Interpretasi Citra

Pengenalan objek merupakan bagian vital dalam interpertasi citra. Tanpa dikenali identitas dan jenis obyek yang tergambar pada citra, tidak mungkin dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Demikian pentingnya pengenalan obyek itu sehingga ada satu periode perkembangan penginderaan jauh yang memusatkan perhatiannya pada pengenalan obyek pada citra, yaitu antara 1950-1960. Pada saat itu interpretasi citra masih berupa interpretasi foto udara saja, karena belum ada citra lainnya.

Baca JugaMateri Geografi SMA !

Pusat perhatiannya hanya pada cara-cara pengenalan obyek sehingga tidak pernah sampai pada arti interpretasi citra yang sebenarnya, yaitu pengenalan obyek dan analisis data sesuai dengan disiplin ilmunya untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Periode ini disebut periode teknik interpretasi yang berlebihan (Stone, 1974; Barret and Curtis, 1976). Prinsip pengenalan obyek pada citra mendasar atas penyidikan karakteristiknya atau atributnya pada citra.

Karakteristik obyek yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali obyek disebut unsur interpretasi citra.

Foto udara merupakan citra tertua didalam penginderaan jauh. Ia telah dikembangkan paling lama dan hingga dasawarsa 1960-an paling banyak digunakan sehubungan dengan ketersediaan foto dan alat interpretasinya serta kemudahan didalam interpretasinya.

Baca JugaMateri Geografi SMA !

Gambar pada foto udara lebih mirip wujud sebenarnya di medan dan lebih rinci bila dibandingkan dengan gambaran pada citra lainnya.

Sebagai akibatnya, unsur interpretasinya juga paling lengkap bila dibanding dengan unsur interpretasi pada citra lainya. Dengan alasan itulah maka unsur interpretasi yang dibincangkan pada bahasan kali ini ialah  unsur interpretasi foto udara.

Unsur interpretasi citra terdiri dari sembilan butir, yaitu rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan, situs dan asosiasi.

Sembilan unsur interpretasi citra ini disusun secara berjenjang atau secara hirarkhik dan disajikan pada gambar dibawah ini.

Pembahasan berikutnya adalah mengenai unsur-unsur interpretasi tersebut. Disamping itu juga dibincangkan konvergensi bukti, asas penting penerapan unsur interpretasi citra dalam pengenalan obyek.

Baca JugaMateri Geografi SMA !


Rona dan Warna

Rona (tone/color tone/grey tone) ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra.

Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0,4-0,7) μm.

Sebaliknya bila obyek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan warna hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka obyek akan tampak dengan warna kuning. 

Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan didalam ujud hitam putih, warna menunjukan tingkat kegelapan yang lebih beraneka.

Baca JugaMateri Geografi SMA !

Ada tingkat kegelapan didalam warna biru, hijau, merah, kuning, jingga dan warna lainya.

Meskipun tidak menjelaskan cara pengukurannya, Eates et al (1983 dalam Sutanto, 1994:123) mengutarakan bahwa mata manusia dapat membedakan 200 rona dan 20.000 warna.

Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto berwarna lebih mudah bila dibanding dengan pembedaan obyek pada foto hitam putih.

Pernyataan yang senada dapat diutarakan pula, yakni pembedaan obyek pada citra yang menggunakan spektrum sempit lebih mudah daripada pembedaan obyek pada citra yang dibuat dengan spektrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna. Asas inilah yang mendorong orang untuk menciptakan citra multispektral.

Rona dan warna merupakan unsur dasar. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya rona dan warna dalam mengenali obyek. Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasrkan rona dan warnanya.

Setelah rona dan warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar. 

Baca JugaMateri Geografi SMA !


Bentuk

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konvigurasi atau kerangka suatu obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja.

Bentuk, ukuran, dan tekstur dikelompokan sebagai susunan keruangan rona sekunder dalam segi kerumitannya.

Pangkal tolaknya bermula dari rona yang merupakan unsur dasar dan termasuk primer dalam segi kerumitannya.

Pengamatan atas rona dapat dilakukan paling mudah. Oleh karena itu, bentuk, ukuran dan tekstur yang langsung dapat dikenal berdasarkan rona, dikelompokkan sekunder kerumitannya.

