Jelaskan Unsur-Unsur Dalam Debat

Unsur-unsur dalam debat ada empat, yaitu sebagai berikut:

1. Mosi/Topik

Mosi atau topik merupakan pernyataan positif yang akan menentukan arah dan isi dari suatu debat. Dalam debat, tim yang ditentukan sebagai sisi Pemerintah/Positif harus berargumentasi dalam rangka mendukung mosi, sementara tim sisi Oposisi/Negatif harus menyampaikan argumen dalam rangka tidak mendukung atau menolak mosi tersebut. Berikut adalah beberapa contoh mosi yang telah digunakan dalam turnamen debat nasional dan internasional:

  • Bahwa judi dalam bentuk apapun seharusnya dinyatakan ilegal.
  • Bahwa politisi seharusnya hanya diperbolehkan untuk menempati posisinya dalam periode yang dibatasi.
  • Bahwa profesionalisme telah merusak Olimpiade Olahraga Internasional
  • Sidang mendukung diterapkannya hukuman mati
  • Bahwa pemerintah seharusnya tidak pernah membatasi kebebasan berbicara
  • Sidang ini mendukung intervensi di Suria

Sebagaimana dapat dilihat di atas, mosi‐mosi dalam suatu debat dapat berasal dari berbagai tema seperti isu politik, ekonomi, dan sosial.


2. Definisi

Debat dapat berlangsung dengan teratur apabila setiap tim memiliki pemahaman yang sama mengenai arti dari mosi. Oleh karena itu, dibutuhkan definisi yang jelas agar setiap orang dapat memahami ruang lingkup perdebatan. 

Akan terjadi masalah apabila dua tim yang sedang berdebat mengajukan definisi yang berbeda, sehingga fokus dari debat teralih menjadi tentang definisi yang benar, dan bukan mengenai argumentasi‐argumentasi tentang isu sebagaimana semestinya diperdebatkan. Kedua tim harus menghindari debat tentang definisi mana yang benar.

Definisi merupakan pembatasan terhadap suatu mosi agar isu yang diperdebatkan dapat lebih terfokus. Definisi dapat mengklarifikasi mosi. Definisi mencegah ketidakteraturan dalam debat yang dapat menjadikan pertukaran ide dan argumentasi menjadi suatu hal yang membingungkan, karena ada ketidakjelasan terhadap isu yang didebatkan. 

Suatu definisi seharusnya memiliki hubungan yang logis dengan mosi/topik, dan bukan suatu hal yang dibuat‐buat untuk keuntungan salah satu pihak. Hak untuk menentukan definisi diberikan kepada tim sisi Pemerintah/Positif. Tim sisi pemerintah harus memberikan definisi yang beralasan mengenai mosi. Hal ini berarti:

a) Pada saat menerima mosi, kedua tim harus memikirkanisu apa yang akan diperdebatkan oleh kedua tim?

b) Apabila mosinya sudah menyuratkan isu yang jelas untuk didebatkan, tim sisi Pemerintah/Positif harus mendefinisikan debat sesuai dengan kata‐kata yang tertulis di mosi. Pada saat demikian, definisi lain tidak akan diterima secara logis.

c) Apabila mosinya tidak menyuratkan isu yang jelas, jangkauan definisi dibatasi pada definisi yang memungkinkan terlaksananya debat yang cukup adil bagi kedua sisi. Sebaliknya, mendefinisikan mosi yang membuat sisi oposisi tidak dapat berargumentasi apapun bukan merupakan suatu debat yang adil.

d) Pada saat mendefinisikan, arti kata‐kata yang digunakan harus tersurat dan dapat diperdebatkan. Dengan kata lain, kata‐kata dalam definisi mempunyai arti yang logis dan memberikan ruang debat yang adil. Pembicara pertama sisi pemerintah sebaiknya memastikan bahwa definisi yang diajukan dapat diterima secara rasional.

e) Saat menciptakan definisi yang adil, terkadang dibutuhkan suatu batasan, model ataupun persyaratan. Tim sisi Pemerintah harus memastikan bahwa batasan, model dan persyaratan tersebut merupakan suatu hal yang logis dan dapat teraplikasi.

Berikut adalah contoh definisi:

Mosi: Bahwa kuota bukan merupakan jawaban untuk kaum perempuan. 

Definisi: kuota memberikan jumlah kursi minimum sebanyak 30% untuk perempuan dalam DPR ