Perubahan Masyarakat Indonesia Pada Masa Penjajahan dan Tumbuhnya Semangat Kebangsaan



Berbagai hasil bumi di Indonesia tidak hanya menjadi konsumsi bangsa-bangsa Asia, tetapi juga menjadi salah satu incaran bangsa-bangsa barat.

Bangsa barat sangat membutuhkan rempah-rempah sementara persediaan di Eropa sangat terbatas. Rempah-rempah digunakan untuk mengawetkan makanan, bumbu masakan, dan obat-obatan.

Negara-negara tropis seperti Indonesia kaya akan rempah-rempah sehingga bangsa-bangsa barat berusaha memperolehnya.

Gold, Gospel, Glory merupakan motivasi bangsa-bangsa Barat melakukan penjelajahan samudera.

Gold artinya emas yang identik dengan kekayaan. Semboyan ini menggambarkan bahwa tujuan bangsa Barat ke Indonesia adalah untuk mencari kekayaan.

Glory bermakna kejayaan bangsa.

Gospel adalah keinginan bangsa Barat untuk menyebarluaskan atau mengajarkan agama Nasrani khususnya agama Kristen ke bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.

Revolusi industri adalah pergantian secara menyeluruh dalam memproduksi barang dari sebelumnya menggunakan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.

Berkembangnya revolusi industri menyebabkan bangsa-bangsa barat memerlukan bahan baku yang lebih banyak. Mereka juga memerlukan daerah pemasaran untuk menjual hasil-hasil industrinya.

Penemuan mesin uap yang dapat dijadikan mesin penggerak perahu mendorong penjelajahan bangsa-bangsa Barat serta memperpendek waktu perjalanan.

Penemuan lain seperti kompas, mesin pintal, dan sebagainya memicu bangsa-bangsa Barat untuk melakukan berbagai petualangan.



Perjalanan Portugis mencari sumber rempah-rempah diawali dari kota Lisabon, Portugis.

Pada tahun 1486, Bartolomeus Diaz melakukan pelayaran pertama menyusuri pantai barat Afrika. Ia bermaksud melakukan pelayaran ke India, namun gagal.

Portugis mencapai Malaka pada tahun 1511 di bawah pimpinan Alfonso d'Albuquerque. Ia berhasil menguasai Malaka dan Myanmar. Selanjutnya Portugis menjalin hubungan dagang dengan Maluku.

Pada tahun 1512, bangsa Portugis telah berhasil sampai di Maluku dibawah pimpinan Antonio de Abreu dan Fransisco Serao.

Persekutuan dagang milik Inggris diberi nama EIC (East Indian Company). Didalamnya bergabung para pengusaha Inggris.

Walaupun Inggris tiba di Kepulauan Nusantara, pengaruhnya tidak terlalu banyak seperti halnya Belanda.

Hal ini disebabkan EIC terdesak oleh Belanda, sehingga Inggris menyingkir ke India/Asia Selatan dan Asia Timur.

Seorang pelaut Belanda bernama Cornelis de Houtman memimpin ekspedisi ke Indonesia.

Pada tahun 1595, armada de Houtman mengarungi ujung selatan Afrika, selanjutnya terus menuju ke arah timur melewati Samudera Hindia. Pada tahun 1596, armada de Houtman tiba di Pelabuhan Banten melalui Selat Sunda.

Kedatangan Houtman di Indonesia kemudian disusul ekspedisi-ekspedisi lainnya. Dengan banyaknya pedagang Belanda di Indonesia maka muncullah persaingan di antara mereka sendiri.

Untuk mencegah persaingan yang tidak sehat, pada tahun 1602 didirikan Vereenigd Oost Indische (VOC/Perserikatan Maskapai Hindia Timur) yang merupakan merger (penggabungan) dari beberapa perusahaan dagang Belanda.

Gubernur Jenderal pertama VOC adalah Pieter Both. Ia mendirikan pusat perdagangan VOC di Ambon, Maluku.

Namun kemudian pusat dagang dipindahkan ke Jayakarta (Jakarta) karena VOC memandang bahwa Jawa lebih strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Selain itu, Belanda ingin menyingkirkan saingan mereka, yaitu Portugis di Malaka.

Pangeran Jayawikarta (penguasa bagian wilayah Banten) memberi izin kepada VOC untuk mendirikan kantor dagang di Jayakarta.

Selain memberikan izin kepada VOC, Pangeran Jayawikarta juga memberikan izin pendirian kantor dagang kepada EIC (Inggris). Kebijakan ni membuat Belanda merasa tidak menyukai Pangeran Jayawikarta.

Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen membujuk penguasa Kerajaan Banten untuk memecat Pangeran Jayawikarta, sekaligus memohon agar izin kantor dagang Inggris EIC dicabut.

Pada tanggal 31 Mei 1619, keinginan VOC dikabulkan raja Banten, Meomentum inilah yang kemudian menjadi mata rantai kekuasaan VOC dan Belanda pada masa berikutnya.

VOC menikmati keleluasaan dan kelonggaran yang diberikan penguasa Banten. Jayakarta oleh VOC diubah namanya menjadi Batavia. VOC mendirikan benteng sebagai tempat pertahanan, pusat kantor dagang, dan pemerintahan.

Pengaruh ekonomi VOC semakin kuat dengan dimilikinya hak monopoli perdagangan. Masa inilah yang menjadi sandaran perluasan kekuasaan Belanda pada perjalanan sejarah selanjutnya.


Pada awal kedatangannya, bangsa-bangsa Barat diterima dengan baik oleh rakyat Indonesia. Hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dengan bangsa Barat berubah menjadi hubungan penguasaan atau penjajahan.

VOC terus berusaha memperoleh kekuasaan yang lebih dari sekedar jual beli. Itulah yang memicu kekecewaan, kebencian, dan perlawanan fisik.

