Materi PAI VIII Rendah Hati, Hemat dan Sederhana Membuat Hidup Lebih Mulia

Rendah hati disebut juga dengan tawadu. Pengerian tawadu adalah sikap diri yang tidak merasa lebih dari orang lain. 

Orang yang tawadu berkeyakinan bahwa semua kelebihan yang ada dalam dirinya semata-mata merupakan karunia dari Allah Swt. 

Dengan keyakinan yang demikian dia merasa bahwa tidak sepantasnya kalau kelebihan yang dimiliki itu dibangga-banggakan. 

Sebaliknya segala kelebihan yang dimiliki itu diterima sebagai sebuah nikmat yang harus disyukuri. 

Sikap rendah hai dapat terlihat pada saat mereka berjalan. 

Dari sini akan terlihat sifat dan sikap kesederhanaan, jauh dari keangkuhan, langkahnya mantap, dan tampil dengan jati diri yang dimilikinya. 

Orang yang rendah hati tidak suka meniru-niru gaya orang lain. Apalagi gaya orang itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. 

Orang yang rendah hati ingin tampil sesuai jati diri dan trah manusia. 

Orang yang rendah hati selalu ingin menjadi dirinya sendiri sesuai ajaran Allah Swt. Lawan kata dari rendah hati adalah tinggi hati, sombong, takabur, atau angkuh. 

Pernahkah kamu melihat orang yang berjalan dengan dengan penuh kesombongan dan besar kepala 

Sungguh orang semacam itu tidak sedap dipandang mata. Jika kita melakukan hal itu, orang lain juga tidak senang dengan penampilan kita itu. Allah Swt juga sangat melarang manusia berjalan dengan kesombongan. 

Firman Allah Swt dalam Q.S. alIsrā’/17 ayat 37 : “Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong...”. (Q.S. al-Isrā’/17 : 37) 

Allah Swt melarang keras manusia memiliki sifat sombong. Hanya Allah Swt sajalah yang berhak untuk sombong. 

Semua makhluk temasuk manusia tidak boleh sombong atau angkuh. 

Tahukah kalian bahwa Allah sangat murka kepada setan karena keangkuhannya waktu itu 

Allah Swt perintahkan setan untuk meghormai dan menghargai Adam a.s. namun, mereka dengan sombongnya menolak dan menyatakan bahwa mereka lebih baik dan lebih mulia derajatnya dibanding Adam as. 

Setan merasa bahwa dirinya yang diciptakan dari api itu jauh lebih mulia, sedangkan Adam a.s hanya diciptakan dari tanah. 

Nabi Muhammad saw. berpesan agar kita senantiasa menghiasi diri kita dengan sifat tawadu rendah hati dan menjauhkan dari sifat sombong. 

Sebagai pelajar, pesan Nabi Muhammad saw. ini dapat kalian terapkan mulai dari hal yang sederhana. Misalnya, keika sedang mendapatkan pelajaran di kelas 

Demikian pula kepada kedua orang tua, seorang anak harus bersikap tawadu kepada mereka.

Dengarkanlah nasihatnasihatnya. Kalian tidak boleh bersikap sombong sedikit pun kepada mereka, misalnya merasa lebih pandai dari orang tua atau menganggap mereka ketinggalan zaman. 

Orang yang rendah hai itu derajatnya akan dinaikkan oleh Allah Swt. 

Sebaliknya, orang yang inggi hati malah derajatnya akan diturunkan oleh Allah Swt. 


Perhatikan nasihat Rasulullah kepada para sahabat berikut ini 

Pada suatu saat salah seorang sahabat bertanya mengenai rendah hati. Rasulullah menjawab dengan kalimat yang mulia, “Siapa yang tawadu bersikap rendah hati kepada Allah Swt satu derajat, niscaya Allah akan mengangkatnya satu derajat, dan siapa yang bersikap sombong kepada Allah Swt satu derajat, maka Allah Swt akan merendahkan satu derajat hingga derajat yang paling hina.” Para sahabat mendengarkan nasihat Rasulullah ini dengan penuh perhatian, mereka kemudian berusaha untuk mengamalkannya. 

