Bentuk Lahan Karst

Di tempat yang terdiri dari batuan kapur (limestone) maupun batuan dolomit mudah larut dalam air. Pekerjaan penghanyutan air itu, tidak terpisahkan dari proses pengikisan baik secara mekanik maupun kimia.

Selama penghanyutan terjadi korosi, sehingga dalam batuan padat dan keras pun akan terbentuk alur-alur atau celah-celah.

Pelarutan tersebut akan bertambah kuat apabila air pelarut mengandung karbon dioksida yang berasal dari udara maupun dari sisa-sisa tumbuhan yang telah lapuk.

Khusus di daerah tropik tidak hanya batuan kapur dan dolomit yang dapat larut dalam air, bahkan batuan granitpun yang terkenal keras dapat terbentuk alur-alur atau celah-celah yang disebabkan oleh korosi.

Hal ini dapat terjadi sebab di daerah tropik, air hujan banyak mengandung asam senyawa (HNO3). Sedang di daerah beriklim sedang, hanya dalam batuan dolomit dan batu kapur saja dapat terbentuk alur/celah-celah yang terutama oleh air hujan yang banyak mengandung gas asam arang (CO2).

Bentuk-bentuk lahan yang terutama disebabkan oleh proses pelarutan dan peresapan air pada celah-celah atau alur-alur dibawa batuan disebut "karst topography" yaitu pada daerah-daerah bebatuan  kapur, dolomit, dan garam, dengan karakteristik adanya "sinkholes", lembah-lembah hasil pelarutan dan sungai-sungai yang menghilang meresap ke bawah tanah.


Istilah karst berasal dari kata Yugoslavia yang berarti batu.
Kemudian di pantai Aciriatik bagian timur yang batuannya hampir semuanya terdiri dari batuan kapur mempunyai gejala topografi sebagai hasil pelarutan disebut daerah "carso".

Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu.

Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah kras telah diadopsi untuk istilah bentuklahan hasil proses perlarutan.

Ford dan Williams (1989) mendefini-sikan karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik. Karst dicirikan oleh:
  1. Terdapatnya sejumlah cekungan (depresi) dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi, cekungan tersebut digenangi air atau tanpa air dengan kedalaman dan jarak yang berbeda-beda.
  2. Bukit-bukit kecil dalam jumlah banyak yang merupakan sisi-sisi erosi akibat pelarutan kimia pada batu gamping, sehingga terbentuk bukit-bukit (conical hills).
  3. Sungai-sungai tidak mengalami perkembangan pada permukaan. Sungai pada daerah karst umumnya terputus-putus, hilang kedalam tanah dan begitu saja muncul dari dalam tanah.
  4. Terdapatnya sungai-sungai di bawah permukaan, adanya gua-gua kapur pada permukaan atau di atas permukaan.
  5. Terdapatnya endapan sedimen lumpur berwarna merah (terrarosa) yang merupakan endapat resedual akibat pelapukan batu gamping.
  6. Permukaan yang terbuka mempunyai kenampakan yang kasar, pecah-pecah atau lubang-lubang mapun runcing-runcing (lapies).
Berikut ini adalah pengertian karst menurut para ahli:

Ford dan Williams (1989)
Karst adalah medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan mempnyai porositas sekunder yang berkembang baik.

Haryono (2009)
Karst diartikan sebagai lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah karst telah diadopsi untuk istilah bentuk lahan hasil proses pelarutan.

Adji dkk (1990)
Menjelaskan bahwa istilah karst berasal dari bahasa Jerman dan turunan dari bahasa Slovenia yang memiliki arti lahan gersang berbatu.

Minanovic (1981)
Mengemukakan bahwa karst adalah suatu kawasan batugamping dengan bentuk bentang alam yang khas di Slovenia yang menyebar ke Italia. Kawasan tersebut kemudian menjadi lokasi tipe bentuk bentang alam karst.

Kepmen ESDM Nomor 17 Tahun 2012
Karst adalah bentang alam yang terbentuk karena pelarutan air pada batugamping/atau dolomit. Bentang alam karst menunjukan eksokarst dan endokarst tertentu. Eksokarst merupakan karst pada bagian permukaan, sedang endokarst merupakan karst pada bagian bawah permukaan. Eksokarst teridiri dari mata air permanen, bukit karst, dolina, uvala, polje, dan telaga. Endokarst terdiri dari sungai bawah tanah dan speleotem.

