Bentuk Lahan Aeolin


PENGERTIAN BENTUK LAHAN AEOLIN

SYARAT BERKEMBANGNYA BENTUK LAHAN AEOLIN


PROSES TERBENTUKNYA LAHAN AEOLIN
1. Pengikisan Oleh Angin
a. Deflasi
b. Korasi

2. Pengangkutan Oleh Angin
a. Suspensi
b. Saltasi
c. Rayapan permukaan

3. Pengendapan Oleh Angin


BENTUK LAHAN AKIBAT HEMBUSAN ANGIN

BENTUK LAHAN AKIBAT PENIMBUNAN ANGIN




PENGERTIAN BENTUK LAHAN AEOLIN
Lahan aeolin atau aeolian merupakan lahan yang terjadi karena bentukan asal proses angin dan gabungan pelapukan dengan aliran air (Herlambang, 2009 dalam blog dsweet). Bentuk lahan ini terjadi melalui proses pengikisan, pengangkutan dan juga pengendapan oleh kekuatan angin.

Bentuk lahan asal proses aeolin merupakan bentukan lahan oleh proses eksogenik dengan angin sebagai agen pembentuk utamanya, yakni dengan membentuk endapan oleh adanya pengikisan, pengangkutan dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin (dalam blog Berlian)

Istilah aeolian atau aeolin berasal dari nama dewa Yunani, "Aeolus" yaitu penjaga angin. Aeolin berkaitan dengan proses aktivitas angin dan lebih khusus lagi kepada kemampuannya untuk membentuk permukaan bumi dan planet-planet.

Angin dapat mengikis, mengangkut dan mengendapkan bahan-bahan material di daerah yang jarang terdapat vegetasi dan wilayah sedimen yang luas.



SYARAT BERKEMBANGNYA BENTUK LAHAN AEOLIN
Bentuk lahan aeolin dapat berkembang dengan baik apabila terpenuhi persyaratan sebagai berikut (dalam blog Berlian):

1. Tersedianya material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut.
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain.



PROSES TERBENTUKNYA LAHAN AEOLIN
Pada dasarnya, proses terbentuknya lahan aeolin dibagi menjadi tiga, yaitu pengikisan, pengangkutan dan pengendapan oleh angin.  Masing-masing proses tersebut akan saya uraikan bibawah ini.

1. Pengikisan Oleh Angin
Angin melakukan dua jenis kerja pengikisan, yaitu deflasi dan korasi. Penjelasan lengkap mengenai kedua jenis kerja pengikisan tersebut dapat anda baca pada kolom dibawah ini:
PENGIKISAN OLEH ANGIN
a. Deflasi
Proses deflasi merupakan gerakan tupan angin yang membawa materi batuan, baik berupa debu halus, pasir, maupun materi yang kasar dan berat. Proses ini sering terjadi di daerah yang merupakan tempat terkumpulnnya pasir, misalnya di basin kecil atau pada bukit pasir (dalam blog Dsweet).

Proses deflasi terjadi karena bahan hancuran akibat proses pelapukan, dihembusan oleh angin dan diterbangkan ke udara ataupun digulingkan di atas tanah (Suharini dan Palangan, 2009).

Angin yang mengandung pasir dapat berfungsi sebagai pengikis atau penggosok. Proses ini disebut korasi atau abrasi angin.

Deflasi cenderung menyebabkan terbentuknya formasi-formasi baru di daerah depresi. 

Jika dibandingkan dengan erosi air atau sungai, keadaanya berlawanan. Erosi air di daerah bereief tinggi sangat kuat, sedangkan erosi angin/deflasi pada daerah cekungan sangat kuat.

Deflasi hanya dapat terjadi setelah materi batuan mengalami pencucian dan kemudian dibawa ke tempat yang lebih rendah. Materi yang diendapkan tersebut pada umunya berupa butiran sehingga mudah mengalami deflasi.

b. Korasi
Korasi angin dapat menimbulkan beberapa bentuk atau bentang alam yang sangat luas. Gerakannya hanya dapat terjadi di dekat permukaan tanah. Ini terjadi karena angin tidak dapat mengangkut pasir ke tempat yang lebih tinggi lagi.

Berdasakan kerjanya, korasi dapat dibedakan menjadi (dalam blog Dsweet) tigaa, yaitu:

1) Polishing dan pitting
Gerakan angin yang membawa/disertai pasir disebut polishing. Gerakan ini mempunyai kemampuan untuk melubangi batuan. Kemampuan untuk melubangi batuan dinamakan pitting.

2) Grooving dan shaping
Batuan yang telah berlubang sebagai akibat kekuatan pitting akan terus mengalami proses pembentukan lubang sehingga makin lama lubang tersebut makin besar dan dalam.

Prose melubangi terus menerus hingga menjadi lubang yang besar dan dalam disebut dengan grooving.

Batuan yang berlubang-lubang tersebut kemudian menjadi pecah dan berkeping-keping. Proses terjadinya pecahan dan keping-keping ini disebut shaping.

