Seni Budaya VII BAB 4 Seni Teater

6 minute read
Teater berasal dari kata theatron (Yunani) yang artinya tempat pertunjukan, gedung atau panggung.

Dalam perkembangannya, teater memiliki beberapa pengertian:
1. Teater sebagai gedung atau tempat pertunjukan (dikenal di zaman Plato).
2. Teater sebagai publik atau auditorium (zaman Herodotus).
3. Teater sebagai pertunjukan atau karangan yang dipentaskan.

Teater sebagai karya seni diciptakan dengan cita, rasa dan karsa manusia, keberedaanya tidak dapat lepas dari kehidupan manusia.

Di Indonesia jenis-jenis teater dibedakan menjadi dua bentuk sajian yaitu teater tradisional dan nontradisional (modern).

Teater tradisional adalah bentuk teater yang bersumber, berakar, dan telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakan lingkungannya.

Ciri-ciri tersebut antara lain menggunakan bahasa daerah, memiliki unsure tarian dan nyanyian, diiringi oleh musik daerah, suasana santai.

Contoh teater tradisional antara lain Makyong dan Mendu (Riau), Randai dan Bakada (Sumatra Barat), Lenong, Topeng Betawi, dan Samra (DKI Jakarta), Ketoprak dan Wayang Orang (Jawa Tengah), dan Ludruk (Jawa Timur).

Secara Harfiah fragmen berarti bagian dari cerita yang memperlihatkan satu kesatuan.

Meskipun merupakan bagian dari sebuah cerita namun fragmen tetap memiliki pesanan tertentu yang hendak disampaikan serta mempunyai jalan cerita yang utuh dan selesai.

Sehingga fragmen dapat dijadikan sebuah pementasan tersendiri tanpa harus menunggu kelanjutan cerita berikutnya.

Untuk dapat berdiri sendiri maka naskah-naskah fragmen sengaja diciptakan tanpa harus mengambil atau mencupliknya dari bagian sebeuah cerita.

Fragmen memiliki perwatakan tokoh yang sederhana. Plot atau alurnya tidak bercabang serta durasi yang diperlukan tidaklah lama.

Akan tetapi, dalam kaitannya dengan latihan peran maka karakter pemain atau watak peran mendapatkan perhatian lebih.

Dengan demikian, fungsi fragmen dalam latihan peran lebih ditekankan pada studi (satu jenis) karakter.

Pemahaman pemeran terhadap karakter tokoh yang diperankan serta teknik-teknik dasar yang mendukung pemeranan karakter dapat dilatihkan.

Untuk itu maka naskah yang akan diekspresikan sebisa mungkin dipahami serta dihafalkan dengan baik terlebih dahulu.

Tubuh merupakan elemen dasar dalam bermain teater.

Tubuh merupakan bahasa symbol dan isyarat dalam bermain teater. Tubuh melalui gestur mencerminkan karakter atau watak tokoh yang sedang diperankan.

Teknik olah tubuh merupakan gerakan-gerakan sebagian atau keseluruhan tubuh manusia yang harus dikuasai seorang pemain teater.

Hal utama yang harus dilakukan pada latihan olah tubuh adalah melakukan latihan dalam kondisi bugar, segar dan menyenangkan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam latihan teknik olah tubuh sebagai berikut:
  • Mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukan emosi yang dialami pemaian.
  • Ekspresi meliputi teknik-teknik penguasaan tubuh, seperti relaksasi, kosentrasi, kepekaan, kreativitas dan keseimbangan dalam berpikir.
  • Gestur adalah sikap atau pose tubuh pemeran yang memiliki arti/makna. Seoranf pemain harus memahami bahasa tubuh, baik bahasa tubuh budaya sendiri maupun bahasa tubuh budaya lain.

Adapun latihan-latihan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
  • Latihan menggerakan tubuh yaitu gerakan bagian dada, perut, kaki, dan tangan. Latihan menagtur posisi tubuh, yaitu dengan cara badan miring, tegak, membungkuk, melentang, dan berbagai gerak tubuh.
  • Latihan menggerakan otot melalui gerakan-gerakan seperti latihan menggerakan otot leher, latihan otot kaki, otot lengan, otot sekitar mulut, dan otot perut.
  • Latihan relaksasi yang berhubungan dengan emosi dan mengendurkan otot, melepaskan semua ketegangan dan memperlambat semua ketegangan, dan memperlambat semua gerakan.

Selain latihan-latihan fisik diatas, latihan olah tubuh bisa juga dilakukan dengan cara menirukan gerakan yang tak bisa seperti:
  • Gerak dasar bertujuan yaitu gerakan yang meirukan gerak dan air muka (mimic) yang bertujuan tertentu seperti memanggil, berlari, melempar, melompat, dan menyetop bus.
  • Gerak dasar menirukan alam adalah gerakan yang dilandasi penafsiran terhadap gejala-gejala alam. Bentuk latihannya dapat berupa menirukan gerakkan pohon cemara yang ditiup angin, menirukan gerak binatang, atau menirukan gerakan angin ribut.
  • Gerakan berpindah tempat adalah gerakan yang dilakukan pemain teater dari satu tempat berpindah ke tempat lain. Misalnya dari depan berpindan ke belakang dan sebagainnya.
  • Gerakan berpaling dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, memalingkan kepala, tubuh, ataupun memutar seluruh badan.
  • Gerakan meiningkatkan posisi tubuh dapat dilakukan dengan cara menengadahkan kepala dari posisi menunduk, menagcungkan tangan dari posisi terkulai, dari sikap berbaring menjadi duduk dan sebagainya.