Sumber : Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah


Kaum Jahiliyyah adalah bangsa Arab sebelum mendapatkan pencerahan cahaya Islam. 

Mereka suka sekali berfoya-foya. Mereka beranggapan bahwa derajat, kemasyhuran, dan kehormatan dapat dilihat dari kemampuannya dalam berfoya-foya dan menghambur-hamburkan hartanya untuk berpesta pora.  

Allah Swt menegaskan bahwa berfoya-foya serta menghambur-hamburkan harta itu adalah pemborosan yang merupakan bagian dari perbuatan setan. 

Dengan demikian, sudah jelas bahwa tindakan semacam ini sangat dilarang oleh Allah Swt. 

Sebaliknya, Allah mengajarkan kita agar bisa hidup hemat, sederhana, dan peduli kepada orang lain dengan cara suka berderma. 

Dengan tindakan mulia seperi ini, harta yang kita miliki akan menjadi lebih bermakna bagi diri kita sendiri dan bermanfaat bagi orang lain di sekitar kita. 

Sungguh indah ajaran Islam. 

Oleh karena itu, mari kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Kita dapat menerapkan pola hidup hemat mulai dari hal-hal yang sederhana dan mudah, seperi hemat dalam menggunakan air dan listrik. 

Tampaknya kedua hal ini sangat sepele, tetapi dampaknya sangat luar biasa. Boros listrik dapat mengakibatkan krisis energi, sedangkan boros air dapat mengakibatkan krisis air. 

Sungguh kehidupan kita menjadi sangat terganggu jika di negeri kita ini mengalami krisis energi dan air. 

Kita dapat menghemat penggunaan listrik dengan cara menggunakan seperlunya, dan memaikannya pada saat idak diperlukan. 

Kita dapat melakukan penghematan air dengan cara menggunakan air secukupnya dan hemat pada saat kita sedang wudhu , mandi, cuci tangan, mencuci pakaian, dan sebagainya. 

Bukankah wudhu itu merupakan ibadah? Mengapa harus berhemat air? Ternyata pelajaran menghemat air ini sudah diajarkan oleh Rasulullah saw. 

Perhatikan kisah berikut ini

Waktu itu ada seorang sahabat yang bernama Sa'd sedang berwudu. Wudunya lama dan menghabiskan banyak air. 

Rasulullah melihat hal ini, lalu beliau bertanya, "Mengapa kamu berlebih-lebihan, Sa'd?"

S'ad menjawab, "Maaf ya Rasul, apakah kalau wudu juga dilarang berlebih-lebihan?"

Rasul menjelaskan, "Ya, tidak boleh berlebih-lebihan, meskipun engkau berwudu di sungai yang mengalir sekalipun.” 

Sumber : Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah 


Teladan Rasulullah dalam berhemat dan mencintai lingkungan ini sungguh luar biasa. 

Bila kita dapat meneladaninya, insya Allah lingkungan ini akan menjadi lestari dan terjaga. 

Dengan demikian manusia yang menghuni bumi ini juga akan merasa lebih nyaman karena sikapnya yang ramah terhadap lingkungan. 

 Contoh lain untuk melaih hidup hemat adalah dengan rajin menabung mulai sekarang. 

Dengan menabung kita akan mempunyai tata kelola yang baik dalam mengatur kondisi keuangan. Di samping itu, menabung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa mendatang. 

Dampak posiif lainnya adalah berhemat sebagai anisipasi keika kita membutuhkan biaya yang mendadak atau lumayan besar. 

Jika terjadi hal yang demikian, kita idak perlu berhutang dan idak dilanda rasa gelisah. Bukankah perilaku hemat dan hidup sederhana akan membantu dan meringankan kita di masa depan?