3) Faceting
Batuan yang telah berkeping-keping berubahmenjadi lebih kecil lagi. Prose perubahan batuan menjadi bagian lebih kecil disebut faceting.

Kecepatan korasi terhadap massa batuan di daerah kering sangat bergantung dari tingkat kekerasan batuan dan kekuatan angin itu sendiri.



2. Pengangkutan Oleh Angin
Pengangkutan maupun pengendapan atau pengumpulan angin, bersifat selektif artinya bahan yang halus seperti debu akan diterbangkan tinggi kemudian dikumpulkan pada suatu tempat yang lebih jauh. Sedang butir-butir pasir yang kecil dihembus angin tidak terlalu tinggi dan juga tidak jauh (Suharini dan Palangan, 2009).

 Adapun jenis-jenis gerakan pengangkutan materi oleh angin (blog Berlian), yaitu:

PENGANGKUTAN OLEH ANGIN
a. Suspensi
Suspensi merupakan gerakan vertikal tiupan angin yang mampu mengangkut materi-materi halus ke tempat yang lebih jauh.

Gerakan ini tidak besar perananya dalam mengangkut pasir karena kemampuan mengangkut ke atas sangat terbatas.

Pada saat angin mengangkut debu, kadnag-kadang disertai dengan gerakan turbuler. Kecepatan angin tidak selalu tetap, tetapi selalu mengalami variasi periode yang pendek sehingga menyebabkan adanya tekanan angin.

Tekanan angin ini menyebabkan udara berputar ke segala arah, putaran ke segala arah inilah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan suspensi.

b. Saltasi
Saltasi merupakan gerakan meloncat materi butiran yang disebabkan oleh tabrakan dan pantulan angin yang bermuatan pasir.

Gerakan saltasi secara langsung disebabkan tekanan angin terhadap butiran pasir. Pasir yang ditiup angin pada umunya mempunyai gerakan saltasi.

c. Rayapan permukaan
Gerakan rayapan permukaan disebabkan oleh karena tubrukan materi butiran oleh gerakan saltasi.

Terjadinya tubrukan materi butiran ini secara teratur, tetapi kadang-kadang juga tersebar menjadi pecahan-pecahan di atas tempat jatuhnya pasir.

Oleh karena benturan ini gerakan materi butiran menjadi lambat, selanjutnya menjadi rayapan permukaan. Kadang-kadang angin yang mengangkut debut atau pasir bergerak berputar seperti spiral, gerakan seperti ini disebut dengan badai debu.



BENTUK-BENTUK LAHAN AKIBAT HEMBUSAN ANGIN
Hasil pengerjaan angin yang dengan kecepatan tertentu adalah lubang-lubang atau lekukan-lekukan depresi dengan istilah "blowout" atau "deflation hollow". 

Panjangnya dapat berkisar antara beberapa meter sampai satu kolometer sedang kedalaman biasanya hanya beberapa meter saja. Bentuk blowout ini biasanya terdapat pada daratan dengan iklim kering.

Pada daerah dimana terjadi hembusan angin dengan permukaan tanah yang terdiri dari bermacam-macam ukuran butir atau partikel tanah, maka partikel halus akan dihembuskan, sedang kerikil dan batu-batu yang lebih besar tertinggal, dan selanjutnya oleh proses pelapukan akan hancur dan kembali di hembus angin, pasir yang dihembuskan angin akan terguling-guling pada permukaan tanah dan menumpuk pada suatu tempat yang disebut batu ubin gunung (desert pavement).

Material yang terhembus angin akan lebih banyak lagi apabila terjadi angin ribut atau badai angin.

Menurut bahan yang dihembuskan, dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu: 

(1) badai debu, yang terdiri daei debu diterbangkan angin sehingga seolah-olah tampak seperti awan yang gelap. Diperkirakan bahwa angin topan dapat menghembus debu sebanyak 400 ton.

(2) badai pasir, yang terdiri dari pasir yang bergerak 0 -2 meter di atas permukaan tanah, tetapi gerakannya adalah melompat-lompat atau saltasi dari setiap butir debu tersebut.



BENTUK-BENTUK LAHAN AKIBAT PENIMBUNAN OLEH ANGIN
Karena kekuatan hembusan angin, maka bahan-bahan lepas seperti debu dan pasir terbawa dan ditumpuk atau diendapkan bila kekuatan angin menjadi berkurang. 

Jika pengendapan itu terjadi pada permukaan tanah yang datar maka daratan itu akan tertutup oleh lapisan pasir yang tipis. Tetapi bila pengendapan itu terjadi pada permukaan yang ada tonjolan atau rerumputan, maka akan terjadi bukit-bukit pasir.


SUMBER:
Suharini, Erni dan Abraham Palangan. 2009. Geomorfologi: Gaya, Proses dan Bentuk Lahan. Semarang: Widya Karya.

iklan tengah