TULISANNN
Pada dasarnya, aktik adalah menampilkan keindahan dan keterampilan seorang pemain dalam mewujudkan berbagai pikiran, emosi, perasaan, dan sosok peran yang sedang dimainkan.

Seorang pemain harus memiliki kemampuan untuk menjadi seseorang yang bukan dirinya. Untuk mewujudkannya maka seorang pemain teater harus berlatih konsentrasi dan olah rasa.

Adapun latihan yang dapat dilakukan untuk olah rasa adalah sebagai berikut:

1. Meditasi
Meditasi artinya menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai pemusatan pikiran terhadap usaha untuk menenangkan dan memusatkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.

2. Konsentrasi
Konsentrasi secara umum berarti pemusatan. Dalam teater, konsentrasi diartikan sebagai pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar tidak terganggu dengan pikiran-pikiran sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.

3. Observasi
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari atau mengamati seorang tokoh. Hal yang diobservasi antara lain, tingkah laku, cara hidup, kebiasaan, pergaulan, cara bicara, dan sebagainya.

Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu dan menirukaannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita inginkan.

4. Ilusi
Ilusi adalah bayangan atas sesuatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan sebagainya.

5. Imajinasi
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Jika ilusi objekny adalah peristiwa, maka objek imajinasinya adalah benda atau sesuatu yang dibendakan.

Tujuannya agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang konkret. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji saat kita sedang memainkan sebuah pantomim.

6. Emosi
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dan sebagainya.

Dalam teater, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut.

Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, dan niat.

Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi misalnya setelah marah maka timbul niat untuk memukul.

7. Pikiran
Pikiran merupakan alat batin untuk berpikir dan mengingat. Pikiran dapat pula berarti angan-angan, gagasan, dan pertimbangan-pertimbangan.

Pikiran erat kaitannya dengan intelegensi. Bagi seorang aktor, pikiran merupakan alat batin untuk menyampaikan keinginan, gagasan, atau pendapat.

Pikiran juga merupakan kemampuan menangkap, menafsirkan, dan menganalisis.

Beberapa teknik olah pikiran antara lain, teknik olah pikiran dari jiwa, teknik olah pikiran dari mengingat karakter tokoh, dan teknik olah pikiran dari pancaindra.

Yang harus dipersiapkan dalam sebuah pertunjukkan adalah cerita. Cerita yang akan ditampilkan oleh para pemain ditulis ke dalam sebuah naskah.

Naskah teater lebih dikenal sebagai skenario. Skenario adalah ide cerita yang dituangkan penulis menjadi sebuah alur cerita dan susunan penokohan.

Naskah teater dapat menceritakan berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain masalah politik, korupsi, pencurian, kehidupan rumah tangga, atau berbagai peristiwa lainnya yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain/lakon, dan alur/plot cerita. Adapun unsur-unsur dalam menyusun naskah teater meliputi berikut:

1. Tema
Tema merupakan unsur yang sangat penting dalam penulisan naskah, baik puisi, prosa, maupun drama.

Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema dikembangkan melalui alur dramatik melalui dialog tokoh-tokohnya.

Tema drama misalnya kehidupan, persahabatan, kesedihan, dan kegembiraan. Kriteria tema yang baik adalah aktual, tidak menyinggung SARA dan memuat suatu pembelajaran.

2. Alur/Plot
Alur merupakan sebuah struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang disusun secara kronologis.

Alur juga berarti suatu rangkaian cerita sejak awal hingga akhir.

Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan yang terdapat dalam cerita harus berkaitan satu sama lain, misalnya seperti bagaimana suatu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lainnya, lalu bagaimana tokoh yang digambarkan dan berperan di dalam cerita yang semuanya terkait dengan suatu kesatuan waktu.

3. Pemain/Lakon
Dalam cerita drama, lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita. Oleh karena itu, seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik.

Di samping itu, dalam naskah teater akan ditentukan dimensi-dimensi sang lakon. Biasanya terdapat tiga dimensi yang ditentukan, yaitu dimensi psikologis, fisiologi, dan sosiologi.

4. Latar/Setting
Latar/setting adalah penggambaran mengenai waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita.

Tokoh-tokoh dalam cerita hidup pada tempat dan waktu (masa) tertentu.

Oleh karena itu, peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh-tokoh cerita terjadi pada waktu dan tempat tertentu pula.

Latar dapat bersifat faktual atau imajiner. Fungsi latar adalah memperkuat atau mempertegas keyakinan penonton terhadap jalannya suatu cerita.

Dengan demikian, apabila penontoh sudah menerima latar sebagai sesuatu yang benar, dia akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang ada dalam latar itu.

iklan tengah