Materi PAI IX Menuai Keberkahan dengan Rasa Hormat, Taat Kepada Orangtua dan Guru

Menghormati dan menyayangi kedua orangtua merupakan kewajiban seorang anak. Sikap menghormati dan menyayangi kedua orangtua dapat dimaksudkan sebagai bentuk balas budi kita kepada mereka. 

Namun balas budi kita tak akan bisa sepadan dengan pengorbanannya. 

Sangatlah wajar apabila kita diwajibkan Allah Swt. untuk menghormati kedua orangtua. Mengingat jasa-jasanya kepada kita sungguh tak ternilai. 

Kewajiban menghormati kedua orangtua banyak tertuang dalam al-Qur'an, diantaranya berikut ini: Artinya: 

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S. al-Isrā’/17:23) 

Ayat tersebut menegaskan bahwa Allah Swt. mewajibkan kita berbuat baik kepada ibu bapak. 

Tutur kata kita kepada keduanya haruslah lemah lembut. Mengucapkan kata “ah” kepada orangtua saja tidak dibolehkan oleh agama, apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. 

Ketika kita sedang dinasihati orangtua dengarkan baik-baik, jangan memotong pembicaraan. Kita berusaha menampilkan sikap terbaik supaya kedua orangtua merasa dimuliakan. 

Nasihat-nasihat tersebut kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. 

Menghormati kedua orangtua akan mendatangkan keberkahan hidup bagi seorang anak. Mengapa demikian? 

Karena dengan menghormati kedua orangtua mereka akan merasa senang dan bangga. 

Mereka akan berdoa kepada Allah Swt. agar anak-anaknya mendapat perlindunganNya. 

Doa orangtua sangat berarti bagi anak-anaknya. Inilah yang akan menjadikan hidup kita berkah. 

Anak yang menghormati kedua orangtuanya akan selalu meminta nasihat, petunjuk, dan doa. Inilah cerminan anak salih/salihah. 

Anak salih tidak menganggap orangtuanya bodoh dan ketinggalan zaman. Mereka juga tidak merasa malu dan menyesal dengan keadaan orangtua. 

Meskipun pendidikan seorang anak lebih tinggi dari kedua orangtua, ia tetap tidak meremahkan dan menganggap rendah orangtuanya. 

Mereka memposisikan orangtua di tempat yang mulia. Setiap hari meminta doa restu kedua orangtua agar cita-citanya tercapai. 

Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., antara bapak dan ibu manakah yang lebih berhak diperlakukan dengan baik? 

Cermatilah kisah berikut ini!

Ibnu Mas’ud, seorang sahabat Rasulullah saw. bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak aku pergauli dengan baik?” beliau menjawab: “Ibumu.” Kutanyakan lagi, “Lalu siapa lagi?” beliau menjawab: Ibumu.” Aku bertanya lagi, “Siapakah lagi?” beliau menjawab: “Ibumu.”Aku bertanya lagi, “Siapakah lagi?” beliau baru menjawab: “Kemudian barulah bapakmu, kemudian kerabat yang paling terdekat yang terdekat.” 

Sumber: Hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmizi 


Anak salih juga akan menghormati gurunya sebagaimana ia menghormati kedua orangtua. 

Guru telah berjasa besar mendidik kita menjadi pintar dan berakhlak mulia. 

Ia akan selalu mengikuti pelajaran dengan penuh semangat. Mengerjakan tugas sekolah dengan baik dan tepat waktu. 

Mendengarkan dan melaksanakan nasihat dan petunjuk dengan sungguh-sungguh. Pantang bagi anak salih untuk menyakiti hati gurunya. 

Justru ia akan selalu berusaha membuat gurunya senang dan bangga dengannya. Ia akan selalu minta nasihat dan doa dari setiap guru yang mengajar di kelas. 

Jika dalam satu hari ia mendapat doa dari empat guru, maka dalam satu minggu ia akan mendapat dua puluh delapan kali doa dari guruguru tersebut. 

