Bagaimana perjalanan hijrah Rasulullah?

Menjelang larut malam, Nabi Muhammad saw menuju ke rumah Abu Bakar dan mengajaknya hijrah. Kedua orang itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang dan terus bertolak ke arah selatan menuju Gua Sur.

Jalan yang ditempuh oleh mereka adalah jalan yang tidak mungkin dilewati manusia. Hal ini dilakukan supaya para pemuda Quraisy yang mengejar tidak menyangka mereka melalui jalan itu.

Dalam perjalanannya, mereka berdua sempat bersembunyi di Gua Sur selama tiga hari tiga malam. Tidak ada seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian itu selain Abdullah bin Abu Bakar. kedua orang puterinya, Aisyah dan Asma, dan pembantu mereka 'Amir bin Fuhaira'.

Tugas Abdullah adalah mencari informasi tentang rencana kafir Quraisy terhadap Nabi beserta ayahnya.

Pada hari ketiga, mereka berdua sudah mengetahui bahwa situasi sudah tenang. Mereka berangkat dan melanjutkan perjalanan dengan perbekalan yang diberikan oleh putrinya.

Supaya aman dalam perjalanan, Nabi Muhammad dan Abu Bakar mengambil jalan yang tidak pernah dilalui manusia.

Abdullah bin Uraiqit dari Banu Du'il diminta sebagai penunjuk jalan.

Keduanya membawa Nabi Muhammad  dan Abu Bakar dengan hati-hati sekali ke arah selatan kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah.

Nabi Muhammad dan Abu Bakar beserta penunjuk jalannya itu sepanjang malam dan siang berada di atas kendaraan.

Tidak lagi mereka pedulikan kesulitan dan rasa lelah. Mereka hanya percaya bahwa Allah Swt akan menolong mereka.

Orang Quraisy mengadakan sayembara, siapa saja yang dapat membawa Nabi Muhammad saw, hidup atau mati, hadiah besar dan jabatan tinggi menantinya.

Hal ini menarik hati masyarakat pada waktu itu, termasuk Suaqa bin Malik yang sudah mengetahui perjalanan Nabi Muhammad dan Abu Bakar.

Tidak lama kemudian, Suraqa bin Malik mendatangi tempat yang dimaksud dan dia menemukan Nabi Muhammad beserta kedua temannya yang sedang beristirahat di sebuah batu besar sambil menyantap bekal yang diberikan oleh Asma, putri Abu Bakar.

Setiap kali Suraqa bin Malik mendekati rombongan Nabi Muhammad, kudanya selalu tersungkur. Hal itu berulang sampai empat kali.

Suraqa yang percaya kepada dewa berpikir bahwa itu adalah pertanda buruk sehingga ia mengurungkan niatnya dan kembali ke Mekah.

Selama tujuh hari terus menerus mereka berjalan. Mereka hanya beristirahat di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir.

Hanya karena adanya ketenangan hati kepada Allah Swt membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih aman. Mereka selalu yakin bahwa Allah akan selalu bersama mereka.

Di tengah perjalanan menuju Madinah, Rasulullah singgah di Quba, sebuah desa yang terletak dua mil di selatan Madinah.

Disana beliau membangun sebuah masjid. Masjid ini menjadi masjid pertama dalam sejarah Islam. Beliau singgah disana selama empat hari untuk selanjutnya meneruskan perjalanan ke Madinah.

Pada hari Jumat pagi, beliau berangkat dari Quba dan tiba di perkampungan Bani Salim bin Auf tepat pada waktu salat Jumat. Salat-lah beliau di sana.

Inilah salat Jumat pertama dalam Islam. Khotbahnya pun merupakan khotbah yang pertama.

Nabi Muhammad dan Abu Bakar tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kedatangan beliau telah dinanti-nanti masyarakat Madinah.

Pada hari kedatangan Nabi Muhammad dan Abu Bakar, masyarakat Madinah sudah menunggu di jalan yang akan dilalui Nabi Muhammad lengkap dengan regu genderang.

Mereka mengelu-elukan Nabi Muhammad dan genderang pun gemuruh diselingi nyanyian yang sengaja di gubah untuk keperluan penyambutan itu.

"Bulan purnama telah muncul ditengah-tengah kita, dari celah-celah bebukitan. Wajiblah kita bersyukur atas ajakannya kepada Allah Swt. Wahai orang yang dibangkitkan untuk kami, kau datang membawa sesuatu yang wajib ditaati."

Itulah syair penyambutan Nabi Muhammad di Madinah.

iklan tengah