Pada awalnya, VOC meminta keistimewaan hak-hak dagang. Akan tetapi, dalam perkembangannya menjadi penguasaan pasar (monopoli).

VOC menekan para raja untuk memberikan kebijakan perdagangan hanya dengan VOC. Akhirnya, VOC bukan hanya menguasai daerah perdagangan, tetapi juga menguasai politik atau pemerintahan.


Gubernur Jenderal Daendls yang memerintah tahun 1808-1811 melakukan berbagai kebijakan seperti pembangunan militer, jalan raya, perbaikan pemerintahan, dan perbaikan ekonomi.

Salah satu kebijakan yang terkenal dan buktinya dapat disaksikan hingga masa sekarang adalah pembangunan jalan Anyer-Panarukan (Jalan Raya Pos).

Jalan Raya Pos sangat penting bagi pemerintah kolonial. Jalan tersebut dibangun dengan tujuan utama untuk kepentingan militer pemerintah kolonial.

Dalam perkembangannya, jalan tersebut menjadi sarana transportasi pemerintahan dan mengangkut berbagai hasil bumi.

Pembangunan jalur Anyer-Panarukan tersebut dilakukan oleh tenaga manusia. Puluhan ribu penduduk dikerahkan untuk membangun jalan tersebut.

Rakyat Indonesia dipaksa Belanda untuk membangun jalan. Mereka tidak digaji dan tidak menerima makanan yang layak.

Akibatnya, ribuan penduduk meninggal, baik karena kelaparan maupun penyakit yang diderita. Pengerahan penduduk untuk mengerjalan berabgai proyek Belanda disebut kerja paksa atau kerja rodi.


Saat Inggris menguasai Indonesia, Gubernur Jenderal Lord Minto membagi daerah jajahan Hindia Belanda menjadi empat goverment, yakni Malaka, Sumatera, Jawa, dan Maluku.

Lord Minto selanjutnya menyerahkan tanggung jawab kekuasaan atas seluruh wilayah itu kepada Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.

Salah satu kebijakan terkenal pada masa Raffles adalah sewa tanah atau landrent-system atau landelijk stelsel. Sistem tersebut memiliki ketentuan, antara lain:

  1. Petani harus menyewa tanah meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut
  2. Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah
  3. Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai
  4. Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala


Pada tahun 1830, Johannes den Bosch menerapkan sistem tanam paksa (cultuur stelsel). Kebijakan ini diberlakukan karena Belanda menghadapi kesulitan keuangan akibat perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830) dan Perang Belgia (1830-1831).

Ketentuan kebijakan tanam paksa yang diberikan pemerintah Hindia Belanda sangat memberatkan masyarakat Indonesia.

Apalagi, pelaksanaanya penuh dengan penyelewengan sehingga semakin menambah penderitaan rakyat Indonesia.

Banyak ketentuan yang dilanggar atau diselewengkan baik oleh pegawai Belanda maupun pribumi. Praktik-praktik penekanan dan pemaksaan terhadap rakayat tersebut antara lain sebagai berikut:

  1. Menurut ketentuan, tanah yang digunakan untuk tanaman wajib hanya 1/5 dari tanah yang dimiliki rakyat. Namun kenyataanya, selalu lebih bahkan sampai 1/2 bagian dari tanah yang dimiliki rakyat.
  2. Kelebihan hasil panen tanaman wajib tidak pernah dibayarkan
  3. Waktu untuk kerja wajib melebihi 66 hari, dan tanpa imbalan yang memadai
  4. Tanah yang digunakan untuk tanaman wajib tetap dikenakan pajak.




Konflik antara kerajaan di Indonesia dan persekutuan/kongsi dagang Barat terjadi sejak para kongsi dagang menunjukkan kecongkakannya. Sebagai contoh pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore dan Portugis.

Penyebab utamanya adalah Protugis menghalang-halangi perdagangan Belanda dengan Tidore. Protugis menembaki jung-jung (perahu) dari Banda yang akan membeli cengkih ke Tidore.

Tidore tidak terima dengan tindakan armada Portugis. Lalu melakukan perlawanan. Dalam perang tersebut, Portugis berhasil mengadu domba kerajaan Ternate dan Tidore.

Portugis mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan. Akhirnya Portugis mendapat kemenangan.

Rakyat Maluku sadar bahwa Portugis hanya akan merusak perdamaian. Sultan Hairun berhasil menyatukan rakyat dan mengobarkan perlawanan pada tahun 1565.

Portugis terus terdesak oleh gempuran tentara kerajaan yang didukung rakyat. Portugis menawarkan perundingan kepada Sultan Hairun. Sultan Hairun adalah raja yang cinta damai sehingga menerima ajakan Portugis.

Pada tahun 1570, bertempat di Benteng Sao Paolo, terjadi perundingan antara Sultan dan Portugis.

Pada awal perundingan semua berjalan seperti sebuah pertemanan pada umumnya, yaitu membicarakan suatu hal penting. Pada saat itu, Sultan Hairun tidak menaruh curiga sedikit pun.

Ia merasa bahwa perdamaian jauh lebih baik. Namun, pada saat perundingan berlangsung tanpa disangka-sangka tiba-tiba Portugis menangkap Sultan Hairun dan pada saat itu juga membunuhnya.

Kelicikan dan kejahatan Portugis tersebut menimbulkan kemarahan rakyat Maluku. Sultan Baabullah (putera Sultan Hairun) dengan gagah melanjutkan perjuangan ayahandanya dengan memimpin perlawanan.

Pada saat bersamaan, Ternate dan Tidore bersatu melancarakan serangan terhadap Portugis. Akhirnya, pada tahun 1575 Portugis diusir dari Ternate.

Selanjutnya Portugis melarikan diri dan menetap di Ambon. Pada tahun 1605 Portugis berhasil diusir oleh VOC dari Ambon.

