Laporan Praktikum Batas Cair Tanah

9 minute read
BAB I
PENDAHULUAN

1. Tujuan
Dapat menentukan batas cair, batas menggolek dan batas lekat dari tanah komposit.
Menetapkan angka atterberg pada sampel tanah yang diambil dari kopeng.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran dan penopang tegak tumbuhnya tanaman serta penyuplai kebutuhan air dan udara.

Sedangkan secara kimiawi berfungsi sebagai gudang penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik, serta unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, dan lain-lain).

Secara biologis tanah berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat adiktif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang secara integral mampu menunjang produktifitas tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan ( Sutanto, 2005).

Konsistensi tanah adalah bagian dari Rheologi. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan bentuk (deformation) dan aliran (flow) suatu benda. Konsistsnsi tanah menunjukkan kekuatan daya adhesi dan kohesi butir-butir tanah dengan benda lain.Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk.

Gaya-gaya tersebut dapat berupa usikan, misalnya  pencangkulan, dan pembajakan Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah, atau kering, maka penyiratan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut (Hardjowigeno, 2010)

Angka atterberg menunjukkan kadar air pada berbagai batas konsistensi, yakni penetapan batas-batas konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan air tanah, yang selanjutnya dipergunakan untuk mengetahui indeks plastisitas suatu tanah.

Pada kondisi tanah basah (kandungan air diatas kapasitas lapang), tingkat kelekatan tanahnya lekat, artinya tanah melekat pada jari tangan atau benda lain. Plastisitas dapat dilihat dari kemapuan tanah dalam membentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.

Sifat dari konsistensi tanah berupa kondisi lembab (disekitar kapasitas lapang), kondisi tanah agak gembur, dan pada kondisi kering tanah akan agak keras. Angka-angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau terlalu kering ataupun terlalu basah (Miswar, DKK. 2013).

Batas-batas yang dipakai untuk mencirikan berat ringannya tanah adalah Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL), dan Batas Gulung (BG) dan Batas Berubah Warna (BBW). Batas Cair adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Jika air lebih banyak tanah bersama air akan mengalir. Berbeda dengan istilah kapasitas lapang (filed capacity) yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah dalam keadaan alami.

Adapun Evaluasi Angka-Angka Atterberg adalah sebagai berikut :
Nilai
Plastisitas
Jangka olah
Batas mengalir
Sangat rendah
0-5
1-3
< 20
Rendah
6-10
4-8
21-30
Sedang
11-17
9-15
31-45
Tinggi
18-30
16-25
46-70
Sangat tinggi
31-43
26-40
71-100
Ekstrim tinggi
> 43
>40
>100
(Hardjowigeno,1987).

Batas melekat adalah kandungan air tanah dimana massa tanah mulai tidak melekat pada sudip nikel yang digunakan. Kandungan air di antara batas melekat dan batas menggolek merupakan jangka olahan, yaitu saat terbaik untuk melakukan pengolahan tanah.

Semakin kecil jangka olahan tanah, berarti semakin sulit tanah diolah untuk memperoleh keadaan yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Bila kadar air lebih rendah dari batas melekat, maka tanah tidak dapat melekat.

Sedangkan kadar air lebih tinggi dari batas melekat, maka tanah akan mudah melekat pada benda yang digunakan (Suprihati, 2013).

Batas Cair (BC) adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Jika air lebih banyak tanah bersama air akan mengalir. Apabila tanah mengandung air lebih banyak daripada daya menahan air, maka akan mengakibatkan peredaran udara buruk.

Batas mengalir menunjukan kandungan air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman. Jangka olah menunjukkan besarnya perbedaan kandungan air batas melekat dengan batas menggolek.

Tanah dengan jangka olah yang rendah merupakan tanah yang lebih sukar diolah daripada tanah dengan jangka olah yang tinggi. Bila jangka olahnya sama, tanah lebih sukar diolah bila indeks plastisitasnya rendah (Miswar, DKK. 2013).

