Materi PAI XII BAB 3 Menghidupkan Nurani Dengan Berpikir Kritis

Berpikir kritis didefinisikan beragam oleh para pakar.

Menurut Mertes, berpikir kritis adalah "sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap kolektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan.

Berangkat dari definisi di atas, sikap dan tindakan yang mencerminkan berpikir kritis terhadap ayat-ayat Allah Swt (informasi ilahi) adalah berusaha memahaminya dari berbagai sumber, menganalisis, dan merenungi kandungannya, kemudian menindaklanjuti dengan sikap dan tindakan positif.

Salah satu mukjizat al-Qur'an  adalah banyaknya ayat yang memuat informasi terkait dengan penciptaan alam dan menantang para pembacanya untuk merenungkan informasi ilahi tersebut.

Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah Swt dalam Q.S. Ali Imran/3:190-191) berikut:
Artinya:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka"

Penerapan Tajwidnya:

Kosa kata baru:

At-Tabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abar r.a., bahwa orang-orang quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya, "Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawah Musa kepadamu?" Dijawab, "Tingkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya."

Kemudian mereka mendatangi kaum Nasrani dan menanyakan, "Bagaimana halnya dengan Isa?" Dijawab, "Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta serta menghidupkan orang yang sudah mati."

Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw dan berkata, "Mintalah dari Tuhanmu agar bukit safa itu jadi emas untuk kami."

Maka Nabi berdoa, dan turunlah ayat ini (Q.S. Ali Imran/3:190-191), mengajak mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buat-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya.

Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah minta izin untuk beribadah pada suatu malam, kemudian bangunlah dan berwudu lalu salat.

Saat salat beliau menangis kaena merenungkan ayat yang dibacanya. Setelah salat beliau duduk memuji Allah dan kembali menangis lagi hingga air matanya membasahi tanah.

Setelah Bilal datang untuk azan subuh dan melihat Nabi menangis ia bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa Anda menangis, padahal Allah Swt telah mengampuni dosa-dosa Anda baik yang terdahulu maupun yang akan datang?"

Nabi menjawab, "Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah Swt?" dan bagaimana aku tidak menangis, pada malam ini Allah Swt telah menurunkan ayat kepadaku.

Kemudian beliau berkata, "alangkah ruginya dan celakanya orang-orang yang membaca ayat ini tetapi tidak merenungi kandungannya."

Memikirkan terciptanya siang dan malam seta siliih bergantinnya secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia.

Semua itu menjadi tanda kebesaran Allah Swt bagi orang-orang yang berakal sehat.

Selanjutnya mereka akan berkesimpulan bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah inspirasi bagi orang berakal.

Pada ayat 191 Allah Swt menjelaskan ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda besaran Allah Swt di alam ini.

Ia selalu ingat Allah Swt dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring.

Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaan-Nya.

Penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam benar-benar merupakan masalah yang sangat rumit dan kompleks, yang terus menerus menjadi lahan penelitian manusia sejak awal lahirnya peradaban.

Banyak ayat yang menantng manusia untuk meneliti alam raya ini, di antaranya adalah Q.S. al-A'raf/7:54, yang menyebutkan bahwa penciptaan langit itu dalam enam maa.

Terkait dengan penciptaan langit dalam enam masa ini, banyak para ilmuwan yang terinspirasi untuk membuktikan dalam penelitian-penelitian mereka.

Salah satunya adalah Dr. Ahmad Marconi, dalam bukunya "Bagaimana Alam Semesta Diciptakan, Pendekatan al-Qur'an dan sains Modern (tahun 2013), sebagai berikut: kata 'ayyam' adalah bentuk jamak dari kata 'yaum'.

Kata yaum dalam arti sehari-hari dipakai untuk menunjukkan terangnya siang, ditafsirkan sebagai "masa".

Sedangkan 'ayyam' bisa diartikan "beberapa hari", bahkan dapat berarti "waktu yang lama".

Abdullah Yusuf Ali, dalam The Holy Qur'an, Translation and Commentary, 1994, menyetarakan kata ayyam dengan "age" atau "eon" (Inggris).

Sementara Abu Suud menafsirkan kata ayyam dengan "peristiwa" atau "naubat". Kemudian diterjemahkan juga menjadi "tahap" atau periode atau masa. Sehingga kata sittati ayyam dalam ayat di atas berarti "enam masa."

Secara ringkas, penjelasan "enam masa" dari Dr. Marconi adalah sebagai berikut:

Masa pertama, sejak peristiwa Dentuman Besar (Big Bang) sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce).

Masa kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos).

Masa ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagat Raya ini.

Masa keempat, elektron-elektron mulai terbentuk.

Masa kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi, dan jagat raya terus mengembang.

Masa keenam, jagat raya terus mengembang hingga terbentuknya planet-planet.

Demikian juga dengan silih bergantinya siang dan malam, merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena ini melibatkan rotasi bumi, sambil mengelilingi matahari dengan sumbu bumi miring.

Dalam fenomena fisika, bumi berkitar (precession) mengelilingi matahari. Gerakan miring tersebut memberi dampak musim yang berbeda.

Selain itu, rotasi bumi distabilkan oleh bulan yang mengelilingi bumi. Subhanallah, semua saling terkait.