Portugis kemudian menyingkir ke Timor Timur/Timor Leste dan melakukan kolonialisasi di tempat itu.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), armada Aceh telah disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka.

Saat itu, Aceh telah memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Pada saat itu wilayah Kerajaan Aceh telah sampai di Sumatera Timur dan Sumatera Barat.

Pada tahun 1629, Aceh mencoba menaklukkan Portugis, tetapi penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil mendapat kemenangan. Meskipun demikian, Aceh masih tetap berdiri sebagai kerajaan yang merdeka.

Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa di Sulawesi Selatan. Tokoh ini sangat ditakuti Belanda karena ketangguhannya melawan Belanda sehingga disebut sebagai "Ayam Jantan dari Timur"

Suatu ketika, Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dan Bone (Arung Palaka) berselisih paham. Hal ini dimanfaatkan VOC dengan mengadu domba kedua kerajaan tersebut.

VOC memberikan dukungan, sehingga Bone menang saat perang dengan Gowa tahun 1666. Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.

Perjanjian Bongaya adalah perjanjian antara Sultan Hasanuddin dan VOC. Isi perjanjian Bongaya sebagai berikut:

  1. Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar
  2. Belanda mendirikan benteng pertahanan di Makassar
  3. Makassar harus melepaskan daerah kekuasaanya berupa daerah di luas Makassar
  4. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone

Perjanjian Bongaya telah memangkas kekuasaan kerajaan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi. Tinggal kerajaan-kerajaan kecil yang sulit melakukan perlawanan terhadap VOC.

Mataram adalah kerajaan besar di Jawa Tengah. Keberadaan VOC di Batavia sangat membahayakan Mataram.

Pada awalnya, Mataram dengan Belanda dianggap menjalin hubungan baik. Belanda diizinkan mendirikan benteng gudang (loji) untuk kantor dagang di Jepara pada tahun 1615. Belanda juga memberikan dua meriam untuk Kerajaan Mataram.

Perselisihan antara Mataram dan Belanda terjadi karena nafsu monopoli Belanda. Pada tanggal 8 November 1618, Gubernur Jenderal VOC Jan Piterzoon Coen memerintahkan van der Marct menyerang Jepara.

Kerugian Mataram sangat besar. Peristiwa tersebut memperuncing perselisihan antara Mataram dan Belanda.

Raja Mataram Sultan Agung segera mempersiapkan penyerangan terhadap kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628.

Pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Baurekso, yang tidab di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Selanjutnya menyusul pasukan tumenggung Sura Agul-Agul dan kedua bersaudara yaitu Kiyai Dipati Mandurejo dan Upa Santa.



Peralihan kekuasaan Inggris menggantikan Belanda pada tahun 1811-1816. Peralihan kekuasaan tersebut menyadarkan rakyat bahwa Belanda bukanlah kekuatan yang paling hebat.

Ketika Belanda kembali berkuasa di Indonesia tahun 1817, rakyat Ambon mengadakan perlawanan dibawah pimpinan Thomas Matulesi (Pattimura).

Pattimura memimpin perlawanan di Saparua dan berhasil merebut benteng Belanda serta membunuh Residen van den Berg.

Dalam perlawanan tersebut, turut serta pula seorang pahlawan wanita bernama Christina Martha Tiahahu yang merupakan putri tunggal dari Paulus Tiahahu, teman dari Kapten Pattimura.

Perlawanan Pattimura dapat dikalahkan setelah bantuan Belanda dari Batavia datang. Pattimura bersama tiga pengikutnya ditangkap dan dihukum gantung. 

Minangkabau, Sumatera Barat merupakan salah satu pusat gerakan kebangkitan Islam di Indonesia.

Gerakan pemurnian ajaran Islam dibawah oleh para haji yang pulang dari Mekah. Tokohnya adalah Haji Miskin, Haji Sunanik, dan Haji Piobang.

Kelompok pembaharu Islam di Sumatera ini disebut sebagai kaum Padri. Mereka terpengaruh oleh para pembaharu Islam di Timur Tengah, dan menggerakkan semangat kembali pada kebangkitan Islam.

Ide pembaharuan kaum Padri dengan sasaran utama Belanda meletus tahun 1821. Kaum Padri dipimpin Tuanku Imam Bonjol (M Syahab), Tuanku nan Cerdik, Tuanku Tambusai, dan Tuanku nan Alahan.

Perlawanan kaum Padri berhasil membuat Belanda terpojok. Sementara itu, Belanda menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830).

Belanda sadar apabila pertempuran dilanjutkan, Belanda akan kalah. Belanda pun mengajak kaum Padri berdamai, yang diwujudkan di Bonjol tanggal 15 November 1825. Selanjutnya, Belanda berkonsentrasi ke Perang Diponegoro.

Belanda berhasil memadamkan perlawanan Diponegoro. Setelah itu, Belanda kembali melakukan penyerangan terhadap kedudukan Padri.

Kaum adat yang semula bermusuhan dengan kaum Padri akhirnya mendukung perjuangan Padri. Bantuan dari Aceh juga datang untuk mendukung perjuangan Padri. Belanda benar-benar menghadapi musuh yang tangguh.

Belanda menerapkan sistem pertahanan Benteng Stelsel. Bentan Fort de Kock di Bukit tinggi dan Benteng Fork van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanannya.

Dengan siasat tesebut, Belanda akhirnya menang, yang ditandai dengan jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun 1837.

Tuanku Imam Bonjol ditangkap, kemudian diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di Menado hingga wafat tahun 1864.

Berakhirnya perang Padri membuat kekuasaan Belanda di Minangkabau semakin besar. Keadaan ini kemudian mendukung usaha Belanda untuk menguasai Sumatera yang lain.

