25 Pengertian Infiltrasi Menurut Para Ahli

Pengertian Infiltrasi

Berikut ini adalah beberapa pengertian infiltrasi menurut para ahli:


Asdak (2010)

Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk kedalam tanah.


Arsyad (2010)

Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya (tidak mesti) melalui permukaan dan secara vertikal. Jika cukup air maka infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu kedalam profil tanah yang disebut sebagai perkolasi.


Jury dan Horton (2004)

Infiltrasi adalah suatu proses masuknya air kedalam tanah melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah  infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke bawah dari permukaan tanah.


Wikipedia

Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah itu sendiri. Di dalam tanah, air mengalir ke arah pinggir, sebagai aliran perantara menuju mata air, danau dan sungai secara vertikal yang dikenal dengan penyaringan menuju air tanah.


Suripin (2004)

Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah secara vertikal.


KBBI

Infiltrasi adalah penyusupan; perembesan.

Menurut Asdak (2010), infiltrasi adalah aliran air masuk kedalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan air ke arah vertikal). Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi.

Laju maksimal gerakan air masuk kedalam tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas  hujan melebihi kemampuan tanah menyerap kelembapan tanah.

Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil daripada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu milimeter per jam(mm/jam) (Asdak, 2010:229)

Air hujan yang masuk ke dalam tanah, dalam batas tertentu, bersifat mengendalikan ketersediaan  air untuk berlangsungnya proses evapotranspirasi.

Pasokan air hujan ke dalam tanah ini sangat berarti bagi kebanyakan tanaman ditempat berlangsungnya infiltrasi dan daerah sekelilingnya (Asdak, 2010:229).

Para pakar ekologi dan juga ahli pertanian seharusnya memahami keterkaitan antara tanaman dan air yang dibutuhkan dalam hidup tanaman tersebut dengan cara mempertimbangkan mekanisme berlangsungnya infiltrasi dan air larian dalam kajian mereka tentang hubungan tanaman-tanah-air (Asdak, 2010:229).

Air infiltrasi yang tidak kembali lagi ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah dan seterusnya mengalir ke sungai disekitarnya.

Meningkatkan kecepatan dan luas wilayah infiltrasi dapat memperbesar debil aliran selama musim kemarau yang adalah penting untuk memasok kebutuhan air pada musim kemarau, untuk pengenceran kadar pencemaran air sungai, dan berbagai keperluan lainnya (Asdak, 2010:229).


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi

Proses infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, tekstur dan struktur tanah, persediaan air awal (kelembaban awal), kegiatan biologi dan unsur organik, jenis dan kedalaman seresah, dan tumbuhan bawah atau tajuk penutup tanah lainnya.

Tanah remah akan memberikan kapasitas infiltrasi lebih besar daripada tanah liat. Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan tanah dalam keadaan kering (Asdak, 2010:230).

Keadaan tajuk penutup tanah yang rapat dapat mengurangi jumlah air hujan yang sampai ke permukaan tanah, dan dengan demikian, mengurangi besarnya infiltrasi.

Sementara sistem perakaran vegetasi dan seresah yang dihasilkannya dapat membantu menaikan permeabilitas tanah, dan dengan demikian, meningkatkan laju infiltrasi (Asdak, 2010:230-231).

Secara teoritis, bila kapasitas infiltrasi tanah diketahui, volume air larian dari suatu curah hujan dapat dihitung dengan cara mengurangi besarnya curah hujan dengan air infiltrasi ditambah genangan air oleh cekungan permukaan tanah dan intersepsi (Asdak, 2010:231).

Laju infiltrasi ditentukan oleh (Asdak, 2010:231):

1. Jumlah air yang tersedia di permukaan tanah,

2. sifat permukaan tanah,

3. kemampuan tanah untuk mengosongkan air diatas permukaan tanah.

Dari ketiga unsur tersebut diatas, ketersediaan air (kelembaban tanah) adalah yang terpenting karena ia akan menetukan besarnya tekanan potensial pada permukaan tanah.

Berkurangnya laju infiltrasi dapat terjadi karena dua alasan. Pertaman, bertambahnya kelembaban tanah menyebabkan butiran tanah berkembang, dan dengan demikian menutup ruangan pori-pori tanah.

Kedua, aliran air ke bawah tertahan oleh gaya tarik butir-butir tanah. Gaya tarik ini bertambah besar dengan kedalaman tanah, dan dengan demikian, laju kecepatan air di bagian tanah yang lebih dalam berkurang, sehingga akan menghambat masuknya air berikutnya dari permukaan tanah (Asdak, 2010:231).


Cara Mengukur Infiltrasi   

Ada tiga cara untuk mengukur besarnya infiltrasi (Knapp, 1978 dalam Asdak, 2010:231), yakni:

1. Menentukan beda volume air huajn buatan dengan volume air hujan larian pada percobaan laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan,

2. menggunakan alat infiltrometer.

3. teknik pemisahan hidrograf aliran dari data air hujan.

Alat infiltrometer yang biasanya digunakan adalah jenis infiltrometer ganda, yaitu suatu infiltrometer silinder ditempatkan di dalam infiltrometer  silinder lain yang lebih besar. 

Infiltrometer silinder yang lebih kecil mempunyai ukuran diameter sekitar 30 cm, sedangkan yang besar mempunyai ukuran diameter sekitar 46 hingga 50 cm.

Silinder yang besar berfungsi sebagai penyangga yang bersifat menurunkan efek batas yang timbul oleh adanya silinder. Kedua infiltrometer tersebut dibenamkan ke dalam tanah pada kedalaman antara 5 hingga 50 cm.

Kemudian air dimasukkan ke dalam kedua silinder tersebut dengan kedalaman 1-2 cm dan dipertahankan besarnya kedalaman dengan cara mengalirkan air ke dalam silinder tersebut (dari satu kantong air yang dilengkapi skala).

Laju air yang dimasukkan kedalam silinder tersebut diukur dan dicatat. Laju air tersebut merupakan laju infiltrasi yang di ukur. 

Cara pengukuran infiltrasi tersebut diatas relatif mudah pelaksanaanya, tetapi perlu di ingat bahwa dengan cara ini hasil laju infiltrasi yang diperoleh biasanya lebih besar daripada keadaan yang berlangsung di lapangan (infiltrasi curah hujan), yaitu 2-10 kali lebih besar (Dunne dan Leopold, 1978 dalam Asdak, 2010:232).


Aplikasi Data Infiltrasi

Aplikasi praktis peranan air infiltrasi terkait dengan usaha konservasi air yang telah dilakukan hampir  di setiap kabupaten di daerah Jawa Barat (IWACO dan WASECO, 1990 dalam Asdak, 2010:234).

Konservasi air biasanya diprioritaskan di daerah resapan yang umumnya terletak pada daerah dengan karakteristik wilayah yang didominasi vegetasi (hutan dan bentuk komunitas vegetasi lainnya) dan dengan curah hujan besar. 

Daerah resapan biasanya mempunyai nilai koefisiensi resapan besar. Koefisiensi resapan adalah banyaknya volume curah hujan yang mengalir sebagai air infiltrasi terhadap total curah hujan (Asdak, 2010:234).


DAFTAR PUSTAKA     

Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

iklan tengah