Jennings (1971)
Karst adalah suatu kawasan yang memiliki karakteristik berupa relief dan drainase yang khas yang disebabkan oleh tingginya keterlarutan batuan didalam air.

Karst WCPA (2000)
Istilah karst diperuntukan bagi suatu kawasan yang memiliki morfologi tunggal atau kumpulannya yang membentuk bentang alam, yang umumnya merupakan hasil dari proses pelarutan oleh air, yang derajatnya lebih tinggi dari daerah lainnya. Secara sempit istilah karst mengggambarkan kawasan-kawasan yang diwarnai oleh kegiatan pelarutan.

Ford dan Williams (1992)
Karst diartikan sebagai medan dengan kekhasan kondisi hidrologi sebagai akibat dari batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik.

Milanovic (1991)
Topografi kars adalah bentuk bentang alam tiga dimensional yang terbentuk akibat proses pelarutan lapisan batuan dasar, khususnya batuan karbonat seperti batugamping kalsit atau dolomit. Bentang alam ini mengakibatkan bentuk permukaan bumi yang khusus dan drainase bawah permukaan.

Wikipedia
Karst adalah sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi , drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh proses pelarutan batuan terutama batuan gamping.

Topografi karst adalah bentukan rupa bumi yang unik dengan kenampakan atau fenomena khas akibat proses pelarutan dan pengendapan kembali CaCO3 diatas dan dibawah permukaan bumi.

Selain itu, bentang alam seperti karst juga dapat terjadi dari proses pelapukan, hasil kerja hidrolik misalnya pengikisan, pergerakan tektonik, pencairan es dan evakuasi dari batuan beku (lava).

Karena proses utama pembentukanya bukan pelarutan, maka bentang alam demikian disebut pseudokarst. Sementara itu karst yang terbentuk oleh pelarutan disebut truekarst.

Bentuk lahan kawasan karst memiliki karakteristik berupa bentukan negative yang tertutup dengan berbagai ukuran dan susunan, pola drainase yang terputus–putus, gua–gua dan aliran sungai bawah tanah.

Bentukan alam permukaan kawasan karst sangat beragam dan tiap daerah memiliki ciri atau bentukan yang berbeda.

Ada yang berbentuk seperti menara atau disebut Tower Karst, ada yang berbentuk Cawan Terbalik atau biasa disebut Conical Hill.

Antara bukit–bukit Karst Tower dan Conical bisa terlihat lembah–lembah yang lebar atau sempit.

Bukit–bukit tersebut terkadang terpisah oleh suatu dataran yang luas akan tetapi terkadang juga ada yang saling berdempetan dengan bentuk yang simetris atau asimetris dengan tinggi yang relative hampir sama.

Kawasan Karst yang belum dijamah oleh manusia (Agraris dan Pertambangan) biasanya masih tertutup Vegetasi yang lebat bahkan bisa tidak terlihat dari kejauhan bahwa daerah tersebut adalah daerah karst.

Terkecuali Vegetasi tersebut telah dibabat oleh aktivitas manusia seperti, Pertanian, Pertambangan, Penebangan Liar. Vegetasi kawasan karst juga bisa habis akibat gerakan Gletser yang menerjang kawasan tersebut beberapa juta tahun yang lalu.

Akibat dari aktivitas tersebut maka timbullah penggundulan dan pengikisan permukaan karst.
Perkembangan bentuklahan karst sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain.

Variasi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang mengontrol perkembangannya, seperti  batuan, struktur geologi, vegetasi, dan iklim.

Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas dan kecepatan karstifikasi. Hasil dari proses karstifikasi tersebut adalah bentuklahan karst.

1.   Bentuklahan karst makro
Morfologi karst makro di suatu wilayah dapat meliputi beberapa kombinasi dari bentukan negatif berupa dolin, uvala, polje, atau ponor; dan bentukan positif berupa kegel, mogote, atau pinacle (Sweeting, 1972, Trudgil, 1985; White, 1988; dan Ford dan williams, 1996).