Perang Diponegoro (1825-1830) merupakan salah satu perang besar yang dihadapi Belanda. Perlawanan Pangeran Diponegoro tidak lepas dari kegelisahan dan penderitaan rakyat akibat penindasan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda.

Campur tangan pemerintah Hindia Belanda dalam urusan Keraton Yogyakarta merupakan salah satu penyebab kegelisahan. Pajak-pajak yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda dan kebijakan ekonomi lainnya menjadi sumber penderitaan rakyat, yang ikut juga melatarbelakangi Perang Diponegoro.

Pada tahun 1822 Hamengkubuwono IV wafat. Di dalam keraton muncul mahkota baru berumur 3 (tiga) tahun. Keadaan ini menjadi kesempatan bagi Belanda untuk campur tangan dalam urusan kerajaan.

Beberapa tindakan belanda yang dianggap melecehkan harga diri dan nilai-nilai budaya masyarakat menjadi penyebab kebencian rakyat kepada Belanda.

Sebagai contoh, saat membangun jalan baru pada bulan Mei 1825, Belanda dan Patih Danurejo memasang patok-patok pada tanah leluhur Diponegoro.

Terjadi perselisihan saat pengikut Diponegoro mencabuti patok-patok tersbut. Belanda segera mengutus serdadu untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Perang tidak dapat dihindarkan.

Pada tanggal 20 Juli 1825, Tegalrejo yang menjadi basis pengikut Diponegoro direbut dan dibakar Belanda.

Diponegoro meninggalkan kota dan menyusun strategi di luar Kota Yogyakarta. Perang Jawa dikumandangkan (1825-1830) untuk mengusir Belanda. Perlawasan tersebut menular sampai Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Belanda berusaha membujuk para pejuang dengan memulangkan Hamengkubuwono II dari pengasingannya di Ambon. Namun, langkah ini gagal memadamkan perlawanan.

Selanjutnya, Belanda menerapkan siasat Benteng Stelsel. Dengan sistem ini, Belanda mampu memecah belah jumlah pasukan musuh.

Belanda berhasil menangkap Kyai Maja dan Pangeran Mangkubumi. Belanda kemudian berhasil meyakinkan panglima Sentot Parawirodirjo untuk membuat perjanjian perdamaian.

Pada bulan Maret 1830, Diponegoro bersedia mengadakan perundingan dengan Belanda di Magelang, Jawa Tengah.

Perundingan tersebut hanya sebagai jalan tipu muslihat karena ternyata Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian ke Makassar hingga wafat tahun 1855. Setelah berakhirnya Perang Jawa (Diponegoro), tidak ada lagi perlawanan yang besar di Jawa.

Traktat London tahun 1871 menyebut Belanda menyerahkan Sri Lanka kepada Inggris, dan Belanda mendapat hak atas Aceh.

Berdasarkan traktat tersebut, Belanda mempunyai alasan untuk menyerang istana Aceh. Saat itu, Aceh masih merupakan negara merdeka.

Belanda juga membakar Masjid Baiturrahman yang menjadi benteng pertahanan Aceh 5 April 1873.

Semangat Jihad (perang membela agama Islam) menggerakkan perlawanan rakyat Aceh. Jenderal Kohler terbunuh saat pertempuran di depan Masjid Baiturraman, Banda Aceh.

Kohler meninggal dekat dengan pohon yang sekarang diberi nama Pohon Kohler. Siasat konsentrasi stelsel dengan sistem bertahan dalam benteng besar oleh Belanda tidak berhasil. Belanda semakin terdesak, korban semakin besar, dan keuangan terus terkuras.

Belanda sama sekali tidak mampu menghadapi secara fisik perlawanan rakat Aceh. Menyadari hal tersebut, Belanda mengutur Dr. Dsouck Hurgronje yang memakai nama samaran Abdul Gafar.

Sebagai seorang ahli bahasa, sejarah, dan sosial Islam, ia dimintai masukan atau rekomendasi tentang cara-cara mengalahkan rakyat Aceh.

Setelah lama belajar di Arab, Snouck Hudronje memberikan saran-saran kepada Belanda mengenai caranya. Aceh tidak mungkin dilawan dengan kekerasan, sebab karakter orang Aceh tidak akan pernah menyerah. Jiwa jihad orang Aceh sangat tinggi.

Taktik yang paling mujarab adalah dengan mengadu domba antara golongan Uleebalang (bangsawan) dan kaum ulama.

Belanda menjanjikan kedudukan pada Uleebalang yang bersedia damai. Taktik ini berhasil, banyak Uleebalang yang tertarik pada tawaran Belanda.

Belanda memberikan tawaran kepada Uleebalang apabila kaum ulama dapat dikalahkan. Sejak tahun 1898, kedudukan Aceh semakin terdesak. Banyak tokoh yang gugur.

Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada 1899. Sultan Aceh Mohammad Daudsyah ditawan pada tahun 1903 dan diasingkan hingga meninggal di Batavia.

Panglima Polem Mohammad Daud juga menyerah pada tahun 1903. Cut Nyak Dien, tokoh pemimpin perempuan, ditangkap tahun 1906 kemudian diasingkan ke Sumedang.

Pahlawan perempuan Cut Mutia gugur pada tahun 1910. Perlawanan Aceh pun terus menyusut hingga tahun 1917, Belanda masih melakukan pengejaran terhadap sisa-sisa perlawanan Aceh.

Belanda mengumumkan berakhirnya Perang Aceh pada tahun 1904. Namun demikian, perlawanan sporadis rakyat Aceh masih berlangsung hingga tahun 1930an.

Perlawanan terhadap Belanda di Sumatera Utara dilakukan oleh Sisingamangaraja XII.

Perlawanan ini yang dinamakan juga Perang Batak, berlangsung selama 29 tahun. Pertempuran diawali dari Bahal Batu, yang menjadi pusat pertahanan Belanda tahun 1877.