Ada dua istilah di dalam bahasa inggris yang artinya bentuk, yaitu 'shape' dan 'form'. Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum, sedang form merupakan susunan atau struktur yang bentuknya lebih rinci.

Contoh shape atau bentuk luar:  Bentuk bumi bulat; Bentuk wilayah Indonesia memanjang sejauh sekitar 5.100 km. 

Contoh form: 

Pada bumi yang bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk lahan seperti gunung api, dataran pantai, tanggul alam dsb.

Relief Permukaan Bumi (pnatai, gunung, perbukitan, lautan dsb)

Wilayah Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk (rinci) negara kepulauan. Wilayah yang memanjang dapat berbentuk masif atau bentuk lainnya, akan tetapi bentuk wilayah kita berupa himpunan pulau-pulau.

Baca JugaMateri Geografi SMA !

Baik bentuk luar maupun bentuk rinci, keduanya merupakan unsur nterpretasi citra yang penting. Banyak bentuk yang mencirikan sehingga memudahkan pengenalan obyeknya pada citra.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk:

  • Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U atau berbentuk empat segi panjang.
  • Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk kerucut dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu. Gunung api berbentuk kerucut, sedangkan bentuk kipas aluvial seperti segitiga yang alasnya cembung.
  • Batuan resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal bila pengikisannya telah berlangsung lanjut. Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai bagian rendah yang berbentuk tapal kuda.     
  • Bentuk Kipas Aluvial Mengerucut (Kab. Kendal, Jawa Tengah) Bangunan SMA Negeri 1 Semarang, Jawa Tengah membentu huruf U dan L

Baca JugaMateri Geografi SMA !


Ukuran

Ukuran ialah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume.

Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka didalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus diingat skalanya.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan ukuran:

  • Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau industri. Rumah mukim pada umumnya lebih kecil bila dibandingkan dengan kantor atau industri.
  • Lapangan olahraga disamping dicirikan oleh bentuk segi empat, lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan sepak bola, dan sekitar 8 m x 15 m bagi lapangan bulu tangkis.
  • Nilai kayu disamping ditentukan oleh jenis kayunya juga ditentukan oleh volumenya. Volume kayu dapat ditaksir berdasarkan tinggi pohon, luas hutan serta kepadatan pohonnya, dan diameter batang pohon. 
  • Bangunan industri dicirikan memiliki ukuran lebih  besar bila dibandingkan dengan bangunan permukiman disekitarnya (Kota Semarang, Jawa Tengah)

Baca JugaMateri Geografi SMA !


Tekstur

Tekstur ialah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual (Estes dan Simonet, 1975). Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus seperti beledu, dan belang-belang.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur.

  • Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.
  • Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan bertekstur kasar.
  • Permukaan air yang tenang bertekstur halus.    
  • Tanaman padi berterkstur halus
  • Hutan bertekstur kasar

Baca JugaMateri Geografi SMA !


Pola

Pola, tinggi, dan bayangan dikelompokkan kedalam tingkat kerumitan tersier.

Tingkat kerumitan setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra.

Meskipun tinggi dikelompokkann kedalam tingkat kerumitan tersier, ia tidak dibincangkan secara eksplisit karena sebenarnya telah mencakup di dalam ukuran sebagai unsur interpretasi citra. 

Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.

Contoh:

Pola aliran sungai sering menandai bagi struktur geologi, litologi, dan jenis tanah. Pola aliran trelis menandai struktur lipatan. Pola aliran yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang sehingga pengikisan berlangsung efektif.

Pola aliran dendritik mencirikan jenis tanah atau jenis batuan serba sama,  dengan sedikit atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan.  Pola aliran dendritik umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa volkanik dan endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis (Paine, 1981).

Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap ke jalan.

Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya. 

Baca JugaMateri Geografi SMA !


Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. 

Meskipun demikian, bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya.

Contoh:

  • Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi lebih tampak dari bayangannya.
  • Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan pada foto berskala 1:5000 juga lebih tampak dari bayangannya.
  • Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.  

Baca JugaMateri Geografi SMA !