2.  Bentuklahan karst mikro
Morfologi mikro daerah karst dalam literatur dan artikel karst diistilahkan dengan karren (bahasa Jerman) atau lapies (bahasa Prancis).
Dimensi karren bervariasi dari 1 hingga 10 meter, sedangkan mikro karen mempunyai demensi kurang dari 1 cm (Ford dan Williams, 1996). Karren dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu bentuk membulat, bentuk memanjang yang terkontrol oleh kekar, bentuk linier yang terkontrol proses hidrolik, dan bentuk poligonal.

Klasifikassi karst secara umum telah dikategorikan menjadi tiga kelompok, antara lain :

1. Klasifikasi Cvijic
Klasifikasi kawasan karst menurut Cvijic sebagai berikut:

a. Holokarst
merupakan karst dengan perkembangan sempurna, baik dari sudut pandang bentuklahannya maupun hidrologi bawah permukaannya.

Terjadi bila perkembangan karst secara horizontal dan vertical tidak terbatas,batuan karbonat masif dan murni dengan kekar vertikal yang menerus dari permukaan hingga batuan dasarnya, serta tidak terdapat batuan impermeable yang berarti.

Di Indonesia karst tipe ini jarang ditemukan karena besarnya curah hujan menyebabkan sebagian besar karst terkontrol oleh proses fluvial.

b.  Merokarst
merupakan karst dengan perkembangan tidak sempurna atau parsial dengan hanya mempunyai sebagian ciri bentuklahan karst.

Merokarst berkembang di batugamping yang relatif tipis dan tidak murni, serta khususnya nila batugamping diselingi oleh lapisan batuan napalan. Perkembangan secara vertical tidak sedalam perkembangan holokarst dengan evolusi relief yang cepat.

Erosi lebih dominan dibandingkan pelarutan dan sungai permukaan berkembang. Merokarst pada umunya tertutup oleh tanah, tidak ditemukan dolin, goa, swllow hole berkembang hanya setempat-setempat. Sistem hidrologi tidak kompleks, alur sungai permukaan dan bawah permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi.

Drainase bawah tanah terhambat oleh lapisan impermeable. Contoh karst tipe ini yang terdapat di indonesia adalah karst disekitar Rengel Kabupaten Tuban.

c. Karst Transisi
berkembang di batuan karbunat relatif tebal yang memungkinkan perkembangan karst bawah tanah, akan tetapi batuan dasar yang impermeable tidak sedalam di holokarst, sehingga evolusi karst lebih cepat.

Lembah fluvial lebih banya dijumpai dan polje hamper tidak ditemukan. Contoh karst transisi di Indonesia adalah Karst Gunung Sewu (Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan), Karst Karangbolong (Gombong), dan Karst Maros (Sulsel).

2.  Klasifikasi Gvozdeckij (1965)
Klasifikasi kawasan karst menutu Gvozdeckij sebagai berikut:

a. Bare karst
lebih kurang sama dengan karst Dinaric (holokarst)

b. Covered karst
merupakan karst yang terbentuk apabila batuan karbonat tertutup alluvium, material fluvio-glasial, atau batuan lain seperti batu pasir.

c. Soddy karst / soil covered karst
merupakan karst yang berkembang di batu gamping yang tertutup oleh tanah atai terarossa yang berasal dari pelarutan batugamping.

d. Burried karst
merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan lain, sehingga bukti karst hanya dapat dikenali melalui data bor.

e. Tropical karst of cone karst
merupakan karst yang terbentuk di daerah tropis.

f. Permaforst karst 
merupakan karst yang terbentuk di daerah bersalju.

3.  Klasifikasi Sweeting
Klasifikasi karst menutu Sweeting, sebagai berikut:

a. True karst
merupakan karst dengan perkembangan sempurna. Karst yang sebenarnya harus meupakan karst dolin yang disebabkan oleh pelarutan karst secara vertical. Semua kast yang bukan tipe karst dolin dikatakan sebagai deviant. Contohnya adalah karst Dinaric.

b. Fluvio karst
dibentuk oleh kombinasi proses fluvial dan proses pelarutan. Fluvio karst pada umumnya terjadi pada daerah batugamping yang dilalui oleh sungai alogenik (sungai berhilir di daerah non karst). Sebaran batu gamping baik secara vertical maupun lateral jauh lebih kecil dari pada true karst.

