Komponen Siklus Hidrologi Lengkap Dengan Gambarnya

Berikut ini saya sajikan beberapa definisi siklus hidrologi yang dikutip dari berbagai sumber:

Asdak (2010) menyatakan:
“Siklus hidrologi adalah perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti. Dalam perjalanannya ke laut, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makluk hidup lainnya” (Asdak, 2010:7).

Ersin Seyhan (1977) menyatakan:
“Siklus hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke permukaan bumi dan kembali lagi ke atmosfer; evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun tubuh air, dan evaporasi-kembali”.

Wikipedia, menjelaskan:
“Siklus air atau air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan tranpirasi”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa siklus hidrologi merupakan perputaran air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer seterusnya tanpa henti.

Didalam siklus hidrologi, terdapat tahapan-tahapan yang saling berangkai satu dengan lainnya sehingga terbentuklah sebuah siklus air. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

1. Evaporasi,
2. Transppirasi,
3. Evapotranspirasi,
4. Sublimasi,
5. Kondensasi,
6. Adveksi,
7. Presipitasi,
8. Run off,
9. Infiltrasi.

Masing-masing tahapan diatas, akan saya jelaskan sebagai berikut:

EVAPORASI
Evaporasi merupakan istilah lain dari proses penguapan.

Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di laut atau badan-badan air lainnya.

Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun datar, dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian dari uap air tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai air hujan (Asdak, 2010:7).

Sebelum mencapai permukaan tanah, air hujan tersebut akan tertahan oleh tajuk vegetasi.

Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di permukaan tajuk/daun selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian lainnya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela-sela daun (through fall) atau mengalir ke bawah melalui permukaan batang pohon (stemflow).

Sebagian air hujan tidak akan pernah sampai ke permukaan tanah, melainkan terevaporasi kembali ke atmosfer (dari tajuk dan batang) selama dan setelah berlangsungnya hujan.

INFILTRASI
Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk (terserap) ke dalam tanah (infiltration).

Sedangkan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff), selanjutnya masuk ke sungai.

Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah.

Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horisontal) untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface flow) dan akhirnya mengalir ke sungai (Asdak, 2010:8).

Alternatif lainnya, air hujan yang masuk ke dalam tanah tersebut akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah (groundwater).

Air tanah tersebut terutama pada musim kemarau akan mengalir pelan-pelan ke sungai, danau atau tempat penampungan air alamiah lainnya (baseflow) (Asdak, 2010:8).

Tidak semua air infiltrasi (air tanah) mengalir ke sungai atau tampungan air lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah (soil evaporation) dan melalui permukaan tajuk vegetasi (transpiration) (Asdak, 2010:8).

Untuk membedakan proses intersepsi hujan dari proses transpirasi dapat dilihat dari asal air yang diuapkan ke atmosfer.

TRANSPIRASI
Apabila yang diuapkan oleh tajuk berasal dari dalam tanah melalui mekanisme fisiologi tanaman, maka proses penguapannya disebut transpirasi.

Dengan kata lain, intersepsi terjadi selama dan segera setela berlangsungnya hujan. Sementara proses transpirasi berlangsung ketika tidak ada hujan.

EVAPOTRANSIPIRASI
Gabungan dari kedua proses penguapan tersebut disebut evapotranspirasi. Besarnya angka evapotranspirasi umumnya ditentukan selama satu tahun, yaitu gabungan antara besarnya evaporasi musim hujan (intersepsi) dan musim kemarau (transpirasi) (Asdak, 2010:8).

Konsep daur hidrologi dapat diperluas dengan memasukkan gerakkan/perjalanan sedimen, unsur-unsur hara, dan biota yang terlarut di dalam air.

Dengan menelaan konsep daur hidrologi secara lebih luas, maka pengertian istilah daur lalu dapat digunakan sebagai konsep kerja untuk analisis berbagai permasalahan, misalnya dalam perencanaan dan evaluasi pengelolaan DAS (Asdak, 2010:9).

Dalam daur hidrologi, masukan berupa curah hujan akan di distribusikan melalui beberapa cara, yaitu air lolos (throughfall), aliran batang (stemflow), dan air hujan langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi (Asdak, 2010:9).

Sedang air larian dan air intersepsi akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran (discharge).

KONENSASI
Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel-partikel es (hujan es).

Ketika uap air dari proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi dan sublimasi mencapai ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es yang berukuran sangat kecil melalui proses kondensasi.

Perubahan wujud ini terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah saat berada di ketinggian tersebut.

Partikel-partikel es yang terbentuk tersebut akan saling mendekati satu sama lain dan bersatu hingga membentuk sebuah awan.

Semakin banyak partikel es yang bersatu, maka akan semakin tebal dan jga hitam awan yang terbentuk.

Inilah hasil dari proses kondensasi (dalam ilmugeografi).

ADVEKSI
Adveksi terjadi setelah partikel-partikel es membentuk sebuah awan.

Adveksi merupakan perpindahan dari satu titik ke titik lainya namun masih dalam satu horisontal.

Jadi, setelah partikel-partikel es membentuk sebuah awan yang hitam dan gelap, awan tersebut dapat berpindah dari satu titik ke titik yang lain dalam satu horizontal.

Proses adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun perbedaan tekanan udara sehingga mengakibatkan awan tersebut berpindah.

Proses adveksi ini memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer yang berada di lautan menuju atmosfer yang ada di daratan.

Namun, perlu dikethaui bahwa tahapan adveksi ini tidak selalu terjadi dalam proses hidrologi, tahapan ini tidak terjadi dalam siklus hidrologi pendek (dalam ilmugeografi)

Sumber:
Chay, Asdak. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

iklan tengah