Untuk menghadapi Perang Batak, Belanda menarik pasukan dari Aceh. Pasukan Sisingamangaraja dapat dikalahkan setelah Kapten Christoffel berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamangaraja di Pakpak.

Kedua putera beliau Patuan Nagari dan Patuan Anggi ikut gugur, sehingga seluruh Tapanuli dapat dikuasai Belanda.

Perang Banjar berawal ketika Belanda campur tangan dalam urusan pergantian raja di Kerajaan Banjarmasin.

Belanda memberi dukungan kepada Pangeran Tamjidillah yang tidak disukai rakyat.

Perlawanan dilakukan oleh Prabu Anom dan Pangeran Hidayat. Pada tahun 1859, Pangeran Antasari memimpin perlawanan setelah Prabu Anom ditangkap Belanda.

Pasukan Pangeran Antasari dapat didesak. Pada tahun 1862, Pangeran Hidayat menyerah, dan berakhirlah perlawanan Banjar di Pulau Kalimantan.

Perlawanan benar-benar dapat dipadamkan pada tahun 1905.

Perang Jagaraga berawal ketika Belanda dan Kerajaan di Bali bersengketa tentang hak tawan karang.

Hak tawan karang menyatakan bahwa setiap kapal yang kandas di perairan Bali menjadi hak penguasa di daerah tersebut.

Pemerintah Belanda memprotes raja Buleleng yang menyita 2 kapal milik Belanda. Raja Buleleng tidak menerima tuntutan Belanda untuk mengembalikan kedua kapalnya.

Persengketaan ini menyebabkan Belanda melakukan serangan terhadap Kerajaan Buleleng pada tahun 1846.

Belanda berhasil menguasai kerajaan Buleleng, sementara Raja Buleleng menyingkir ke Jagaraga dibantu oleh Kerajaan Karangasem.

Setelah berhasil merebut Benteng Jagaraga, Belanda melanjutkan ekspedisi militer tahun 1849. Dua kerajaan Bali, yaitu Gianyar dan Klungkung menjadi sasaran Belanda pada tahun 1906.

Seluruh kerajaan di Bali pun jatuh ke pihak Belanda setelah rakyat melakukan perang habis-habisan sampai mati, yang dikenal dengan perang puputan jagaraga



Mulai memasuki abad XX, kesempatan memperoleh pendidikan bagi rakyat Indonesia semakin besar.

Hal ini dipengaruhi kebijakan baru pemerintah Hindia Belanda melalui Politik Etis (Politik Balas Budi).

Politik kolonial liberal yang memeras rakyat Indonesia menimbulkan keprihatinan sebagaian masyarakat Belanda.

C. Theodore van Deventer menuangkan kritiknya dalam sebuah majalan de Grids berjudul Een Eereschuld atau Debt of Honour (Hutang Budi/Hutang Kehormatan) yang terbit pada tahun 1899.

Van Deventer mengusulkan agar Belanda melakukan balas budi untuk bangsa Indonesia. Balas budi yang diusulkan adalah dengan melakukan educatie, emigratie, dan irrigratie (pendidikan, perpindahan penduduk, dan pengairan).

Kebijakan politik etis memungkinkan berdirinya sekolah-sekolah di berbagai daerah di Indonesia.

Mulai abad XX, perkembangan pendidikan yang diselenggarakan swasta juga semakin banyak. Perkembangan pendidikan bukan hanya diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi juga oleh berbagai organisosial dan keagamaan.

Misionaris (agama Katolik) dan Zending (agama Kristen Protestan) mendirikan berbagai sekolah di pusat-pusat penyebaran agama Kristen.

Di beberapa kota berkembanga pendidikan berdasarkan keagamaan, seperti Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama, dan sebagainya.

Sekolah kebangsaan juga tumbuh, seperti Taman Siswa dan sekolah-sekolah yang didirikan organisasi pergerakan.

Pendidikan sangat besar perannya dalam menumbuhkembangkan nasionalisme. Pendidikan menyebabkan terjadinya transformasi ide dan pemikiran yang mendorong semangat pembaharuan masyarakat.

Pada masa sekarang, kalian harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pendidikan.


Bangsa Indonesia menyadari berbagai penyebab kegagalan perjuangan kemerdekaan pada masa lalu. Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah perlawanan yang bersifat kedaerahan.

Memasuki abad XX, corak perjuangan bangsa Indonesia berubah dari bersifat keaerahan, menuju perjuangan yang bersifat nasional.

Bangsa Indonesia menemukan identitas kebangsaan sebagai perekat perjuangan bersama. Paham kebangsaan atau nasionalisme telah tumbuh dan menjelma menjadi sarana perjuangan yang sangat kuat.

Corak perjuangan nasional bangsa Indonesia ditandai dengan momentum penting, yaitu diikrarkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.


Tekanan pemeritah Hindia Belanda pada bangsa Indonesia telah memunculkan perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai bangsa terjajah.

Hal inilah yang mendorong tekad bersama untuk menghimpun kebersamaan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia.


Organisasi pergerakan nasional tidak muncul begitu saja. Awalnya organisasi yang berdiri di Indonesia adalah organisasi etnis, kedaerahan, dan keagamaan.

Berbagai organisasi tersebut sering melakukan pertemuan hingga akhirnya muncul ide untuk mengikatkan diri dalam organisasi yang bersifat nasional.


Paham-paham baru seperti pan-Islamisme, nasionalisme, liberalisme, sosialisme, dan demokrasi menjadi salah satu pendorong pergerakan nasional Indonesia.

Paham-paham tersebut mengajarkan bagaimana langkah-langkah memperbaiki kondisi kehidupan bangsa Indonesia. Berbagai paham tersebut mempengaruhi organisasi pergerakan nasional Indonesia.



Pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan Jepang melawan Rusia. Rusia adalah bangsa Eropa, sedangkan Jepang adalah bangsa Asia.

Tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia, dan menjadi inspirasi negara-negara lain bahsa orang Asia bisa mengalahkan bangsa Barat. Bangsa-bangsa Asia pun semakin yakin mampu melawan penjajah.

Pada abad XX, negara-negara terjajah di Asia dan Afrika menunjukkan perjuangan pergerakan kebangsaan.

Di India, wilayah jajahan Inggris, muncul pergerakan dengan tokoh-tokohnya Mahatma Gandhi dan Muhammad Ali Jinnah. Di Filipina, Jose Rizal memimpin perlawanan terhadap Spanyol. Di Tiongkok, muncul dr. Sun Yat Sen yang terkenal dengan pergerakan pembaharuan.



Pada awal abad XX sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di Pulau Jawa. Sekolah kedokteran bernama STOVIA terdapat di Batavia (Jakarta).

Para tokoh mahasiswa kedokteran sepakat untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan memajukan pendidikan rakyat.

Pada tanggal 20 Mei 1908, mereka sepakat mendirikan sebuah organisasi bernama Budi Utamo dan memilih dr. Sutomo sebagai ketua.

Tokoh lain pendiri Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo.


Pada masa penjajahan, Pasar Klewer di Solo atau Surakarta, Jawa Tengah telah ramai oleh para pedagang Indonesia, Arab, dan Tiongkok.

Akibat persaingan yang tidak sehat antara pedagang pribumi dan pedagang Tiongkok, pada tahun 1911 didirikan Serikat Dagang Islam oleh K.H. Samsuhudi dan R.M. Tirtoadisuryo di Solo.

Tujuan utama pada awalnya adalah melindungi kepentingan perdagangan pribumi dari ancaman pedagang Tiongkok.

Saat itu, para pedagang Tiongkok menguasai perdagangan di pasar, menggeser para pedagang lokal yang kurang pendidikan dan pengalaman.

Dalam konres di Surabaya tanggal 30 September 1912, Sarekat Dagang Islam berubah menjadi Sarekat Islam.

Perubahan nama dimaksudkan agar kepentingan organisasi lebih terbuka ke bidang-bidang lain, tidak hanya perdagangan.

Pada tahun 1913, Sarekat Islam dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Perjuangan Sarekat Islam sangat mengarik rakyat karena kegiatannya yang membela rakyat. Pada tahun 1915, jumlah anggota Sarekat Islam mencapai 800.000.

Pada tahun 1923, Sarekat Islam berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam yang bersifat nonkoperatif terhadap Belanda.

Tahun 1927 Partai Sarekat Islam menetapkan tujua pergerakan secara jelas, yaitu Indonesia merdeka berasaskan Islam.


Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia. Pendiri Indiche Partij terkenal dengan sebutan tiga serangkai, yakni Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi), Suwardi Suryaningrat, dan Cipto Mangunkusumo.

Indische Partij dideklarasikan pada tanggal 25 Desember 1912. Tujuan organisasi ini yakni mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia.

Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras.

Pada tahun 1913, Belanda mempersiapkan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasannya dari kekuasaan Perancis.

Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut.

Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Express, dengan judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya Aku Orang Belanda).

Suwardi mengecam Belanda, katanya: Bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan kemerdekaan penjajah.

Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh Indische Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda.


Semua Perhimpunan Indonesia bernama Indische Vereeniging. Perhimpunan Indonesia didirikan oleh orang-orang Indonesia di Belanda pada tahun 1908.

Pada tahun 1922, Indische Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging dengan kegiatan utama politik.

Pada tahun 1925 berubah menjadi Perhimpunan Indonesia. Nama majalahnya Hindia Putra, yang kemudian berubah menjadi Indonesia Merdeka.

Tujuan utama Perhimpunan Indonesia adalah mencapai Indonesia merdeka, memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat.

Tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia adalah Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo, Abdulmajid Joyoadiningrat, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono, Sartono, Gunawan Mangunkusumo, dan Nazir Datuk Pamuncak.


Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan tanggal 4 Juli 1927 di Bandung, dipimpin Ir. Soekarno. Tujuan PNI adalah Indonesia merdeka, dengan ideologi nasionalisme.

PNI mengadakan kegiatan konkret baik politik, sosial, maupun ekonomi. Organisasi ini terbuka dan revolusioner, sehingga PNI cepat meraih anggota yang banyak.

Pengaruh Ir. Soekarno sangat meresap dalam lapisan masyarakat. Keikutsertaan Hatta dalam kegiatan politik Soekarno semakin membuat PNI sangat kuat.

Kegiatan politik PNI dianggap mengancam pemerintah Belanda, sehingga para tokoh PNI ditangkap dan diadili tahun 1929.

Soekarno, Maskoen, Gatot Mangkupraja dan Supriadinata diadili Belanda. Pembelaan Soekarno di hadapan pengadilan diberi judul "Indonesia Menggugat". Sukarno dan kawan-kawan dihukum penjara.

Tahun 1931, PNI dibubarkan. Selanjutnya Sartono membentuk Partindo. Adapun Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan organisasi Pendidikan Nasional Indonesia.

Para tokoh partai tersebut kemudian ditangkap Belanda dan diasingkan ke Boven Digul, Papua.

Selain lima organisasi di atas, kalian dapat menemukan berbagai organisasi pada masa pergerakan nasional.

Sebagai contoh, pada tahun 1935 berdiri Parindra (Partai Indonesia Raya) dengan beberapa tokoh seperti M. Husni Thamrin, R. Sukardjo, R. Panji Suroso, dan Mr. Susanto.

Gerindo (Gerakan Indonesia) didirikan di Jakarta pada bulan April 1937. Pemimpinnya adalah mantan pimpinan Partindo yang dibubarkan tahun 1937, seperti Amir Syarifudin, Mr. M. Yamin, Mr. Sartono, dan Dr. A. K. Gani.