Berarti dalam satu bulan ia mendapat seratus dua belas kali doa, dan seribu tiga ratus empat puluh empat kali doa dalam satu tahun. 

Subhanallah, doa-doa dari bapak dan ibu guru inilah yang turut andil dalam kesuksesan dan keberkahan hidup kita. 

Sungguh Allah Swt. mengabulkan semua doa hamba-Nya, apalagi doa itu dipanjatkan dengan ikhlas oleh bapak dan ibu guru secara berulang-ulang dan terus menerus. 

Tentu doa-doa ini sulit kita dapatkan jika kita sering membuat bapak ibu guru kecewa dan sakit hati karena perilaku buruk yang kita lakukan. 

Oleh karena itu hormatilah bapak dan ibu guru dengan sepenuh hati. 

Contoh lain akhlak anak salih, saat berjalan dan berpapasan dengan bapak atau ibu guru mereka akan menyapa sambil tersenyum dan mencium tangannya. 

Sikap mulia ini adalah salah satu bentuk sikap menghormati bapak dan ibu guru baik ketika di sekolah maupun di luar sekolah.


Perhatikan Q.S. Luqman/31:14 berikut ini. 

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. ) Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu. Hanya kepada Aku kembali-mu.” (Q.S. Luqmān/31:14) 

Seorang anak wajib mentaati kedua orangtua. Ketaatan seorang anak kepada kedua orangtua merupakan bentuk “birrul walidain”. 

Birrul walidain adalah berbakti kepada kedua orangtua. Berbakti kepada kedua orangtua termasuk salah satu amalan paling mulia dalam agama. 

Hal ini pernah dijelaskan oleh Rasulullah saw. 

Cermatilah isi dari sabda Rasulullah saw. berikut ini 

Ibnu Mas’ud pernah bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling mulia?” beliau menjawab: “Salat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apakah lagi wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Kemudian berbakti kepada kedua orangtua.” Aku bertanya lagi, “Apa lagi wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Kemudian berjihad di jalan Allah.” 

Sumber: Hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmzi 


Berbakti kepada orangtua akan mendatangkan banyak keberkahan dan keutamaan bagi seorang anak. Keberkahan ini dapat dirasakan baik ketika masih hidup di dunia maupun kelak di akhirat. 

Beberapa keberkahan dan keutamaan tersebut adalah sebagaimana berikut ini. 

a. Berbakti kepada orangtua merupakan salah satu kunci masuk surga. Allah Swt. akan membuka pintu surga bagi anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya. Bahkan akan mendapat kedudukan dan derajat yang tinggi di surga. Hal ini dikarenakan rida Allah Swt. tergantung dari rida orangtua, murka Allah Swt. juga tergantung murka orangtua. Anak yang durhaka kepada orangtuanya tidak akan masuk surga atau dengan kata lain, ia akan masuk neraka. 

b. Berbakti kepada kedua orangtua merupakan bagian dari atau berjuang di jalan Allah Swt. Jihad memiliki nilai pahala sangat besar di sisi Allah Swt. Seorang anak yang ikhlas berbakti kepada kedua orangtuanya akan mendapat pahala sangat besar dari Allah Swt. 

c. Berbakti dan menghormati orangtua dapat melebur dosa-dosa besar. Dosa-dosa yang pernah dilakukan seorang anak akan mendapat ampunan dari Allah Swt. disebabkan ia berbakti kepada kedua orangtuanya. Ampunan Allah Swt. merupakan karunia sangat berharga bagi seorang manusia, sebab, ampunan Allah Swt. akan menjadikan hidup kita tenang dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat kelak. 


Bentuk berbakti kepada kedua orangtua beragam, di antaranya dengan menaati perintah mereka. 

Sikap terbaik seorang anak ketika dimintai tolong orangtuanya adalah segera melaksanakan dengan senang hati dan tak mengharap imbalan. 

Berkaitan dengan hal ini, bacalah kisah inspiratif berikut ini ! 


