PAI IX BAB 4 Imah Kepada Qadha dan Qadar

Secara bahasa qada’ memiliki beberapa pengertian, yaitu: hukum, keputusan, ketetapan, kehendak. Sedangkan  secara bahasa artinya kepastian, ukuran, kekuasaan, perwujudan kehendak. 

Secara istilah, yang dimaksud qada’ adalah ketetapan Allah terhadap segala sesuatu sejak zaman azali. Zaman azali yaitu zaman ketika segala sesuatu belum tercipta. 

Qadar ialah perwujudan kehendak Allah Swt. terhadap semua makhluk-Nya dalam ukuran dan bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya. 

Simaklah hadis dibawah ini yang menjelaskan adanya ketentuan Allah:

“Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: Rasulullah saw. bersabda: Allah Swt. mengutus Malaikat ke dalam rahim. Malaikat berkata: “Wahai Tuhan! Ia masih berupa air mani.” Setelah beberapa waktu Malaikat berkata lagi: “Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal darah.” Begitu juga setelah berlalu empat puluh hari Malaikat berkata lagi: “Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal daging.” Apabila Allah Swt. membuat keputusan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka Malaikat berkata: “Wahai Tuhan! Orang ini akan diciptakan lelaki atau perempuan? Sengsara atau bahagia?  Bagaimana rezekinya?  Serta bagaimana pula ajalnya?”  Segala-galanya dicatat ketika masih di dalam kandungan ibunya. (H.R. Bukhari dan Muslim)


Hadis di atas menjelaskan bahwa jenis kelamin, sengsara atau bahagia, rezeki, ajal telah ditentukan Allah Swt. sejak manusia berada dalam kandungan ibunya. 

Ketika seorang manusia terlahir ke dunia ini dan mengalami peristiwa-peristiwa tertentu, berarti ia telah ditakdirkan Allah Swt. seperti peristiwa yang ia alami tersebut. 

Untuk memperjelas pengertian qada’ dan , perhatikan contoh berikut ini:

Seseorang bernama Elya saat ini belajar di Pondok Pesantren Modern Gontor. Sebelum Elya lahir ke dunia, bahkan sejak zaman azali Allah Swt. telah menetapkan bahwa seorang anak bernama Elya kelak akan belajar di Pondok Pesantren Modern Gontor. Ketetapan Allah Swt. sejak zaman azali itulah yang disebut qada, kemudian kenyataan yang terjadi saat ini disebut qadar


Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa antara qada' dan qadar terdapat hubungan erat dan merupakan satu kesatuan. Qada' merupakan  ketentuan, kehendak dan kemauan Allah Swt. 

Sedangkan qadar merupakan perwujudan dari kehendak Allah Swt. 

Qada' dan qadar biasa dikenal dengan istilah takdir. Beriman kepada qada’ dan  merupakan rukun iman yang keenam. 

Iman kepada qada’ dan  qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih dikenal dengan sebutan iman kepada takdir. 

Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini, seperti adanya sehat dan sakit, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah Swt.

Perhatikan firman Allah dalam Q.S ar-Ra’du/13 ayat 8 berikut: “Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya” (Q.S ar-Ra’du/13:8)

Ayat tersebut menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini telah ditentukan ukurannya oleh Allah Swt. 

Segala sesuatu yang akan terjadi telah diketahui dan direncanakan oleh Allah Swt. 

Tak satupun makhluk-Nya yang mengetahui ketentuan Allah ini. Baik itu dari golongan malaikat, jin maupun manusia, semuanya tak ada yang mengetahui.

Takdir baru dapat diketahui oleh manusia setelah terjadinya sebuah kenyataan atau peristiwa. Contohnya:


a) Seorang anak bernama Ena dilahirkan dari keluarga kaya. Orangtuanya adalah pengusaha minyak sawit yang sukses. Kekayaannya melimpah, semua orang mengenal keluarga tersebut. Hampir semua orang memperkirakan, kelak Ena juga akan kaya seperti kedua orangtuanya. 

