Keragaman Budaya Bangsa Sebagai Identitas Nasional Berdasarkan Keunikan dan Sebarannya

Budaya berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu biddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaita dengan budi dan akal manusia.

Kata budaya dalam KBBI diartikan sebagai pikiran, akal budi, atau adat istiadat. Budaya terbentuk dari berbagai unsur-unsur yang saling terkait.

Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia daengan belajar.

Sedangkan menurut Koentjaraningrat, kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia dengan belajar.

Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Kebudayaan merupakan sistem konsepsi yang diwariskan dan diekspresikan atau dikecualikan hanya dalam bentuk simbolis yang dengannya manusia berkomunikasi, melanggengkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang dan sikap terhadap kehidupan.

Dengan demikian Geertz hanya memasukkan dalam ranah kebudayaan adalah yang berbentuk simbol.

Seperti bahasa, gestur, simbol-simbol dalam kesenian dll. Kebudayaan secara universal atau keseluruhan memiliki unsur – unsur tertentu, antara lain:
  1. Bahasa;
  2. sistem kepercayaan;
  3. ilmu pengetahuan;
  4. sistem teknologi;
  5. sistem kekerabatan;
  6. sistem mata pencarian;
  7. kesenian.
Bangsa Indonesia yang plural, terbentuk atas beragam etnis, agama, dll. bukan hanya pengaruh dari dalam, dari luar pun turut mewarnai kebudayaan Indonesia, lewat proses asimilasi dan akulturasi.

 Kebudayaan Indonesia telah dipengaruhi Hindu-Budha yang datang dari India sejak 400 tahun sebelum Masehi.

Mahabharata dan Ramayana telah banyak diadaptasi dalam kebudayaan Indonesia bahkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah mengakar pada kepribadian orang Indonesia.

Selain Hindu-Budha, kebudayaan Islam juga telah beradaptasi di Indonesia, sejak awal abad ke 13.

Bahkan Islam kini menjadi agama mayoritas orang Indonesia.

Kebudayaan Barat masuk ke Indonesia sejak orang Portugis pertama mendarat di Nusantara, menyebarkan agama Katolik, dan orang-orang Belanda mendarat di Nusantara sekitar tahun 1500 Masehi membawa agama Protestan.

Bukanlah hal mudah untuk mempersatukannya dalam wujud kebudayaan nasional yang tunggal. Perbedaan ini harus diterima dengan satu kontrak kebangsaan Bhinneka Tunggal Ika.

Sehingga seluruh perbedaan dapat menyetu dalam Indonesia. Bent Anderson, menuliskan bingkai nasionalisme Indonesia ini bagai the imagine society (komunitas yang dibayangkan).

Konsep tentang kebudayaan Indonesia yang kemudian diperjelas menjadi kebudayaan nasional (Indonesia) atau kebudayaan bangsa bukan merupakan pembahasan baru dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia.

Sutan Takdir Alisyahbana, menyebutkan bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai suatu kebudayaan yang universal.

Unsur-unsur dikreasikan terutama yang masih langka dan dimiliki masyarakat Indonesia masa itu, yaitu: teknologi, ekonomi, keterampilan berorganisasi, ilmu pengetahuan.

Sementara tokoh budayawan lian, Poerbatjaraka menggariskan bahwa kebudayaan nasional Indonesia harus berakar pada kebudayaan Indonesia sendiri, artinya harus berakar pada kebudayaan suku-suku bangsa yang ada di Nusantara.

Dianjurkan pula agar manusia Indonesia banyak mempelajari sejarah kebudayaan sendiri. Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak kebudayaan daerah.

Dalam hal ini ia telah memasukkan aspek mutu karena ungkapan puncak berarti unsur-unsur kebudayaan daerah yang paling tinggi mutunya.

Keajekan konsep kebudayaan nasional ini dianggap penting karena selain di dalamnya termuat berbagai pedoman nilai juga mencerminkan simbol identitas bangsa, sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 sebagai berikut:

Undang-undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 32 menyatakan bahwa Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.

Selanjutnya, penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.

Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa.

Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Menurut Undang-undang RI Nomor 5 tahun 2017, Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan berlandaskan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dan asas pemajuan kebudayaan Indonesia adalah:

  1. toleransi;
  2. keberagaman;
  3. kelokalan;
  4. lintas wilayah;
  5. partisipatif;
  6. manfaat;
  7. keberlanjutan;
  8. kebebasan berekspresi;
  9. keterpaduan;
  10. kesederajatan; dan
  11. gotong royong.

Objek Pemajuan Kebudayaan meliputi:
  1. tradisi lisan;
  2. manuskrip;
  3. adat istiadat;
  4. ritus;
  5. pengetahuan tradisional;
  6. teknologi tradisional;
  7. seni;
  8. bahasa;
  9. permainan rakyat; dan
  10. olahraga· tradisional.
Indonesia dengan masyarakatnya yang multikultural turut dipengaruhi oleh kondisi geografi Indonesia yang tidak homogen.

Indonesia sebagai negara kepulauan juga merupakan isolasi yang cukup kuat melestarikan keragaman budaya tersebut.

Dalam Sensus Penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tersedia 1331 kategori suku.

Sejumlah 1331 kategori itu merupakan kode untuk nama suku, nama lain atau alias suatu suku, nama sub suku, bahkan nama sub dari sub suku.

Suku Jawa adalah suku terbesar dengan proporsi 40,05 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Menempati posisi kedua adalah Suku Sunda sebesar 15,50 persen.

Selanjutnya suku-suku lainnya memiliki proporsi di bawah lima persen penduduk Indonesia. 

Jumlah bahasa daerah di Indonesia yang terdata oleh Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan mencapai 652 bahasa daerah.

Dari jumlah bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia tersebut, paling banyak ada di Provinsi Papua, yakni sekitar 400-an bahasa.

Bahasa daerah di Papua terdata sangat banyak karena antara satu komunitas dengan komunitas lainnya memiliki bahasa masing-masing yang di antara mereka saling tidak memahami.

Keragaman budaya yang dimiliki Indonesia tidak muncul begitu saja. Ada beberapa hal yang menebabkan Indonesia memiliki keragaman budaya.

Berikut ini faktor-faktor penyebab keragaman budaya:

Indonesia terdiri atas ribuan pulau sehingga disebut negara kepulauan. Kepulauan Indonesia merupakan gugusan yang terpanjang dan terbesar di dunia.

Kondisi inilah yang menyebabkan keanekaragaman budaya. Beberapa faktor geografi yang berpengaruh terhadap keragaman budaya di Indonesia antara lian:

a. Iklim
Iklim mampu mempengaruhi pola kehidupan manusia. Manusia yang hidup di suatu daerah harus beradaptasi dengan tempat yang mereka tinggali.

Udara di tempat dia tinggal, kelembaban juga curah hujan dan lama penyinaran matahari juga ikut mempengaruhi hal ini. menurut Koppen, ada tiga iklim besar yang terdapat di wilayah Indonesia, Af, Am, dan Aw. Dari tropis basah, sedang hingga tropis kering.

Kemudian morfologi Indonesia yang beragam turut mempengaruhi perbedaan iklim di tiga wilayah iklim tersebut.

Dalam cara berpakaian misalnya, orang-orang yang bermukim di wilayah dingin akan menggunakan pakaian yang lebih tebal dan bahan yang memberikan hangat dari pada mereka yang tinggal di daerah hangat.

b. Morfologi
Morfologi dan ketinggian tempat, morfologi dan ketinggian menurut Junghun berpengaruh terhadap tanaman yang dapat tumbuh, hal ini pada kebudayaan amat menentukan bagaimana cara dan bagaimana penduduk bercocok tanam.

Orang bali yang tinggal di tempat pegunungan memanfaatkan kemiringan lereng untuk mengaliri sawahnya dengan sistem subak.

c. Laut
Indonesia merupakan negara kepulauan tentu memiliki budaya maritim yang kuat, arus laut yang berbeda-beda di laut Indonesia diadaptasi dengan cara yang berbeda-beda pula.

Kita mengenal perahu bercadik dan tidak bercadik pada nelayan Indonesia.

Nelayan pantai selatan Jawa memiliki perahu bercadik karena ombak laut selatan terkenal ganas.

d. Sungai
Sungai-sungai besar dan panjang yang airnya mengalir sepanjang tahun karena curah hujan yang tinggi.