BAB III
METODE PENELITIAN

1. Alat dan Bahan
Alat :
Timbangan
Botol Timbang
Nampan
Oven
Cawan Cassa Gadra
Lempeng Kaca
Sudip Nikel
Bahan :
Sampel Tanah
Air

2. Langkah Kerja
a. Penetapan Batas Cair

  1. Tanah komposit ditimbang dengan timbangan sebanyak ± 100 gram
  2. Tanah dimasukkan kedalam nampan dan diberi air secukupnya kemudian dibuat pasta
  3. Tanah pasta dimasukkan ke dalam cawan cassa gadra dan diratakan pada permukaannya dengan ketebalan ± 1,27 cm.
  4. Kemudian dibuat alur tegak lurus ditengah cawan menggunakan sudip nikel
  5. Setelah itu engkol diputar sebanyak 25 kali dengan kecepatan dua kali perdetik hingga tanah menyatu ± 1 cm
  6. Jika tanah sudah menyatu kemudian diambil sebanyak 5 gram dan dimasukkan kedalam botol timbang yang sebelumnya sudah ditimbang terlebih dahulu
  7. Kemdian tanah yang sudah dimasukan kedalam botol timbang dioven selam 24 jam, setelah dioven ditimbang kembali tanah dan botol timbangnya.

b. Penetapan Batas Menggolek

  1. Sampel tanah ditimbang sebanyak 15 gram
  2. Ditambahkan sedikit air kemudian dibuat pasta dan digulung pada lempengan kaca dengan panjang 15 cm
  3. Setelah itu tanah dibagi menjadi 3 dengan panjang 5 cm dengan diameter 3 mm
  4. Kemudian dimasukkan kedalam botol timbang setelat itu ditimbang
  5. Setelah tanah dan botol timbang ditimbang kemudidan dioven selama 24 jam, setelah 24 jam ditmbang lagi beratnya.

c. Penetapan Batas Plastis + Air

  1. Melakukan hal yang sama pada kegiatan penetapan batas menggolek
  2. Gulungan dibuat mengkilap dengan mengoleskan sedikit air
  3. Tanah yang mengkilap dimasukkan kedalam botol timbang dan dimasukkan kedalam oven selama 24 jam

d. Penetapan Batas Plastis + Tanah

  1. Melakukan hal yang sama pada kegiatan penetapan batas menggolek
  2. Gulungan dibuat agak kering dengan menambahkan sampel tanah
  3. Sampel tanah kering dimasukkan kedalam botol timbang
  4. Penetapan Batas Lekat
  5. Tanah yang telah diambil dengan sudip nikel tadi kemudian diayunkan sekali pada lempengan kaca hingga lepas
  6. Setelah itu dimasukan kedalam botol timbang dan ditimbang beratnya
  7. Kemudian dioven selama 24 jam, setelah itu ditimbang lagi hingga didapatkan berat setelah dilakukan pengovenan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian
Sampel
A(gr)
B(gr)
C(gr)
KA%
Batas cair
10 ketuk (A)
26,54
33,52
32,07
40 ketuk(B)
27,32
35,27
33,72
Batas plastis
Biasa (C)
17,42
22,89
20,18
Batas plastis+air (D)
32,33
38,83
36,39
Batas plastis+tanah (E)
18,44
25,17
22,37
Batas lekat (F)
31,42
36,27
34,54



KA Batas Cair :
KA (BK tanah) = (B-C)/(C-A) x 100%  KA (BB tanah) = (B-C)/(B-A) x 100%
= (33,52-32,07)/(32,07-26,54) x 100% = (35,27-33,72)/(35,27-27,32) x 100%
= 1,45/5,53 x 100% = 1,55/7,95 x 100%
= 0,26 x 100% = 0,19 X 100%
= 26 % = 19 %

KA Batas Menggolek :
KA (BK tanah) = (B-C)/(C-A) x 100%  KA (BB tanah) = (B-C)/(B-A) x 100%
= (33,52-32,07)/(32,07-26,54)  x 100%  = (35,27-33,72)/(35,27-27,32)   x 100%
= 1,45/5,53   x 100%  = 1,55/7,95   x 100%
= 0,22 x 100%  = 0,17 x 100%
= 22 %  = 17 %
KA Batas Lekat :
KA (BK tanah) = (B-C)/(C-A) x 100%  KA (BB tanah) = (B-C)/(B-A) x 100%
= (33,79-33,15)/(33,15-32,19) x 100%  = (33,79-33,15)/(33,79-32,19) x 100%
= 0,64/0,96 x 100%  = 0,64/1,6 x 100%
= 0,47 x 100% = 0,33 x 100%
= 47 % = 33 %
Jangka Olah (JO) berat kering tanah = KA Lekat – KA Menggolek
= 47 % - 29 %
= 18 %
Jangka Olah (JO) berat basah tanah = KA Lekat – KA Menggolek
= 33  % - 17  %
= 15  %
Angka Atterberg berat kering tanah = KA Cair – KA Menggolek
= 26  % - 22  %
= 4  %
Angka Atterberg berat basah tanah = KA Cair – KA Menggolek
= 19 % - 17 %
= 2 %