Permukaan batugamping pada umumnya tertutup oleh tanah yang terbentuk oleh proses erosi dan sedimentasi proses fluvial. Singkapan batugamping ditemukan bila telah terjadi erosi yang terjadi karena penggundulan hutan.

Lembah sungai permukaan dan ngarai banyak ditemukan. Bentukan hasil dari proses masuknya sungai permukaan ke bawah tanah dan keluarnya kembali sungai bawah ke permukaan merupakan fenomena yang banyak dijumpai (lembah buta dan lembah saku).

c. Glasio karst
merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi yang didominasi oleh proses glasiasi dan pross glacial di daerah batugamping. Terdapat di daerah berbatugamping yang pernah ,mengalami proses glasiasi.

Dicirikan oleh kenampakan hasil penggogosan, erosi, dan sedimentasi glacier. Hasil erosi glacier pada umumnya membentuk limstoe pavement.

Erosi lebih intensif terjadi disekitar kekar menghasilkan cekungan dengan lereng terjal memisahkan pavement satu dengan yang lainnya. Dolin terbentuk terutama oleh hujan salju. Contohnya karst di lereng atas pegunungan alpen.

d. Nival karst
merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi oleh hujan salju pada lingkunagn glacial dan periglasial.

e. Tropical karst
merupakan karst yang terbentuk pada daerah tropis. Tropical karst secara umum dibedakan menjadi kegelkarst dan turmkarst. Kegelkarst dicirikan oleh kumpulan bukit-bukit berbentuk kerucut yang sambung menyambung.

Sela antar bukit kerucut membentuk cekungan dengan bentuk seperti bintang yang dikenal dengan cockpit. Cockpit sering membentuk pola kelurusan sebagai akibat control kekar atau sesar.

Contoh di Indonesia adalah Karst Gunung sewu dan Karst Karanagbolong. Turmkarst, dicirikan dengan bukit-bukit dengan lereng terjal, biasanya ditemukan dalam kelompok yang dipisahkan satu sama lain dengan sungai atau dataran alluvial.

Beberapa ahli beranggapan bahwa turmkarst merupakan bentukan lebih lanjut dari kegelkarst karena kondisi hidrologi tertentu.

Distribusi sebaran bukit dan menara pada umumnya dikontrol oleh kekar atau sesar dengan ukuran yag bervariasi. Kontak dari menara dengan dataran alluvium merupakan tempat pemunculan mata air dan perkembangan gua.

4.  Tipe karst yang lain
Klasifikasi kart yang lain sebagai berikut:

a. Labyrint karst
karst yang dicirikan oleh koridor-koridor memanjang yang terkontrol oleh adanya kekar atau sesar. Morfologi karst tersusun oleh blok-blok batugamping yang dipisahkan satu sama lain oleh koridor karst. Terbentuk karena pelarutan yang jaul lebih intensif di jalur sesar dan patahan. Contoh di Indonesia adalah di Papua dan sebagian Gunungsewu.

b. Karst polygonal
merupakan penamaan yang didasarjan dari sudut pandang morfometri dolin. Dapat berupa kerucut karst maupun menara karst. Karst dikatakan poligonal apabila semua batuan karbonat telah berubah menjadi kumpulan dolin-dolin dan dolin telah bersambung dengan lainnya.

c. Karst fosil
merupakan karst yang terbentuk pada masa geologi lampau dan saat ini proses karstifikasinya sudah berhenti. Tipe ini dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, bentuklahan tinggalan (relict landform) yaitu karst yang dibentuk pada waktu geologi sebelumnya dan tidak tertutupi batuan lainnya. Kedua, bentuklahan tergali (exhumed landform) yaitu karst yang dibentuk pada waktu geologi sebelumnya dan tidak tertutupi batuan non karbonat yang selanjutnya muncul ke permukaan karena batuan ataonya telah tersingkap oleh proses denudasi.

4. Menteri ESDM
Pengklasifikasian daerah karst berdasarkan pada keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral 1456.k/20/MEM/2000 tentang pedoman pengelompokan kawasan karst:

Kawasan karst kelas 1
Berfungsi sebagai kawasan yang menyimpan air, terdapat gua-gua dan sungai bawah tanah yang aktif, gua-gua yang ada peninggalan sejarah.

