Apa Yang Dimaksud Hakikat Berharap Kepada Allah?

Secara etimologis, raja’ berarti mengharap sesuatu atau tidak putus asa, hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q.S. al-‘Ankabut/29: 5 berikut ini. ٥ - ُ م ْ ِي ل َ ع ْ ُ ال ع ْ ِمي َ السَّ و ُ ه َ ٍت ۗو ٰ ا َ ِ ل ّٰ الل َ ل َ ج َ َّ ا ِن ا َ ِ ف ّٰ َ الل َ اۤء ِق ْ ا ل و ُ ج رْ َ ي َ ان َ ْ ك ن َ م Artinya: “Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti datang. 

Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.S. al-‘Ankabut/29: 5 Menurut istilah, raja’ berarti berharap untuk memperoleh rahmat dan karunia Allah Swt. Sifat raja’ ini harus disertai optimis, perasaan gembira, sikap percaya dan yakin akan kebaikan Allah Swt. Lebih dari itu sifat raja’ harus dibarengi dengan amal-amal saleh untuk meraih kebahagiaan di akhirat. 

 Seseorang yang berharap kepada Allah Swt. tanpa diikuti dengan amal, maka ia hanya berangan-angan belaka. Kebalikan dari sifat raja’ adalah putus asa dari rahmat Allah Swt. Seseorang yang putus asa atas rahmat Allah Swt. dikategorikan sebagai orang sesat, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Hijr/15: 55-56 berikut ini ِ

ة َ م ْ ح َّ ر ْ ِ من ط ُ َ ن ْ ق َّ ي ْ ن َ م َ و َ َ ال - ٥٥ ق َ ن ْ ِ ِطي ن ٰ ق ْ َ ال ِ ن ّ م ْ ن ُ ك َ ا ت َ ل َ ف ِ ّ ق َ ح ْ ال ِ ب َ ك ٰ ن ْ ر َّ ش َ ْ ا ب و ُ َ ال ق ٥٦ - َ ن ْ و ُّ ا الضَّ اۤل َّ ِ ل ٖهٓ ا ِ ّ ب َ ر 

Artinya: “(Mereka) menjawab, “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah engkau termasuk orang yang berputus asa.” (55) Dia (Ibrahim) berkata, “Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat.” (56). (Q.S. al-Hijr/15: 55-56) 

Salah satu penyebab munculnya sifat putus asa dari rahmat Allah Swt. adalah tidak memahami bahwa rahmat Allah Swt. sangat luas bagi hambaNya. Perhatikan hadis berikut ini!

 ْي ِ َب ف َ ت َ َ ك ق ْ ل َ خ ْ ُ ال ٰ َ الل ق َ ل َ َّ ا خ م َ ِ صلى الله عليه وسلم ل ّٰ الل ُ ل ْ و سُ َ ر َ َ ال : ق َ َ ال ُ ق ه ْ ن َ ُ ع ّٰ ِضَي الل َ ر َ ة رَ ْ ي رَ ُ ِ ي ه ب َ ْ ا ن َ ع يْ . )متفق عليه(ر ِ ب ضَ َ ُب غ ِ ل ْ غ َ ِ يْ ت ت َ م ْ ح َ ر َّ ِ ن ِش:ا رْ َ ع ْ َ ال ق ْ و َ ُ ف ه َ د ْ ِ عن َ و ُ ه َ اب, ف ٍ َ ِكت 

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Ketika Allah menciptakan makhluk, Ia menulis pada suatu kitab, yang mana kitab itu berada disisi-Nya di atas ‘Arsy, yaitu tulisan yang berbunyi: “Sesungguhnya rahmat-Ku itu mengalahkan murka-Ku”. (HR. Bukhari dan Muslim). 

Ketika seseorang memiliki sifat raja’ maka ia akan bersemangat untuk menggapai rahmat Allah Swt. karena Dia memiliki sifat Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Penyayang. Meskipun bergelimangan dosa, rasa optimis mendapat ampunan Allah Swt. tetap ada dalam hatinya. Namun perlu diingat bahwa sifat raja’ ini harus bersanding dengan sifat khauf.

Menurut Abu ‘Ali alRawdzabari, antara khauf dan raja’ ibarat dua sayap burung. Jika kedua sayap tersebut sama, maka burung tersebut akan mampu terbang secara sempurna. Namun jika kurang, maka terbangnya juga kurang sempurna. 

Dan jika salah satu sayap itu hilang, maka burung itu tak akan bisa terbang. Apabila kedua sayapnya hilang, maka tak butuh waktu lama burung itu akan mati. Sifat khauf dapat mencegah seseorang berbuat dosa, sedangkan raja’ dapat mendorong untuk taat kepada Allah Swt. 

Imam al-Ghazali pernah ditanya, manakah yang lebih utama di antara sifat khauf dan raja’? Beliau balik bertanya, manakah yang lebih nikmat, air ataukah roti? 

Bagi orang yang kehausan, air lebih tepat. Namun bagi yang sedang lapar, roti lebih lebih tepat. Jika rasa dahaga dan lapar hadir bersamaan dengan kadar yang sama, maka air dan roti perlu dikonsumsi bersama-sama. Apabila hati seseorang ada penyakit merasa aman dari azab Allah Swt., maka obatnya adalah khauf. 

Sedangkan apabila hati seseorang ada penyakit merasa putus asa, maka obatnya adalah raja’. Jika sifat khauf dan raja’ ini melekat pada diri seseorang maka ia tak akan mudah menghakimi orang lain, sebab semua keputusan ada di tangan Allah Swt. 

Misalnya, ketika melihat orang yang ahli maksiat, tidak boleh divonis pasti masuk neraka, bisa jadi dalam hatinya ada harapan Allah Swt. akan mengampuninya, hingga Allah Swt. memasukkannya ke surga. Sebaliknya, seseorang rajin ibadah bisa jadi masuk neraka, karena ada sifat sombong dalam hatinya.

iklan tengah