung adalah debit air kecil karena aliran dari anak-anak sungai yang masuk ke sungai utama tidak bersamaan, namun jika terjadi banjir relatif lama.


Berbentuk Kipas

Ciri DAS berbentuk kipas adalah seperti kipas atau lingkaran. 

Aliran sungai menyebar dan anak-anak sungainya mengonsentrasi ke suatu titik secara radial, sehingga apabila tejadi banjir setelah hujan akan merata di seluruh permukaan DAS


Paralel

 Ciri DAS berbentuk paralel adalah terdapat dua sungai yang memiliki pola aliran paralel yang bertemu di bagian hilir. 

Pada pertemuan dua aliran sungai  tersebut sering terjadi banjir, jika hujan jatuh bergantian, banjir akan berlangsung cukup lama walaupun dengan debit yang kecil. 

Debit volume air yang mengalir per satuan waktu dan melewati suatu penampang melintang aliran sungai (m3/dt).

Bagian Hulu

Bagian hulu merupakan daerah yang memiliki ketinggian tempat yang paling tinggi dalam suatu DAS. Daerahnya adalah berbukit/bergunung dengan lereng sangat curam sehingga banyak ditemui jeram. Kondisi ideal daerah ini seharusnya untuk kawasan konservasi dengan peruntukan hutan.


Bagian Tengah

Bagian tengah adalah keadaan yang relatif landai sehingga jalur transportasi dan komunikasi relatif mudah. Bagian tersebut merupakan daerah aktivitas penduduk, seperti permukiman, perdagangan, industri, pertanian, dan lain-lain


Bagian Hilir

Bagian hilir merupakan daerah paling landai dan relatif subur, daerah ini banyak dimanfaatkan untuk pertanian.


Permasalahan yang berkaitan dengan hidrosfer tidak sedikit.

Berbagai permasalahan tersebut sering kita jumpai di lingkungan sekitar, misalnya saja banjir, pembuangan sampah di sungai, pencemaran air dan sebagainya.

Hal tersebut tidak boleh kita biarkan begitu saja. Oleh sebab itu perlu adanya sebuah lembaga yang mengatur mengenai permasalahan tersebut.

Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan perikanan (BBPSEKP) adalah Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan di bidang penelitian sosial ekonomi kelautan dan perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badang Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.

BBPSEKP mempunyai tugas sebagai berikut:

  • Penyusunan rencana progam dan anggaran, pemantauan dan evaluasi, serta laporan
  • Pelaksanaan penelitian sosial ekonomi kelautan dan perikanan meliputi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya, penembangan sistem usaha, sosial budaya, kelembagaan, penembangan model kawasan ekonomi, dan kebijakan dibidang perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan dan pemasaran produk, serta sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil.
  • Pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi, dan kerja sama penelitian sosial ekonomi kelautan dan perikanan
  • Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga

Balai Penelitian Daerah Aliran Sungai (BPDAS) adalah unit pelaksana teknis di bidang penelitian teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badang Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

BPDAS mempunyai tugas sebagai berikut:

  • Penyusunan rencana, program, dan anggaran penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai
  • Pelaksanaan penelitian dan kerja sama penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai
  • Pelaksanaan pelayanan data dan informasi serta ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil-hasil penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai
  • Pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana penelitian lingkup balai
  • Pelaksanaan pengelolaan hutan penelitian yang menjadi tanggung jawab Balai Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS)
  • Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penelitian di bidang teknologi kehutanan pengelolaan daerah aliran sungai
  • Pelaksanaan urutan tata usaha dan rumah tangga balai


iklan tengah