Apa Yang Dimaksud Hakikat Tawakal Kepada Allah?

Rasulullah Saw. menganjurkan umatnya untuk selalu menerapkan sikap tawakal dalam kehidupan sehari-hari. Sikap ini pula yang diajarkan kepada para sahabat Nabi Saw. 

Para sahabat Nabi terbiasa bersikap tawakal dalam menghadapi permasalahan hidup. Ini menjadi bukti keberhasilan Nabi dalam memberikan contoh perilaku hidup yang dihiasi dengan tawakal. Rasulullah Saw. selalu pasrah kepada Allah, tidak ada rasa khawatir dan gelisah dalam menghadapi berbagai macam permasalahan. Allah Swt. berfirman dalam Q.S. ar-Ra’d/13: 30

 ْ م ُ ه َ و َ ك ْ ي َ ِ ل َآ ا ن ْ ي َ ح ْ و َ ٓ ا ِذي ْ َّ ُ ال م ِ ه ْ ي َ ل َ ع ۟ ا َ و ُ ل ْ ت َ ِت ّ ٌ ل م َ م ُ َ آ ا ِ ه ل ْ ب َ ْ ق ِ من ت ْ َ ل َ خ ْ د َ ٍة ق َّ م ُ ْيٓ ا ِ َ ف ك ٰ ن ْ ل سَ ْ ر َ َ ا ِلك ٰ ذ َ ك اب ٣٠ ِ َ ت َ ِه م ْ ي َ ِ ل ا َ و تُ ْ ل َّ ك َ و َ ِه ت ْ ي َ ل َ َۚ ع و ُ ا ه َّ ِ ل َ ا ه ٰ ِ ل َ آ ا ْي ل ِ ّ ب َ ر َ و ُ ه ْ ل ُ ۗ ق ِ ن ٰ م ْ ح ِالرَّ ب َ ن ْ و رُ ُ ف ْ ك َ ي 

Artinya: “Demikianlah, Kami telah mengutus engkau (Muhammad) kepada suatu umat yang sungguh sebelumnya telah berlalu beberapa umat, agar engkau bacakan kepada mereka (Al-Qur’an) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka ingkar kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. 

Katakanlah, “Dia Tuhanku, tidak ada tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku bertobat.” (Q.S. ar-Ra’d/13: 30) 

Secara bahasa, tawakal berarti memasrahkan, menanggungkan sesuatu, mewakilkan atau menyerahkan. Secara istilah, tawakal artinya menyerahkan segala permasalahan kepada Allah Swt. setelah melakukan usaha sekuat tenaga. 

Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang mewakilkan atau menyerahkan hasil usahanya kepada Allah Swt. Sifat Ini merupakan bentuk kepasrahan kepada-Nya sebagai dzat yang Maha kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada rasa sedih dan kecewa atas keputusan yang diberikan-Nya. Sebagian orang keliru dalam memahami sikap tawakal. 

Mereka pasrah secara total kepada Allah Swt., tanpa ada ikhtiar terlebih dahulu. Mereka berpikir tak perlu bekerja, jika dikehendaki oleh Allah Swt. menjadi kaya maka pasti akan kaya. Mereka tak mau belajar, jika Allah Swt. menghendaki menjadi pintar maka pasti pintar, demikian seterusnya. Inilah sikap keliru yang harus ditinggalkan. 

Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda: Artinya: “Dari Umar r.a. berkata: “Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: ‘Seandainya kamu sekalian benar-benar tawakal kepada Allah niscaya Allah akan memberi rejeki kepadamu sebagaimana Ia memberi rejeki kepada burung, di mana burung itu keluar pada waktu pagi dengan perut kosong (lapar)dan pada waktu sore ia kembali dengan perut kenyang.” (HR. Turmudzi). 

Tawakal bukan berarti menyerahkan nasib kepada Allah Swt. secara mutlak. Akan tetapi harus didahului dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh. Dikisahkan, ada sahabat Nabi Saw. datang menemui beliau tanpa terlebih dahulu mengikat untanya. 

Saat ditanya, sahabat tersebut menjawab: ’Aku tawakal kepada Allah Swt.”.Kemudian Nabi Saw. meluruskan kesalahan dalam memahami makna tawakal tersebut dengan bersabda”: ’Ikatlah terlebih dahulu untamu, kemudian setelah itu bertawakallah kepada Allah Swt.” 

Seseorang yang menerapkan sikap tawakal akan tumbuh keyakinan bahwa tidak ada satu pun amal kebaikan yang sia-sia. 

Urusan diterima atau ditolaknya amal merupakan hak penuh Allah Swt., tugas seorang hamba hanya beramal sebaik-baiknya. Meskipun harapan atas amal kebaikan tersebut belum tercapai secara sempurna, ia tetap memiliki semangat.

iklan tengah