5 Tokoh Teori Sosiologi Konflik Klasik antara lain

Ibnu Khaldun

Menurut Ibnu Khaldun, dinamika konflik dalam sejarah manusia ditentukan oleh keberadaan kelompok sosial yang berbasis pada identitas, golongan, etnis, maupun tribal (kesukuan) 

Adanya kelompok sosial ini ikut berkontribusi terhadap munculnya konflik. Menurut Ibnu Khaldun, watak psikologis manusia merupakan faktor yang penting untuk diperhitungkan.

Hal ini karena manusia pada dasarnya mempunyai sifat agresif dalam dirinya. Munculnya sifat tersebut karena dipengaruhi adanya nafsu sehingga mampu mendorong timbulnya konflik atau kekerasan. 

Adanya nafsu dalam diri manusia menciptakan berbagai gerakan untuk memenangi atau menguasai. 

Sementara itu, sebuah kelompok dapat mendominasi kelompok lain jika kelompok tersebut mampu menjaga solidaritas kelompoknya.

Akan tetapi, jika solidaritas kelompok tersebut lemah maka dapat dipastikan kelompok tersebut tidak dapat mempertahankan dominasi kekuasaanya.


Karl Marx

Menurut Karl Marx, sebuah konflik muncul karena adanya pertentangan atau konflik kepentingan yang tidak bisa dihindari antara kelas borjuis dengan kelas proletar. 

Kelas borjuis adalah kelompok yang memegang kekuasaan mengatur masyarakat yang terdiri atas orang-orang kaya yang menguasai alat-alat produksi.

Sementara itu, kelas proletar adalah kelompok yang diatur, yaitu para pekerja yang tereksploitasi sebagai buruh bayaran yang bekerja pada pabrik-pabrik milik borjuis.

Marx melihat bahwa kelas proletar dimiskinkan oleh sistem kapitalis sejak mereka tidak memperoleh bagi keuntungan yang adil.

Pada dasarnya yang memproduksi barang-barang produksi yang akan dijual adalah tangan-tangan kelas proletar.

Namun mereka tidak mendapatkan hak-hak mereka atas barang yang mereka ciptakan tersebut sehingga mereka menjadi tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan yang layak.

Marx yakin bahwa kondisi tersebut menggambarkan adanya konflik. Ia juga percaya bahwa kondisi demikian dapat diubah apabila ada kesadaran kelas proletar terhadap kejahatan kelas borjuis dalam sistem kapitalis.

Kesadaran ini akan memunculkan adanya perjuangan kelas oleh proletar untuk bisa melawan kelas borjuis dan sistem kapitalisme yang merugikan mereka.

Dengan begitu, akan terciptalah masyarakat tanpa kelas.


Max Weber

Menurut Max Weber, konflik merupakan manifestasi tindakan manusia untuk meraih posisi-posisi dalam setiap stratifikasi sosial, seperti ekonomi, status dan politik.

Konflik muncul dalam setiap stratifikasi sosial. Hal ini karena stratifikasi merupakan posisi yang pantas untuk diperjuangkan oleh manusia.

Dengan stratifikasi manusia akan mendapat posisi dan kedudukan yang lebih tinggi. 

Pada dasarnya, kekuasaan menyebabkan konflik antarindividu atau kelompok. Pada banyak kasus terjadi kombinasi kepentingan dari setiap unsur stratifikasi.

Misalnya, keinginan seseorang ingin meraih posisi ekonomi yang lebih tinggi, pada saat bersamaan ia juga menginginkan posisi politik juga.

Contoh tadi menunjukkan bahwa konflik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh unsur stratifikasi yang lain, yaitu status dan politik.

 

Emile Durkheim

Emile Durkheim memberikan pemikirannya yang disebut fakta sosial. Seseorang hidup tidak lepas dari kelompoknya.

Fakta sosial yang berada di luar memaksa terhadap tindakan individu. Individu bergerak atas dasar nilai sosial dalam masyarakat dan terpaksa. Jika seseorang mengelami persengketaan dengan norma di masyarakatnya, mulcullah konflik.


George Simmel

George Simmel menganggap bahwa fenomena konflik dipandang sebagai proses sosiasi, yaitu proses yang menggabungkan bagian-bagian menjadi keseluruhan sistem atau menghubungkan antarindividu menjadi masyarakat.

Sosiasi bisa menciptakan asosiasi (persatuan) dan diasosiasi. Disasosiasi merupakan interaksi yang mengarah pada perpecahan.

Adanya diasosiasi inilah yang menyebabkan munculnya konflik dalam masyarakat.


iklan tengah