Golongan nasionalis mencoba menggunakan Volksraad sebagai media perjuangan nasional. Dengan tujuan memperkuat wakil-wakil bangsa Indonesia, tahun 1930.

Husni Thamrin membentuk Fraksi Nasional. Pada tahun 1936 seorang anggota Volksraad, Sutardjo mengajukan petisi menuntut kemerdkaan Indonesia dalam masa 10 tahun.

Petisi ini kemudian dikenal dengan nama Petisi Sutardjo. Petisi tersebut ditolak Belanda dengan alasan bangsa Indonesia belum siap untuk merdeka.



Awal mula tujuan Jepang menguasai Indonesia ialah untuk kepentingan ekonomi dan politik. Jepang merupakan negara industri yang sangat maju dan sangat besar.

Jepang sangat menginginkan bahan  baku industri yang tersedia banyak di Indonesia untuk kepentingan ekonominya.

Indonesia juga merupakan daerah pemasaran industri yang strategis bagi Jepang untuk menghadapi persaingan dengan tentara bangsa-bangsa Barat.

Untuk menyamakan jalur pelayaran bagi bahan-bahan mentah dan bahan baku dari ancaman Sekutu serta memuluskan ambisinya menguasai wilayah-wilayah baru, Jepang menggalang kekuatan pasukannya serta mencari dukungan dari bangsa-bangsa Asia.

Pada tanggal 8 Desember 1941, Jepang melakukan penyerangan terhadap pangkalan militer AS di Pearl Harbour.

Setelah memborbardir Pearl Harbour, Jepang masuk ke negara-negara Asia dari berbagai pintu . Pada tanggal 11 Januari 1942, Jepang mendaratkan pasukannya di Tarakan, Kalimantan Timur.

Jepang menduduki kota minyak Balikpapan pada tanggal 24 Januari. Selanjutnya, Jepang menduduki kota-kota lainnya di Kalimantan.

Jepang berhasil menguasai Palembang pada tanggal 16 Februari 1942. Setelah menguasai Palembang, Jepang menyerang Pulau Jawa.

Pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan Belanda. Batavia (Jakarta) sebagai pusat perkembangan Pulau Jawa berhasil dikuasai Jepang pada tanggal 1 Maret 1942.

Setelah melakukan berbagai pertempuran, Belanda akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang-Jawa Barat.

Surat perjanjian serah terima kedua belah pihak ditandatangani oleh Letnan Ter Poorten (Panglima Angkatan Perang Belanda) dan diserahkan kepada Letnan Jenderal Immamura (pimpinan pasukan Jepang).

Sejak saat itu seluruh Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang.


Pada saat kependudukannya di Indonesia, Jepang melakukan pembagian tiga daerah pemerintahan militer di Indonesi, yakni:

  1. Pemerintahan Angkatan Darat (Tentara XXV) untuk Sumatera, dengan pusat di Bukittinggi.
  2. Pemerintahan Angkatan Darat (Tentara XVI) untuk Jawa dan Madura dengan pusat di Jakarta
  3. Pemerintahan Angkatan Laut (Armada Selatan II) untuk daerah Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku dengan pusat di Makassar.

Jepang menggunakan sistem pemerintahan berdikari dalam menjalankan pemerintahan di daerah kependudukannya.

Berdikari berarti "berdiri sendiri". Maksudnya, pemerintah pusat tidak banyak berperan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasukan di daerah kependudukannya.

Dengan demikian, pemerintah militer Jepang di Indonesia lebih leluasa untuk menerapkan sistem penjajahan.


Lihllllll




Pada masa penjajahan, terjadi perubahan besar dalam perkembangan perkebunan di Indonesia.

Penambahan jumlah lahan untuk tanaman ekspor dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Bukan hanya pemerintah kolonial yang mengembangkan lahan perkebunan di Indonesia, tetapi juga perusahaan-perusahaan swasta.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, banyak perusahaan asing yang menanamkan investasi di Indonesia. Berhektare-hektare hutan dibuka untuk pembukaan lahan perkebunan.

Sejarah transmigrasi Indonesia terutama terjadi pada akhir abad XIX. Tujuan utama transmigrasi pada masa tersebut adalah untuk menyebarkan tenaga kerja murah di berbagai perkebunan di Sumatera dan Kalimantan.

Pengaruh pemerintah kolonial Barat di satu sisi memiliki pengaruh positif dalam mengenalkan berbagai tanaman dan teknologi dalam pertanian dan perkebunan.

Beberapa tanaman andalan ekspor dikenalkan dan dikembangkan di Indonesia. Pengenalan tanaman baru sangat bermanfaat dalam pengembangan pertanian dan perkebunan di Indonesia.

Pembukaan lahan pada masa kolonial Barat juga dilakukan untuk pertambangan minyak bumi, batu bara, dan logam.

Pembukaan lahan untuk pertambangan ini terutama terjadi pada akhir abad XIX dan awal abad XX.

Pada zaman penjajahan Belanda, banyak dibangun jalan raya, rel kereta api, dan jaringan telepon.

Pembangunan-pembangunan berbagai sarana transportasi dan komunikasi tersebut mendorong mobilitas barang dan jasa yang sangat cepat.

Pada transportasi laut juga dibangun berbagai dermaga di berbagai daerah di Indonesia.

Perubahan masyarakat dalam kegiatan ekonomi pada masa kolonial terjadi baik dalam kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.

Kegiatan produksi dalam pertanian dan perkebunan semakin maju dengan ditemukannya berbagai teknologi pertanian yang bervariasi.

Rakyat mulai mengenal tanaman yang tidak hanya untuk dipanen semusim. Pembukaan berbagai perusahaan telah melahirkan berbagai jenis pekerjaan dalam bidang yang berbeda.