Namun setelah terjadi gempa bumi yang menghancurkan perusahaan orangtuanya, keluarga Ena tak lagi disebut keluarga kaya. Ditambah lagi orangtuanya ditipu oleh mitra bisnis hingga menanggung hutang ratusan juta. Sisa aset perusahaan dijual seluruhnya untuk membayar hutang. 

Sekarang Ena dan keluarganya hidup sederhana.  Semua orang tidak menyangka kehidupan keluarga Ena berubah begitu cepat, yang semula kaya berubah menjadi miskin.  


b) Anik bercita-cita ingin menjadi pegawai bank. Setelah lulus SMA ia kuliah di jurusan ekonomi supaya mendapat gelar sarjana ekonomi. Semua ini ia lakukan untuk menunjang tercapainya cita-cita tersebut. Setelah lulus kuliah, ternyata ia lebih memilih menjadi pedagang alat-alat elektronik, bukan bekerja di bank. 


Contoh-contoh tersebut merupakan contoh kecil dari sekian banyak contoh perwujudan takdir Allah Swt. 

Dari contoh-contoh tersebut kita bisa mengetahui bahwa semua makhluk tidak bisa mengelak dari takdir Allah Swt.

Lalu muncul sebuah pertanyaan: ”Untuk apa kita berikhtiar jika segala sesuatu sudah ditakdirkan Allah Swt. ?” 

Ketahuilah bahwa meskipun takdir manusia telah ditentukan oleh Allah Swt. , namun tak satupun yang bisa mengetahuinya sebelum hal itu terjadi. 

Hal inilah yang menjadikan manusia tetap wajib berusaha untuk meraih yang terbaik. Allah Swt.  memberikan jalan kepada manusia untuk menjalani kehidupannya dengan cara ikhtiar sekuat tenaga serta mengiringinya dengan berdoa.


Perhatikan nasihat Rasulullah saw. berikut ini:

Sahabat yang bernama Ali bin Abi Talib menceritakan, "Kami pernah duduk-duduk di samping Nabi saw. sementara di tangannya ada kayu gaharu. Beliau melemparkannya ke tanah kemudian mengangkat kepalanya seraya bersabda, "Setiap kalian telah ditetapkan tempat duduknya di surga dan tempat duduknya di neraka."

Beliau ditanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita pasrah saja?" Beliau menjawab, "Jangan, tetaplah berbuat dan jangan menyerah. Setiap orang akan dipermudah sesuai dengan apa yang diciptakan untuknya."

Muallaq secara bahasa artinya sesuatu yang digantungkan. 

Takdir muallaq yaitu ketentuan Allah Swt. yang mengikut sertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. 

Manusia diberi peran untuk berusaha, hasil akhirnya akan ditentukan oleh Allah Swt. Perhatikan  berikut ini:

“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri …” (Q.S. arRa’du/13:11)


Berikut ini adalah contoh-contoh takdir mullak:

1. Kepandaian

Seseorang yang ingin pandai maka harus berusaha meraihnya. Usaha-usaha tersebut antara lain dengan cara rajin belajar dan disiplin membagi waktu.


2. Kesehatan

Seseorang yang ingin sehat maka harus berusaha dengan cara berolah raga teratur, menjaga kebersihan, menjaga gizi dan pola makan. Jika melakukan usaha-usaha tersebut maka tubuh akan sehat. 


3. Kemakmuran

Kemakmuran bisa diraih dengan giat bekerja, kreatif, pantang menyerah, rajin menabung, dan hemat. Agar seseorang menjadi pandai, sehat, dan hidup makmur maka harus berusaha meraihnya, bukannya pasrah menunggu nasib. Tidak mungkin seseorang menjadi pandai kalau malas belajar, tidak mungkin seseorang menjadi sehat kalau tidak pernah olah raga, dan tidak mungkin seseorang menjadi kaya kalau malas bekerja. Jadi meskipun Allah Swt. telah menentukan segalanya, manusia tetap harus berusaha mengubah nasibnya.