Berdasarkan hasil penelitian dari pola kelurusan lembah (sturktur) dapat dilihat bahwa kelurusan di daerah ini umumnya panjang dan lebar, pola demikian dapat diterangkan bahwa proses pelarutan di daerah ini berjalan sangat intensif, dengan lembah yang luas akan sangat mudah untuk menampung air hujan yang kemudian diteruskan melalui pori-pori gerowong yang pada akhirnya akan membentuk sistem pola pengaliran dibawah tanah.

Pantai yang masuk ke daratan akan mempunyai flora dan fauna yang khas. Terdapatnya sungai permukaan yang tiba-tiba hilang merupakan salah satu ciri adanya sungai bawa tanah.

Kawasan karst kelas 2
Kawasan ini mempunyai kritreria sebagai pengimbuh air bawah tanah, mempunyai jaringan gua-gua yang tidak aktif.

Kawasan ini terdapat di daerah Purwosari dan Girisobo dari citra bahwa pola kelurusan lembah pendek dan sempit yang menidenditikasikan bahwa daerah ini bukan merupakan daerah penyimpan air.

Keberadaan batugamping di sini berbeda dengan batugamping di kawasan kelas 1, dikawasan kelas 2 batugampingnya relatif lebih tipis karena berada di daerah tinggian, sehingga proses pelarutan pada daerah lembah tidak seintensif pada kawasan kelas 1.

Kawasan karst kelas 3
Kawasan ini tidak memiliki kriteria seperti diatas, kawasan ini terletak di daerah Wonosari yang dicirikan olah adanya bukit-bukit yang bentuknya melengkung.

Bentuk bukit yang demikian disebabkan karena daerah ini terdiri dari perselingan batugamping berlapis, batupasir gampingan dan napal. Yang mempunyai tingkat pelarutan yang berbeda.


Seperti yang telah kita ketahui bahwa 25 % permukaan bumi merupakan kawasan karst, sehingga 25 % kehidupan dunia pun tergantung pada kawasan ini.

Keunikan kawasan karst itu sendiri terletak pada fenomena melimpahnya air bawah permukaannya yang membentuk jaringan sungai bawah tanah, namun di sisi lain, kekeringan tampak di permukaan tanahnya. Kawasan karst merupakan kawasan yang mudah rusak.

Batuan dasarnya mudah larut sehingga mudah sekali terbentuk gua-gua bawah tanah dari celah dan retakan. Mulai banyaknya permukiman penduduk yang terdapat di daerah ini akan berpengaruh terhadap tingginya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Serta bahaya dari alam sendiri berupa bencana alam guguran batuan dan runtuhnya gua bawah tanah.
Keberadaan air tanah ini sangat dipengaruhi karakteristik wilayah baik faktor dari luar cuaca-iklim dan manusia maupun faktor dari dalam yaitu kondisi geologi.

Pada daerah karst, dimana daerahnya tersusun dari batuan kapur yang kemampuan meloloskan airnya relatif tinggi, sehigga pada musim kemarau penduduk sering kesulitan untuk mendapatkan air tanah.

Selama ini penduduk setempat belum mempunyai perhitungan secara tepat untuk menentukan sumber air yang potensial.

Karakteristik wilayah di ekosistem karst sangat spesifik menimbulkan berbagai permasalahan terutama menyangkut fungsi dan daya dukung ekosistem karst terhadap aktivitas kehidupan manusia yang berada di dalamnya.

Berbagai permasalahan yang muncul utamanya disebabkan oleh kurang tersedianya air terutama pada musim kemarau.

Karakteristik fisik formasi karst memberikan sistem drainase yang unik dan didominasi oleh aliran bawah permukaan.

Dengan kondisi tersebut pada musim penghujan, air hujan yang jatuh di daerah karst tidak dapat tertahan di permukaan tanah tetapi akan langsung masuk ke jaringan sungai bawah tanah.

Sumber air permukaan hanya diperoleh dari sisa-sisa air hujan yang belum sempat meresap kedalam tanah sehingga pada musim kemarau sering terjadi kekeringan dan kekurangan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kawasan karst yang didominasi batuan dengan solum yang sangat tipis membentuk suatu kawasan lahan kritis yang luas.