Sebagai contoh, munculnya kuli-kuli perkebunan, mandor, dan administrasi di berbagai perusahaan pemerintah ataupun swasta.

Kegiatan ekspor-impor juga mengalami kenaikan signifikan pada masa penjajahan Barat. Hal ini tidak lepas dari usaha pemerintah kolonial menggenjot jumlah produksi ekspor.

Pada masa sebelum kedatangan bangsa-bangsa Barat, masyarakat biasanya bekerja secara bergotong royong.

Contohnya dalam mengerjakan sawah, setiap kelompok penduduk akan mengerjakan secara bersama-sama dari sawah satu ke sawah lainnya.

Pada masa kekuasaan kolonial Barat, uang mulai dikenalkan sebagai alat pembayaran jasa tenaga kerja.

Keberadaan uang sebagai barang baru dalam kehidupan masyarakat menjadi daya tarik tersendiri. Masyarakat mulai menyenangi uang karena dianggap lebih mudah digunakan.

Terdapat dua sistem pendidikan yang dikembangkan pada masa kolonial Barat.

Pertama adalah pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah, dan yang kedua adalah pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat.

Pusat-pusat kekuasaan Belanda di Indonesia di berbagai kota di Indonesia menjadi pusat pertumbuhan berbagai sekolah di Indonesia.

Kalian dapat menemukan sekolah-sekolah yang telah berdiri sejak zaman penjajahan di kota provinsi tempat tinggalmu.

Pada masa penjajahan Belanda juga telah berkembang perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung dan Institut Pertanian Bogor.

Pada masa pemerintahan kolonial Barat, terjadi diskriminasi pendidikan di Indonesia. Sekolah dibedakan menjadi dua golongan, yakni sekolah untuk bangsa Eropa dan sekolah untuk penduduk pribumi.

Kejayaan kerajaan-kerajaan pada masa sebelum kedatangan bangsa Barat satu persatu mengalami kemerosotan bahkan keruntuhan.

Pada masa kerajaan, rakyat diperintah oleh raja yang merupakan bangsa Indonesia. Pada pemerintahan kolonial Barat, rakyat diperintah oleh bangsa asing.

Kekuasaan bangsa Indonesia  untuk mengatur bangsanya semakin hilang, digantikan dengan kekuasaan bangsa Barat.

Perubahan inilah yang paling penting untuk diperjuangkan. Tanpa kemerdekaan, bangsa Indonesia sulit mengatur dirinya sendiri.

Berbagai perubahan budaya pada masa penjajahan Belanda adalah dalam seni bangunan, tarian, cara berpakaian, bahasa, dan teknologi.

Seni bangunan dengan gaya Eropa dapat kalian temukan di berbagai kota di Indonesia. Coba kalian amati berbagai peninggalan pada masa kolonial Belanda yang terdapat di lingkungan tempat tinggalmu.



Adanya eksploitasi kekayaan alam menjadi ciri penting pada masa pendudukan Jepang.

Misi untuk memenangkan Perang Dunia II mendorong Jepang menjadikan Indonesia sebagai salah satu basisnya menghadapi tentara sekutu.

Jepang banyak membutuhkan dukungan dalam menghadapi PD II. Lahan perkebunan yang ada pada masa Hindia Belanda merupakan lahan yang menghasilkan untuk jangka waktu yang lama.

Jepang menggerakkan tanaman rakyat yang mendukung Jepang dalam PD II. Tanaman jarak dikembangkan sebagai bahan produksi minyak yang dibutuhkan sebagai mesin perang.

Kesengsaraan pada masa pendudukan Jepang menyebabkan besarnya angka kematian pada masa ini.

Migrasi terjadi terutama untuk mendukung perang Jepang menghadapi sekutu. Banyak rakyat Indonesia yang ikut dalam romusha ataupun membantu pasukan Jepang di beberapa negara Asia Tenggara.

Sebagian dari mereka tidak kembali atau tidak diketahui nasibnya.

Sistem ekonomi perang Jepang mambawa kemunduran dalam bidang perekonomian di Indonesia.

Putusnya hubungan dengan perdagangan dunia mempersempit kegiatan perekonomian di Indonesia. Perkebunan tanaman ekspor diganti menjadi lahan pertanian untuk kebutuhan sehari-hari.

Kegiatan pendidikan dan pengajaran menurun. Sebagai contoh, gedung sekolah dasar menurun dari 21.500 menjadi 13.000 buah; gedung sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah.

Kegiatan perguruan tinggi macet. Sementara itu, pengenalan budaya Jepang dilakukan di berbagai sekolah di Indonesia.

Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa pengantar di berbagai sekolah di Indonesia. Adapun bahasa Jepang menjadi bahasa utama di sekolah-sekolah.

Propaganda Jepang berhasil mempengaruhi masyarakat Indonesia. Dengan alasan untuk  membebaskan bangsa Indonesia dai perjajahan Belanda, Jepang mulai mendapat simpati rakyat.

Dengan kebijakan yang kaku dan keras, secara politik organisasi pergerakan yang pernah ada sulit mengembangkan aktivitasnya.

Bahkan, Jepang melarang dan membubarkan semua organisasi pergerakan politik yang pernah ada di masa kolonial Belanda.

Hanya MIAI yang kemudian diperbolehkan hidup karena organisasi ini dikenal sangat anti budaya Barat (Belanda).

Keompetai selalu memata-matai gerak-gerik organisasi pergerakan nasional. Akibatnya muncul gerakan-gerakan bawah tanah.

Jepang berusaha 'menjepangkan' Indonesia. Ajaran Shintoisme diajarkan pada masyarakat Indonesia.

Kebiasaan menghormat matahari dan menyanyikan lagu Kimigayo merupakan salah satu pengaruh pada masa pendudukan Jepang.

Pengaruh budaya ini menimbulkan perlawanan di berbagai daerah. 

iklan tengah