Seseorang yang beriman kepada qda’ dan qadar akan tercermin dalam kehidupan sehari-hari. 

Diantaranya ia pantang berpangku tangan, justru sebaliknya ia akan giat berusaha dan bekerja guna meraih cita-cita. 

Allah Swt. telah mengkaruniakan beragam potensi kepada manusia untuk digunakan sebagai bekal hidup. 

Setiap manusia dikaruniai akal untuk berfikir, dan organ-organ tubuh untuk bergerak. 

Allah Swt. juga menciptakan manusia sebagai makhluk paling mulia di antara makhluk-makhluk-Nya. Oleh karena itu, semua potensi ini harus digunakan untuk berusaha dan ikhtiar meraih cita-cita


Mubram secara bahasa artinya sesuatu yang tidak dapat dielakkan atau sudah pasti. 

Jadi, takdir mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah Swt. yang pasti berlaku dan manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya. 

Contoh takdir mubram di antaranya jenis kelamin manusia, ajal, panjang/pendek usia, api memiliki sifat panas, bumi berbentuk bulat, gaya gravitasi, kejadian kiamat dan sebagainya. 

Untuk memperjelas pemahaman takdir mubram perhatian contoh berikut ini!

Pada tahun 1969 lahirlah seorang anak laki-laki bernama Udin. Saat memasuki usia 12 tahun, Udin duduk di bangku kelas VI SD. Ia termasuk anak yang pintar, energik, dan tubuhnya sehat. Menurut pandangan dan perkiraan umum kelak ia akan meninggal kira-kira pada usia 65 tahun. Namun saat usianya baru 25 tahun, ia mengalami kecelakaan, hingga akhirnya meninggal dunia.


Kapan ajal menjemput, dan di mana tempatnya semua sudah ditentukan oleh Allah Swt. Jika sudah tiba saat ajal menjemput semua orang tidak bisa mengelak, tidak bisa lari, tidak bisa diundur atau dimajukan. Inilah salah satu contoh ketentuan Allah Swt. yang disebut takdir mubram. Perhatikan firman Allah Swt. dalam QS al-A’raf/7:34 berikut ini

“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun” (QS al-A’raf/7:34 )


Seseorang yang beriman kepada qada’ dan qadar akan memperoleh banyak manfaat. Di antaranya sebagai berikut.


1. Menenangkan jiwa

Seseorang yang beriman kepada qada’ dan qadar  akan mendapatkan ketenangan jiwa. Hal ini dikarenakan ia merasa senang dan menerima dengan ikhlas atas semua ketentuan Allah Swt. 

Tidak ada kekhawatiran dalam jiwa, karena ia meyakini bahwa Allah Swt. senantiasa menghendaki kebaikan pada diri hamba-Nya.


2. Senantiasa bersikap sabar dan syukur

Apabila mendapat nikmat maka ia akan bersyukur kepada Allah Swt. Ciri orang yang bersyukur yaitu di dalam hatinya merasa cukup atas pemberian Allah Swt. 

Kemudian rasa syukur tersebut diwujudkansecara lisan dan perbuatan. 

Syukur secara lisan yaitu dengan mengucapkan “alhamdulillah”, memperbanyak ibadah, sedekah, serta menggunakan nikmat-nikmat tersebut sesuai kehendak Allah Swt.

Orang yang beriman kepada qada’ dan qadar juga akan sabar, pasrah, dan tawakal apabila mengalami kesulitan, kesusahan, terkena musibah, ataupun cobaan. 

Bentuk musibah atau cobaan bisa berupa bencana alam, kebakaran, !sik yang lemah, penyakit, kekurangan bahan makanan, dan lain sebagainya. 

Semua musibah dan cobaan pada hakikatnya bertujuan untuk menguji keimanan seorang hamba Oleh karena itu sikap terbaik dalam menghadapi musibah dan cobaan adalah dengan bersabar. 