Menjadi rahim dari lahirnya banyak kerajaan-kerajaan besar di Nusantara. Sriwijaya, Kutai kerta negara yang terkenal dengan transportasi airnya.

Selain itu sungai telah lama dimanfaatkan orang Indonesia untuk sistem irigasi. Bukankah budaya feodal juga lahir dari penguasaan atas sumber-sumber pengairan.


Secara garis besar, di Indonesia terdapat tiga kelompok ras yang berbeda. Mereka dalah Melanesoid, Proto Melayu (Melayu Tua), dan Deutro Melayu.

Kelompok ras ini diyakini sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Mereka hidup dan menyebar di berbagai daerah di Indonesia.

 Kelompok ras Melanosoid menyebar di Kepulauan Indonesia bagian Timur dan Papua. Kelompok ras Proto Melayu menyebar di daerah Kalimantan, Sulawesi, Lombok, dan Sumatera.

Kelompok ras Deutro Melayu menyebar di pulau-pulau Jawa, Bali, Madura, Sumatera, dan Sulawesi.

Dari sini diketahui bahwa sejak nenek moyang bangsa Indonesia sudah ada keragaman ras.

Nenek moyang bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai ras tersebut masuk dan menyebar di berbagai wilayah Indonesia.

Selain perbedaan ras, mereka juga membawa kebudayaan tersebut dan dapat diketahui sisa-sisa benda peninggalan yang ada di Indonesia.

Para arkeolog dan antropolog melakukan penelitian pada benda-benda peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia tersebut.

Hasilnya adalah pembagian kebudayaan berdasarkan masanya, yaitu Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan, masa Bercock Tanam, dan Masa Perundagian.

 Hasil lain adalah persebaran nenek moyang di Indonesia berdasarkan daerah penemuan benda-benda peninggalan.


Sensus Penduduk 2010 mengelompokkan seluruh wilayah administrasi Indonesia menjadi tujuh wilayah atau pulau, yang secara histori merupakan asal komunitas suku bangsa tertentu.

Ketujuh wilayah tersebut adalah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Koentjaraningrat menilai, klasifikasi suku bangsa Indonesia masih berdasarkan sistem lingkaran hukum adat yang disusun oleh van Vollenhoven.

Menurut van Vollenhoven, ada 19 lingkaran hukum adat di Indonesia sebagai berikut:
  1. Aceh;
  2. Gayo-Alas dan Batas, 2a. Nias dan Batu;
  3. Minangkabau, 3a. Mentawai;
  4. Sumatra Selatan, 4a. Enggano;
  5. Melayu;
  6. Bangka dan Biliton (Belitung);
  7. Kalimantan;
  8. Minahasa, 8a. Sangir Talaud;
  9. Gorontalo;
  10. Toraja;
  11. Sulawesi Selatan;
  12. Ternate;
  13. Maluku, 13a. Kepulauan Barat Daya;
  14. Nugini;
  15. Timor;
  16. Bali-Lombok;
  17. Jawa Tengah dan Jawa Timur;
  18. Surakarta-Yogyakarta;
  19. Jawa Barat.
  20. Salah satu unsur kebudayaan adalah bahasa. Secara tipologis, bahasa daerah Indonesia dapat dibedakan ke dalam rumpun bahasa Austronesia, dan rumpun bahasa Papua.

Rumpun bahasa Austronesia merupakan mayoritas di Indonesia, sekitar 66 % adalah rumpun bahasa ini.

Rumpun bahasa ini tersebar dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru di ujung selatan, dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah di ujung timur.

Persebaran Austronesia terjadi karena leluhur Austronesia melakukan migrasi ke Filipina. Dari sini kemudian menyebar ke pulau-pulau di Nusantara.

Secara genealogis, bahasa-bahasa Austronesia terdiri dari tiga kelompok:

1) Melayu-Polinesia Barat (Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa bagian barat).

2) Melayu-Polinesia Tengah (Sunda kecil, mulai Sumbawa bagian timur ke arah timur, kecuali Halmahera).

3) Halmahera Selatan-Papua Barat. Rumpun bahasa Papua, tersebar di Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.

Kata Identitas berasal dari bahasa inggris ‘identity’ yang memiliki pengertian ciri-ciri yang dimiliki oleh setiap individu dan  masing-masing dari individu tersebut memiliki ciri yang berbeda.