Nah, jika sudah tahu akan peningnya hidup hemat dan sederhana, langkah terbaik kita adalah segera menerapkan perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 

Di samping memberi contoh sifat hemat, Rasulullah Saw juga memberikan teladan agar kita menjalani hidup dengan kesederhanaan. 

Rasulullah bukan seorang yang miskin, namun beliau menjalani kehidupan dengan penuh kesederhanaan. 

Pernyataan ini sesuai dengan Hadis berikut 

“Dari Abu Umamah ia berkata, “Pada suatu hari di sisinya, sahabat Rasulullah saw. memperbincangkan tentang dunia, maka Rasulullah bersabda: “Tidakkah kalian mendengar? Tidakkah kalian mendengar? Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman. Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman.” Maksudnya adalah berpakaian apa adanya dan pantas.” (H.R. Abu Dawud)


Fatimah Az-zahra Putri Rsulullah yang Sederhana 

Faimah az-zahra adalah putri ke-4 dari Rasulullah saw. Faimah merupakan buah pernikahan beliau dengan Khadijah bini Khuwailid.

Fatimah dilahirkan pada saat Rasulullah Saw berusia 35 tahun. Dengan demikian Faimah berusia sekitar 15 tahun keika terjadi perisiwa hijrah ke Madinah. 

Fatimah menikah dengan Sayyidina Ali r.a., seorang pemuda yang sangat sederhana. 

Pernikahannya juga dilakukan dengan penuh kesederhanaan. 

Meskipun Faimah mengetahui bahwa ayahandanya adalah orang yang sangat terpandang dan pemimpimpin kaum muslimin, dia ikhlas dinikahkan dengan acara prosesi pernikahan yang teramat sederhana. 

Setelah menikah kehidupannya pun berjalan dalam suasana yang amat sederhana. 

Pernah suatu hari, Rasulullah Saw datang berkunjung ke rumahnya. Fatimah tampak sangat letih mengurus keperluan rumah tangga. 

Ia lalu meceritakan keadaan hidupnya itu kepada Rasulullah saw. Betapa dirinya sangat letih bekerja, mengangkat air, memasak serta merawat anak-anak. 

Dia berharap agar Rasulullah dapat menyampaikan kepada suaminya, Sayidina Ali. Faimah meminta kalau mungkin boleh disediakan untuknya seorang pembantu rumah tangga. 

Rasulullah Saw merasa terharu terhadap permintaan anaknya itu. Namun, Rasulullah Saw memberi nasihat agar Faimah ikhlas menjalani kehidupannya seperi ini. 

Meskipun hidup dalam kesederhanaan, Faimah az-Zahra sangat rajin bersedekah. 

Tidak sanggup hatinya untuk kenyang sendiri apabila ada orang lain yang kelaparan. Dia tidak rela hidup senang di kala orang lain menderita. 

Bahkan, dia tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa memberikan sesuatu meskipun dirinya sendiri sering kelaparan. 

Sungguh Sayidina Ali r.a dikaruniai istri yang sangat salihah. Jiwa Faimah sangat sesuai dengan kepribadian Sayidina Ali r.a. 

Sang suami juga seorang yang pemurah hatinya dan sederhana hidupnya. Sayyidina Ali r.a merupakan orang kepercayaan Rasulullah saw. 

Sayyidina Ali r.a sangat sering ditugasi oleh Rasulullah Saw pergi jauh untuk kepeningan dakwah Islam. 

Dengan demikian, Fatimah sering ditinggal oleh suaminya yang pergi berbulan-bulan lamanya. Namun dia tetap ikhlas dengan keberadaan suaminya tersebut. 

Fatimah mempuyai prinsip, bahwa pada saat berjauhan dengan suami adalah satu kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt untuk beribadah dan mendoakan suami yang ia sayangi. 

Subhanallah... Sumber : nsiklopedi Biogra Nabi Muhammad saw. dan Tokoh-tokoh Besar Islam


Muhammad Ahsan dan Sumiyati. 2017. Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas VIII. Jakarta: Pusat Kurikulum Kemendikbud.

iklan tengah