Kompleksnya fenomena penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya siang dan siang, tidak akan dapat dipahami dan diungkap rahasianya kecuali para ilmuwan yang tekun, tawadu dan cerdas.

Mereka itulah para "ulul albab" yang dimaksud dalam ayat di atas.

Jadi, berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut adalah memikirkan dan melakukan tadabbur semua ciptaan Allah Swt sehingga kita sadar betapa Allah Swt adalah Tuhan Pencipta Yang Maha Agung, Maha Pengasih lagi Penyayang dan mengantarkan kita menjadi hamba-hamba yang bersyukur.

Hamba yang bersyukur selalu beribadah (ritual dan sosial) dengan ikhlas

Definisi tentang berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji.
Ia memberikan definisi bahwa berpikir kritis adalah "berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan"

Salah satu contoh kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan "membuat ramalan", yaitu membuat prediksi tentang suatu masalah, seperti memperkirakan apa yang akan terjadi besok berdasarkan analisis terhadap kondisi yang ada hari ini.

Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu di akhirat.

Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yang pikirannya jauh ke masa depan di akhirat.

Maksudnya, jika kita sudah tahu bahwa kebaikan dan keburukan akan menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita, harus ada pertimbangan akal sehat.

Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi yang rendah di akhirat.

"Berpikir sebelum bertindak", itulah motto yang harus menjadi acuan orang "cerdas". Pelajari baik-baik sabda Rasulullah saw berikut:
Artinya:
Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw, Beliau bersabda: "Orang yang cerdas ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan harapan kosong." (HR. At-Tirmizi)

Dalam hadis ini Rasulullah menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupan abadi yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini.

Tentu saja hal itu sangat dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat.

Orang yang tidak meyakini adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal apapun.

Jika indikasi "cerdas" dalam pandangan Rasulullah adala jauhnya orientasi dan visi ke depan (akhirat), maka pandangan-pandangan yang hanya terbatas pada dunia, menjadi pertanda tindakan "bodoh" atau "jahil" (Arab, kebodohan = jahiliyah).

Bangsa Arab pra Islam dikatakan jahiliyah bukan karena tidak bisa baca tulis, tetapi karena kelakuan menyiratkan kebodohan, yaitu  menyembah berhala dan melakukan kejahatan-kejahatan.

Orang "bodoh" tidak pernah takut melakukan korupsi, menipu, dan kezaliman lainnya, asalkan dapat selamat dari jerat hukum di pengadilan dunia.

Jadi, kemaksiatan adalah tindakan "bodoh" karena hanya memperhitungkan pengadilan dunia yang mudah direkayasa, sedangkan pengadilan Allah di akhirat yang tidak ada tawar-menawar malah "diabaikan".

Orang-orang tersebut dalam hadis di atas dikatakan sebagai orang "lemah", karena tidak mampu melawan hawa nafsunya sendiri.

Dengan demikian, orang-orang yang suka bertindak bodoh adalah orang-orang lemah.

Orang yang cerdas juga tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja tanpa diduga. Oleh karena itu, ia akan selalu bersegera melakukan kebaikan (amal saleh) tanpa menunda.

Rasulullah saw bersabda:
Artinya:
"Dan dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: "Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara yaitu: Apa  yang kalian tunggu selain kemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang merusak tubuh, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang cepat, atau Dajjal, maka ia adalah seburuk-buruk makhluk yang dinantikan, atau kiamat, padahal hari kiamat itu adalah saat yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya?" (HR. at-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis hasan)

Dalam hadis di atas Rasulullah saw mengingatkan kita supaya bersegera dan tidak menunda-nunda untuk beramal salih.

Rasulullah menyebut tujuh macam peristiwa yang buruk untuk menyadarkan kita semua,

Pertama, kemiskinan yang membuat kita menjadi lalai kepada Allah karena sibuk mencari penghidupan (harta).

Kedua, kekayaan yang membuat kita menjadi sombong karena menganggap semua kekayaan itu karena kehebatan kita.

Ketiga, sakit yang dapat membuat ketampanan dan kecantikan kita pudar, atau bahkan cacat.

Keempat, masa tua yang membuat kita menjadi lemah atau tak berdaya

Kelima, kematian yang cepat karena usia/umur yang dimilikinya tidak memberi manfaat.

Keenam, datangnya Dajjal yang dikatakan sebagai makhluk terburuk karena menjadi fitnah bagi manusia.

Ketujuh, hari kiamat, bencana terdahsyat bagi orang yang mengalaminya.

Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah dalam dua hadis di atas adalah mengumpulkan bekal amal saleh sebanyak-banyanya untuk kehidupan pasca kematian (akhirat), karena "dunia tempat menanam dan akhirat memetik hasil (panen).

Oleh karena itu, jika kita ingin memetik hasil di akhirat, jangan lupa bercocok tanam di dunia ini dengan benih-benih yang unggul, yaitu amal salih.

Adapun manfaat berpikir kritis diantaranya adalah:
  1. Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt
  2. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia
  3. Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt dalam mengembangkan IPTEKS
  4. Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian)
  5. Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam
  6. Semakin bersyukur kepada Allah Swt atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta
  7. Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan
  8. Semakin termotivasi menjadi orang yang visioner
  9. Semakin bersemangat dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan di akhirat, dengan meningkatkan amal salih dan menekan/meninggalkan kemaksiatan.

TULISANNN

iklan tengah