Jelaskan hubungan antara takdir, ikhtiar, doa, dan tawakal!

Beriman kepada takdir selalu terkait dengan 4 (empat) hal yang selalu berhubungan dan tidak terpisahkan. Keempat hal itu adalah iman kepada takdir itu sendiri, ikhtiar, do’a, dan tawakal.

a.  Takdir
Mengapa manusia tidak mampu terbang laksana burung, tumbuh-tumbuhan berkembang subur, lalu layu, dan kering.

Rumput-rumput subur bila selalu disiram dan sebaliknya bila dibiarkan tanpa pemeliharaan akan mati. Semua contoh tersebut, adalah ketentuan Allah Swt. dan itulah yang disebut Takdir.

Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah Swt. kepadanya Di samping itu, manusia berada di bawah  hukum-hukum tersebut (Qauliyah dan Kauniyah).

Hanya berbeda dengan makhluk selain manusia, misalnya matahari, bulan dan planet lainnya, seluruhnya ditetapkan  takdirnya tanpa bisa ditawar-tawar. (Q.S.Fussilat/41:11)

Manusia makhluk yang paling sempurna, oleh karena itu ia diberi kemampuan memilih bahkan pilihannya cukup banyak.

Manusia dapat memilih ketentuan (takdir) Allah Swt. yang ditetapkan keberhasilan atau kemalangan, kebahagiaan atau kesengsaraan, menjadi orang yang baik atau tidak. (Q.S. al-Kahfi/18:29).

Namun harus diingat setiap pilihan yang diambil manusia. Pada saat yang sama manusia diminta pertanggungjawaban terhadap pilihannya, karena dilakukan atas kesadaran sendiri.

Firman Allah Swt.:
“Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang mensucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya” (Q.S. asy-Syams/91:8-10)

"Apakah  manusia mengira dibiarkan tanpa pertanggungjawaban?” (Q.S. AlQiyamah/75:36).
Beberapa tamsil peristiwa ini akan dapat memudahkan dalam memahami persoalan takdir.

Dikisahkan ketika Umar bin Khattab akan berkunjung ke negeri Syam (Syiria dan Palestina sekarang) beliau mendengar berita bahwa di sana sedang terjadi wabah penyakit, sehingga beliau membatalkan rencananya tersebut.

Kemudian seseorang tampil bertanya: “(Apakah Anda lari/menghindar dari takdir Allah?)” Umar serta merta menjawab: “(Saya lari/menghindari dari takdir Allah kepada takdir-Nya yang lain)”
Sejak zaman Rasulullah saw. telah terjadi kekeliruan dalam menyikapi takdir, salah satunya beliau bersabda:“Pada akhir zaman ada suatu golongan yang berbuat kemaksiatan, dengan (sangat enaknya) mereka berkata: “Allah Swt. telah menakdirkan saya mencuri.”

Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan kesalahan dalam memahami takdir, padahal dengan tegas Allah Swt. melarangnya.

Akhlak yang diajarkan Islam adalah setiap keburukan yang menimpa merupakan kesalahan kita
sebagai manusia, sementara segala kebaikan dan keberhasilan merupakan anugerah Allah Swt.

b. Ikhtiar
Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati  dalam menggapai cita-cita dan tujuan.

Allah Swt. menentukan takdir, kita sebagai manusia berkewajiban melakukan ikhtiar. Jika Allah Swt. telah menentukan, kenapa ada ikhtiar?

Perhatikan Firman Allah Swt. dalam Q.S.al-Anbiyaa’/21:90 yang artinya:”Sungguh mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera  dalam(mengerjakan) perbuatan-perbuatan baik” Kemudian dalam Q.S.alMukminuun/23:60, Allah Swt. Berfirman: ”Mereka itu bersegera untuk mendapatkan
kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”

Dari beberapa ayat di atas, Allah Swt. mendorong manusia untuk berusaha, berlomba, dan berkompetisi menjadi orang yang tercepat.

Siapa pun yang berusaha dengan sungguh-sungguh, berarti dia sedang menuju keberhasilan. Pepatah Arab mengatakan “Man jadda wajada”, Artinya:“Siapa pun orangnya yang bersungguh-sungguh akan memperoleh keberhasilan”.

Rasulullah saw. bersabda: ”Bersegeralah melakukan aktivitas kebajikan sebelum dihadapkan pada tujuh penghalang.

Akankah kalian menunggu kekafiran yang menyisihkan, kekayaan yang melupakan, penyakit yang menggerogoti, penuaan yang melemahkan, kematian yang pasti, ataukah Dajjal, kejahatan terburuk yang pasti datang, atau bahkan kiamat yang sangat amat dahsyat?”(HR. at-Tirmid©i).

Jika sudah diikhtiarkan namun kegagalan yang diperoleh, maka dalam hubungan inilah letak “rahasia Ilahi.” Meskipun begitu, Allah Swt. tidak menyia-nyiakan semua amal yang sudah dilakukan, walaupun gagal.

Firman Allah Swt.: “ Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling  sempurna”. (Q.S. an-Najm/53:39-41).

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah kenapa Allah Swt. mewajibkan manusia berikhtiar. Walaupun sudah ditentukan Qada' dan qadarnya, di pundak manusia lah kunci keberhasilan dan keberuntungan hidupnya.

Di samping itu, begitu banyak anugerah yang telah Allah Swt. berikan kepada manusia berupa: naluri, panca indera, akal, kalbu, dan aturan agama, sehingga lengkaplah sudah bekal yang dimiliki manusia menuju kebahagiaan hidup yang diinginkan.

c. Doa
Doa adalah ikhtiar batin yang besar pengaruhnya bagi manusia yang meyakininya. Hal ini karena doa merupakan bagian dari motivasi intrinsik.

Bagi yang meyakini, doa akan memberikan energi dalam menjalani ikhtiarnya, karena Allah Swt. telah berjanji untuk mengabulkan permohonan orang yang bersungguh-sungguh memohon. Firman Allah Swt.: “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila ia berdoa kepada-Ku, ..” (Q.S.  al-Baqarah/2:186)

d. Tawakal
Setelah meyakini dan mengimani takdir, kemudian dibarengi dengan ikhtiar dan do’a, maka tibalah manusia mengambil sikap tawakal.

Tawakal adalah “menyerahkan segala urusan dan hasil ikhtiarnya hanya kepada Allah Swt.”.

Dasar pengertian tawakal  diambil dari peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah saw.: Pada suatu hari datang seorang sahabat ke kediaman Rasulullah dengan mengendarai unta.

Sesampainya di depan rumah beliau, (ada peristiwa ganjil menurut pandangan Rasulullah), sehingga beliau berkata: “Kenapa unta kalian tidak ditambatkan?”

Ia menjawab: “Tidak ya Rasulullah, karena saya telah bertawakal.”

Kemudian Rasulullah berkata: “Tambatkan dulu unta kalian, baru bertawakal!”

Peristiwa ini menyimpulkan pemahaman bahwa sikap tawakal baru boleh dilakukan setelah usaha yang sungguh-sungguh sudah dijalankan.

Hal ini juga memberikan pemahaman bahwa tawakal itu terkait erat dengan ikhtiar, atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada tawakal tanpa ikhtiar.

Firman Allah Swt.:”Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”(Q.S.Ali-Imran/3:159).

iklan tengah