Situs

Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan kedalam kerumitan yang lebih tinggi. Situs bukanlah merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Situs diartikan dengan berbagai makna oleh berbagai pakar, yaitu:

Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan Simonett, 1975). 

Didalam pengertian ini, Monkhouse (1974) menyebutnya situasi, seperti misalnya letak kota (fisik) terhadap wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap persil tanahnya. Oleh Van Zuidam (1979), situasi juga disebut situs geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu daerah atau wilayah terhadap sekitarnya.

Misalnya letak iklim yang banyak berpengaruh terhadap interpretasi citra geomorfologi.

Letak obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonett, 1975), seperti misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, di sepanjang tepi sungai, dsb.

Situs semacam ini oleh Van Zuidam (1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu obyek atau tempat terhadap daerah sekitarnya.

Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang dipengaruhi oleh faktor seperti: (1) beda tinggi, (2) kecuraman lereng, (3) keterbukaan terhadap sinar, (4) keterbukaan terhadap angin, (5) ketersediaan air permukaan dan air tanah. Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses atau perujudan lainnya.  

Contoh situs:

  • Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah atau jenis palma lainnya.
  • Bila tumbuhnya menggerombol (pola) dan situsnya di air payau maka yang tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah.
  • Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendaki pengatusan air yang baik.
  • Situs permukiman memanjang pada umumnya pada igir beting pantai, pada tanggul alam, atau d sepanjang tepi jalan. 

Baca JugaMateri Geografi SMA !


Asosiasi

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterikatan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.

Contoh asosiasi:

  • Disamping ditandai dengan bentuknya empat segi panjang serta dengan ukurannya sekitar 100 m x 80 m, lapangan sepak bola ditandai dengan adanya gawang yang situsnya pada bagian tengah garis belakangnya.
  • Lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang. kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola.
  • Gawang tampak pada foto udara bersakala 1:5000 atau lebih besar.
  • Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang).
  • Gedung sekolah disamping ditandai oleh ukuran bangunan yang relatif besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U juga ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olah raga. Pada umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan olah raga didekatnya.

Baca JugaMateri Geografi SMA !


Konvergensi Bukti

Didalam mengenali obyek pada foto udara atau pada citra lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi citra. Sebaiknya digunakan unsur interpretasi citra sebanyak mungkin.

Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang diguanakan, semakin menciut lingkupnya ke arah titik simpul tertentu.

Inilah yang dimaksud dengan konvergensi bukti, atau bukti-bukti yang emngarah ke satu titik simpul. Sebagai contoh, misalnya pada foto udara terlihat tetumbuhan yang tajuknya berbentuk bintang.

Pohon tersebut jelas berupa pohon palma, akan tetapi kemungkinannya masih cukup luas.

Mungkin palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, enau, dan sagu. Didalam contoh ini terdapat lima kemungkinan berdasar satu unsur interpretasi citra, yaitu berdasar bentuk tajuk saja. 

Bila ditambah satu unsur interpretasi citra lagi misalnya pola, kemungkinan akan menjadi lebih menciut.

Misalnya saja tetumbuhan tersebut polanya tidak teratur, maka kemungkinan yang lima itu mencitu menjadi tiga, yaitu nipah, enau atau sagu. Pohon kelapa dan kelapa sawit umumnya di tanam oran dengan pola yang teratur.

Kemungkinan yang tinggal tiga itu akan menciut lagi bila ditambah dengan satu unsur interpretasi citra lagi, misalnya ukuran.

Bila ukuran tetumbuhan tersebut 10 m atau lebih, maka kemungkinannya tinggal dua, yaitu enau atau sagu. Nipah merupakan pohon palma yang tak berbatang yang tinggi tajuknya hanya sekitar 3 m atau kurang.


Bila ditambah unsur interpretasi citra lagi yaitu situsnya di tanah becek dan berair payau, maka kemungkinan tersebut benar-benar menciut menjadi satu titik simpul, yaitu bahwa yang tergambar pada foto tersebut tidak lain kecuali sagu. Enau merupakan tetumbuhan darat yang tidak terdapat pada air payau.


Sumber:

Sutanto. 1994. Penginderaan jauh. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Baca Juga: Materi Geografi SMA !

iklan tengah