Identitas masing-masing individu berbeda sesuai dengan ciri-ciri, sifat, atau karkter yang dimilikinya.

Identitas tidak hanya melekat pada individu semata, namun juga berlaku pada suatu kelompok (komunitas maupun Negara).

Identitas biasanya berupa nilai, norma, atau ekspresi wajah yang ditunjukan saat berinteraksi dengan orang lain atau dalam interaksi sosial.

Dengan identitas dapat memudahkan untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri atau sifat dari suatu individu atau kelompok.

Nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok besar yang terikat oleh kesamaan-kesamaan seperti budaya, agama, bahasa, keinginan, cita-cita, dan tujuan.

Nasioal juga terikat oleh kesatuan wilayah yang sama.

Biasanya kelompok-kelompok akan terhimpun dan melahirkan tindakan yang diwujudkan dalam bentuk organisasi yang biasanya diberi atribut-atribut nasonal.

Dari kesamaan-kesamaan itulah sehingga masyarakatnya memiliki kesadaran dan kesetiaan untuk tinggal bersama dalam suatu wilayah tersebut.

Identitas nasional secara terminology adalah ciri-ciri yang dimilki oleh suatu bangsa dan antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya berbeda.

Perbedaan tersebut biasanya dilatarbelakangi oleh perbedaan sejarah, nasib, tujuan, cita-cita, dan lainnya.

Setiap bangsa memiliki visi dan misi tersendiri yang ingin diwujudkan. Dengan adanya identitas nasional dapat memudahkan untuk mengetahui ciri khas yang dimiliki oleh suatu bangsa.

Kebudayaan Indonesia juga merupakan bagian dari kebudayaan global. Kemajuan zaman yang diiringi dengan kemajuan teknologi telah mengantarkan kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan global.

Oleh sebab itu, di tengah-tengah globalisasi yang terjadi saat ini kita harus mempertehankan dan melestarikan kebudayaan Indonesia.

Interaksi global terjadi akibat adanya globalisasi. Globalisasi berasal dari kata global atau globe yang artinya dunia atau mendunia.

Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia.

Terjadinya globalisasi tentunya ditandai dengan beberapa hal yang membuat globalisasi semakin pesat berkembang.


Berikut ini merupakan ciri-ciri yang menyebabkan terjadinya globalisasi.
  • Perkembangan teknologi yang semakin canggih sehingga tidak ada lagi batasan ruang dan waktu dalam berkomunikasi
  • Munculnya masalah-masalah besar yang harus diselesaikan secara bersama-sama oleh beberapa negara
  • Masuknya budaya-budaya asing dengan mudah
Di Indonesia globalisasi secara fisik ditandai dengan berkembang pesatnya pemabangunan nasional, berdirinya hotel-hotel dan mall-mall, serta sistem transportasi yang semakin banyak.

Globalisasi juga melahirkan tenaga-tenaga ahli dan orang-orang berpendidikan di Indoensia, karena agar tidak tertinggal dengan perkembangan negara lain.


Globalisasi telah mempengaruhi semua aspek kehidupan dalam masyarakat, mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, dan bahkan kebudayaan.

Adanya globalisasi telah menyebabkan masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia yang sulit kita hindari.

Masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia tentu saja akan mempengaruhi kebudayaan nasional Indonesia.

Ciri terjadinya globalisasi terhadap kebudayaan sebagai berikut:
  • Berkembangnya pertukaran kebudayan internasional
  • Penyebaran prinsip multikebudayaan dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaanya
  • Berkembangnya turisme dan pariwisata
  • Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain
  • Berkembangnya metode yang berskala global, seperti pakaian, film, dan lain-lain
  • Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA
  • Persaingan bebas dalam bidang ekonomi
  • Meningkatkan interaksi budaya antarnegara melalui perkembangan media massa


Dampak negatif yang ditimbulkan dari globalisasi tidak bisa didiamkan begitu saja.

Sebagai generasi penerus bangsa kita harus dapat berperan serta dalam mengurangi dampak negatif dari globalisasi.

Langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak negatif  globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme sebagai berikut.
  • Menumbuhkan semangat nasionalisme melalui penanaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik-baiknya.
  • Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya
  • Mewujudkan supremasi hukum
  • Selektif terhadap pengaruh globalisasi

iklan tengah