Kisah Gadis Kecil dan Ayahnya 

Seorang gadis kecil sedang berjalan bersama ayahnya menyeberangi sebuah jembatan. Ayahnya merasa khawatir dengan keselamatan putrinya kalau jatuh ke sungai. 

Untuk itu, dia menyuruh putrinya agar memegang erat-erat tangannya “Anakku, peganglah erat-erat tangan ayahmu ini, agar kamu tidak terjatuh.” 

Putrinya menjawab dengan tegas, “Tidak, ayah. 

Ayahlah yang harus memegang tanganku erat-erat.” 

“Ayo, peganglah tangan ayah, agar kamu tidak terjatuh, putriku,” seru ayahnya lagi. 

Putrinya itu juga dengan cepat menjawab, “Tidak mau, kumohon Ayah peganglah tanganku.” 

Dengan heran ayahnya kemudian bertanya, “Apa bedanya, putriku?” 

Putrinya menjawab, “Ya, Ayah. Bila saya yang memegang tangan Ayah, bisa jadi saya tidak kuat memegangnya lalu terlepas. 

Namun, bila Ayah yang memegang tanganku, maka engkau tidak akan melepaskannya sama sekali.” Sumber: Hikmah untuk Setiap Muslim 


Di samping berbakti kepada orangtua, kita harus taat kepada guru. 

Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orangtua, wajib pula mematuhi perintah para guru selama tidak bertentangan dengan syariat agama Islam. 

Guru adalah orangtua kedua setelah orangtua kandung atau orangtua asuh. 

Guru telah berjasa besar dalam mendidik dan mengajari kita berbagai ilmu pengetahuan, serta menanamkan akhlak mulia. 

Ia tak kenal lelah berusaha maksimal guna mencerdaskan anak bangsa. 

Menghormati, menyayangi, serta memuliakan guru merupakan perilaku terpuji yang harus kita lakukan. Segala perintah dan nasihatnya kita laksanakan sepenuh hati. 

Setiap saat kita doakan mereka supaya mendapat perlindungan Allah Swt. 

Jika ini dilakukan oleh seluruh murid, maka sungguh ini akan membawa keberkahan bagi pendidikan di Indonesia. 

Guru telah berjasa melestarikan dan menyampaikan ajaran Islam sehingga kita memiliki akidah yang lurus, serta memahami antara yang haq dan batil. 

Rasulullah saw. memerintahkan umat Islam untuk menghormati dan menaati guru. 

Hal ini disebabkan guru adalah pewaris ilmu dan menjadi salah satu jalan menuju keberkahan ilmu. Ilmu yang berkah adalah ilmu yang dimanfaatkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Seorang murid dilarang meremehkan dan merendahkan gurunya. 

Rasulullah saw. telah mengingatkan kita semua agar tidak merendahkan seorang guru. 

Perhatikan hadis berikut ini: 

Dalam sebuah hadis riwayat al-Baihaqi, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang merendahkan gurunya, akan ditimpakan oleh Allah kepadanya tiga azab (penderitaan): 1. sempit rezekinya, 2. hilang manfaat ilmunya, 3. keluar dari dunia ini (wafat) tanpa iman.” 

Sumber: Hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi 


Sabda Rasulullah saw. tersebut menegaskan bahwa kalian dilarang untuk merendahkan, apalagi menghina, atau mencela guru, baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Sikap ini harus dipegang sungguhsungguh, sebab bisa jadi suatu saat kalian lebih pintar dari guru-guru kalian. 

Meskipun demikian, kalian harus tetap rendah hati dan menghormatinya, karena pada hakikatnya kepandaian kalian saat ini adalah berkat didikan guru-guru kalian dahulu. 

Merendahkan guru merupakan sikap tercela dan menjadi cerminan bahwa yang bersangkutan tidak memiliki rasa terima kasih kepada guru.


Muhammad Ahsan dan Sumiyati. 2017. Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas IX. Jakarta: Pusat Kurikulum Kemendikbud

iklan tengah