3. Menumbuhkan sifat optimis

Seseorang yang beriman kepada qada’ dan  qadar akan memiliki sifat optimis. 

Kegagalan meraih cita-cita tidak membuatnya berputus asa, justru sebaliknya semakin bersemangat berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya. 

Ia meyakini setiap kegagalan pasti ada pelajaran berharga. Ia akan segera introspeksi diri mencari kelemahan dan kekurangannya. 

Setelah mengetahui kelemahan dan kekurangan tersebut, maka ia akan belajar dan berlatih dengan tekun. Di hatinya ada keyakinan bahwa suatu saat cita-cita tersebut pasti tercapai. 

   

4. Menjauhkan diri dari sifat sombong

Seseorang yang beriman kepada qada’ qadar dan  apabila memperoleh keberhasilan ia menganggap semua itu adalah karunia Allah Swt. 

Ia tidak pernah mengatakan semua itu merupakan hasil usahanya sendiri. Ia tetap merasa rendah hati kepada siapa pun. 


Obat Ajaib

Dikisahkan, salah satu di antara menteri sang raja adalah seorang yang bijak. Namun pada suatu ketika, sang raja murka kepada menteri itu, karena suatu sebab yang tidak jelas. 

Raja itu kemudian menghukumnya dalam sebuah penjara yang sangat sempit dan gelap. Setiap hari, ia hanya diberi makan sepotong roti kering dengan garam serta air.

Selama beberapa bulan, orang bijak itu tidak mau berbicara sama sekali, sehingga raja memerintahkan para pengawalnya seraya berkata, “Panggillah kepada beberapa sahabatnya, dan suruhlah mereka menemuinya. Lalu dengarkanlah apa yang dibicarakan di antara mereka!”

Beberapa sahabat menteri itu pun didatangkan dan disuruh menemuinya. 

Mereka pun lalu bertanya tentang keadaanya, “Wahai guru, kami lihat engkau sedang diuji dengan penjara yang sangat sempit dan gelap, pakaianmu juga lusuh. Engkau betul-betul dalam keadaan yang menyedihkan. Namun, kami melihat, tubuhmu tetap sehat, wajahmu tak berubah sama sekali. Kenapa bisa demikian?”

“Saya selalu membuat ramuan obat dari 6 unsur. Setiap hari saya menggunakanannya, ramuan obat itulah yang membuat keadaan saya seperti yang kalian lihat sekarang ini,” jawab menteri bijaksana itu kepada sahabat-sahabatnya. 

Lantas mereka bertanya kepadanya karena penasaran, “Kami harap engkau berkenan memberitahukan obat itu kepada kami, sehingga bila ada di antara kami yang diuji seperti apa yang sedang engkau alami ini, kami bisa menggunakan ramuan itu.”

Kemudian sang bijak itu bertutur, 

Unsur pertama adalah iman dan percaya pada kekuasaan Allah Swt. 

Kedua saya paham bahwa apa pun yang telah ditentukan Allah Swt. pasti akan terjadi. 

Ketiga, sabar menghadapi ujian dan kesabaran merupakan unsur terpenting dalam menghadapi segala ujian. 

Keempat, rida pada semua ketentuan serta takdir, karena kalau saya tidak rida, lalu apa yang bisa saya lakukan atas takdir ilahi? 

Kelima, saya sudah menyiapkan diri dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi. 

Keenam, saya tetap punya keyakinan bahwa jalan keluar akan selalu ada.”


Penuturan sang bijak itu ternyata sampai juga ke telinga raja. Atas  kehendak Allah Swt., raja pun akhirnya memberikan ampunan serta mengeluarkannya dari penjara.

Sumber: 110 Hikmah Untuk Setiap Muslim


Muhammad Ahsan dan Sumiyati. 2017. Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas IX. Jakarta: Pusat Kurikulum Kemendikbud

iklan tengah