Di kalangan ahli lingkungan, kawasan karst merupakan kawasan yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Hal ini disebabkan kawasan karst memiliki daya dukung yang rendah, dan sukar diperbaiki jika sudah terlanjur rusak.

Kegiatan-kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan karst antara lain adalah kegiatan penambangan, pertanian, peternakan, penebangan hutan, pembangunan jalan dan pariwisata.

Kegiatan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentang alam karst, hilangnya mata air, menurunnya keanekaragaman hayati, banjir dan pencemaran air permukaan.

Kawasan karst memiliki fungsi yang beragam termasuk ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya khususnya masyarakat yang ada di sekitar kawasan. Sebagian besar kawasan karst telah mengalami degradasi lingkungan akibat belum jelasnya status untuk kawasan itu sendiri.

Permasalahan yang kerap terjadi di kawasan karst adalah persepsi dan apresiasi pemerintah dan masyarakat yang masih rendah, dan ahli karst di Indonesia yang masih sangat minim. Ahli hidrologi, arkeologi, paleontologi karst masih sangat langka di Indonesia.

Pandangan ahli geologi di Indonesiapun masih cenderung menganggap kawasan karst sebagai bahan galian khususnya untuk bahan baku industri semen dan marmer.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi topografi karst sehingga kawasan karst yang satu dengan yang lainnya bisa berbeda. Adapun perbedaan tersebut ditimbulkan oleh :
1.   Perbedaan litologi atau susunan Batu Gamping. Ada yang tersusun 100 % dari mineral Kalsit (CaCO3), adapula yang tercampur dengan mineral lain seperti Dolomit (CaMGCO3), Gypsum (CaSO4.2H2O), Mangan, Aluminium atau kwarsa dll.
2.  Perbedaan Ketebalan lapisan Batu Gamping.
3.  Perbedaan Compactness (Kemampatan).
4.  Perbedaan system celah rekah yang ada sejak terbentuknya lapisan Batu Gamping.
5.  Pengaruh Intensitas curah hujan daerah sekitar.
6.  Pengaruh Jenis Vegetasi yang berbeda.
7.Pengaruh Manusia yang membongkar Batu Gamping atau menanaminya setelah membabat habis Vegetasi Primer.
8.  Pengaruh titik elevasi kawasan atau ketinggian dari permukaan air laut.
9.  Pengaruh ketebalan lapisan tanah penutup (Top Soil) pada kawasan tersebut.
10.   Pengaruh Tektonisme terhadap bentuk fisik dan system celah rekah

  1. Adanya batuan yang mudah larut yang terletak di permukaan atau dekat permukaan dan batuan yang paling cocok adalah batuan kapur.
  2. Batuan tersebut mempunyai celah atau susunannya berlapis-lapis.
  3. Terdapat lembah yang dalam dan lebih rendah dari permukaan rata-rata batuan yang mudah larut tersebut. Hal ini diperlukan untuk mempermudah pengaliran air tanah yang telah mengandung hasil pelarutan, sehingga proses pelarutan dapat berlangsung terus menerus.
  4. Daerah yang bersangkutan harus cukup mendapatkan curah hujan sebagai media pelarutan.
Jika ke-empat syarat ini terpenuhi, barulah terbentuk daerah yang memiliki topografi karst.

Karstifikasi adalah proses pelarutan batuan secara kimia oleh air pada batuan gamping, gipsum, batu garam atau batuan lain yang mudah larut yang bertanggungjawab terhadap terbentuknya fenomena karst baik di permukaan maupun bawah permukaan bumi (Summerfield, 1991).

Karstifikasi atau proses pembentukan lahan karst didominasi oleh proses pelarutan.

Proses pelarutan batugamping diawali oleh larutnya CO2 di dalam air kemudian membentuk H2CO3 (Maulana, 2011).

Larutan H2CO3 tidak stabil terurai menjadi H+ dan HCO32-.

Ion H+ inilah yang selanjutnya menguraikan CaCo3 menjadi Ca2+ dan HCO32-.