2. Pembahasan
Angka atterberg menunjukkan perbedaan kadar air pada berbagai batas konsistensi, penetapan batas-batas tersebut berupa batas konsistensi dari tanah yang berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan air tanah, yang selanjutnya dipergunakan untuk mengetahui indeks plastisitas suatu tanah. Tanah liat atau tanah yang mengandung banyak lempung akan memiliki nilai plastisitas yang tinggi sedangkan tanah-tanah berpasir mempunyai nilai plastisitas yang lebih rendah.

Konsistsnsi tanah menunjukkan kekuatan daya adhesi dan kohesi butir-butir tanah dengan benda lain.Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut dapat berupa usikan, misalnya  pencangkulan, dan pembajakan

Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah, atau kering, maka penyiratan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.

Percobaan kali ini menggunakan alat cassa gadra, yang bekerja dengan menghasilkan ketukan. Dari ketukan yang dihasilkan alat tersebut, didapatkan hasil pengukuran kadar lengas yang berbeda-beda dari sampel tanah yang didapat didaerah kopeng. Pada percobaan kali ini dengan 2 percobaan yaitu 10 kali ketukan dan 40 kali ketukan dengan 1 detik 2 ketukan.

Pada percobaan 10 kali ketukan didapatkan hasil KA 26 %. Percobaan yang kedua dengan 40 ketukan menghasilkan KA 19 %.
Batas Cair (BC) adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Jika air lebih banyak tanah bersama air akan mengalir. Pada percobaan ini batas cair sampel tanah kopeng menghasilkan 33,52 % yang menandakan batas cair pada sampel tanah kopeng inggi.

Batas Gulung atau Batas Menggolek adalah kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digolek-golekkan lagi. Jika digolek-golekkan tanah akan pecah-pecah ke segala jurusan. Jika kadar air lebih kecil dari batas menggolek maka tanah sukar diolah.

Dari percobaan di atas sampel tanah dari kopeng menghasilkan batas menggolek sebesar 22 % . Batas menggolek tersebut menandakan bahwa sampel tanah kopeng tersebut bernilai tinggi untuk gulungnya.

Batas melekat adalah kandungan air tanah dimana massa tanah mulai tidak melekat pada sudip nikel yang digunakan. Kandungan air di antara batas melekat dan batas menggolek merupakan jangka olahan, yaitu saat terbaik untuk melakukan pengolahan tanah.

Semakin kecil jangka olahan tanah, berarti semakin sulit tanah diolah untuk memperoleh keadaan yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pada percobaan ini batas lekat dari sampel tanah kopeng mendapatkan hasil 36,27 %. Dengan ini menandakan sampel tanah kopeng tinggi .

BAB V
PENUTUP

1. Simpulan
Batas Cair (BC) adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Jika air lebih banyak tanah bersama air akan mengalir. Batas Menggolek adalah kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digolek-golekkan lagi.

Batas melekat adalah kandungan air tanah dimana massa tanah mulai tidak melekat pada sudip nikel yang digunakan. Kandungan air di antara batas melekat dan batas menggolek merupakan jangka olahan.

Angka atterberg menunjukkan perbedaan kadar air pada berbagai batas konsistensi, penetapan batas-batas tersebut berupa batas konsistensi dari tanah yang berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan air tanah, yang selanjutnya dipergunakan untuk mengetahui indeks plastisitas suatu tanah. Angka atterberg sampel tanah kopeng menghasilkan (batas cair – batas menggolek)  4 % berat tanah kering dan 2 % berat tanah basah.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Hardjowigeno. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta
  2. Miswar dan Yusrial. 2013. Jurnal Penelitian. Penetapan Plastisitas Tanah. (hal 21 : 251)
  3. Sutanto, Rahman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Dan Kenyataan. Kanisius : Yogyakarta
  4. Suprihati. 2013. Penuntun Analisis Tanah. Fakultas Pertanian Dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

iklan tengah