Secara ringkas proses pelarutan dirumuskan dengan reaksi sebagai berikut:

CaCo3 + H2O + CO2 ➝  Ca2+ +  HCO3- .

tulisan disinii

Bentuk lahan asal karst memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan bentuk lahan lainnya, adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

Menurut Willian B. White (1988) dalam bukunya yang berjudul “Geomorphology and Hydrology of Karst Terrains” menyebutkan, bahwa karakteristik bentuk lahan di kawasan karst (dalam blog geoexploreindonesia) yaitu sebagai berikut:

1. Bentukan negatif yang tertutup, dengan berbagai ukuran dan susunan (disini bisa berbentuk uvala dan doline).

2. Drainase permukaan yang terputus (biasanya berakhir pada sebuah sink hole, sinking creek, swallow hole).

3. Gua-gua dan sistem aliran bawah permukaan.


Sedang ciri-ciri kawasan kars yang saya kutip dari blog hanageoedu, menyebutkan bahwa kawasan karst memiliki sejumlah karakteristik, antara lain:

1. Terdapatnya sejumlah cekungan (deprest) dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi, cekungan tersebut digenangi air atau tanpa anir dengan kedalaman dan jarak yang berbeda-beda.

2. Bukit-bukit kecil dalam jumlah yang banyak yang merupakan sisi-sisi erosi akibat pelarutan kimia pada batu gamping, sehingga terbentuk bukit-bukit (conical hills).

3. Sungai-sungai tidak mengalami perkembangan permukaan. Sungai pada daerah karst umumnya terputus-putus, hilang kedalam tanah dan begitu saja muncul dari dalam tanah.

4. Terdapatnya sungai-sungai di bawah permukaan, adanya gua-gua kapur pada permukaan atau di atas permukaan.

5. Terdapatnya endapan sedimen lumpur berwarna merah (terrarosa) yang merupakan endapan resedual akibat pelapukan batu gamping.

6. Permukaan yang terbuka mempunyai kenampakan yang kasar, pecah-pecah atau lubang-lubang maupun runcing-runcing (lapies).

Peringkat perkembangan pada kawasan dengan gejala karst menurut Suharini dan Palangan (2009) dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Peringkat muda;
2. Peringkat dewasa, dan;
3. Peringkat tua

1. Peringkat Muda
Pada peringkat muda ditandai dengan pengaliran yang masih berlangsung diatas permukaan.

Perkembangan selanjutnya dari peringkat muda, yaitu peringkat muda lanjut. Pada peringkat ini, sistem pengaliran di atas permukaan sudah beralih ke sistem pengaliran di bawah tanah. Dolina sudah terbentuk serta gua di bawah tanah sudah berkembang.

2. Peringkat Dewasa
Pada peringkat dewasa, pengaliran di bawah tanah sudah mencapai maksimum. Pengaliran di atas permukaan hanya terbatas pada "sinking creeks" yang pendek-pendek.

Gua-gua dengan segala macam endapannya menjadi ciri khusus peringkat ini telah mencapai tingkat optimum.

3. Peringkat Tua
Pada peringkat tua, gejala karst mulai berkurang.

Uvala mulai berkembang. Kemudian bentuk-bentuk sisa menjadi dominan (hums) dan pada akhirnya sistem pengaliran di permukaan berulang kembali dan bentuk "hums" terbatas jumlahnya.

Kawasan karst di Indonesia mencakup luas wilayah sekitar 15,4 juta hektare dan tersebar hampir di seluruh Indonesia (blog fadhligeo).

Keberadaan kawasan ini menunjukkan bahwa pulau-pulau di Indonesia banyak yang pernah menjadi dasar laut, namun kemudian pada perkembangan selanjutnya mengalami proses pengangkatan dan menjadi daratan.

Adapun wilayah karst di Indonesia (blog fadhligeo), antara lain:

1. Gunung Leuser (Aceh)
2. Perbukitan Bohorok (Sumut)
3. Payakumbuh (Sumbar)
4. Bukit Barisan Baturaja (Kab. Ogan Kombering Ulu)
5. Sukabumi Selatan (Jabar)
6. Kawasan Karst Gombong Selatan Kebumen (Jateng)
7. Pegunungan Kapur Utara (Rembang, Jawa Tengah)
8. Pegunungan Kendeng (Jatim)
9. Pegunungan Sewu (dari Kab. Bantul, Jateng hingga Tulungagung Jatim)
10. Perbukitan Karst Sumba (NTT)

iklan tengah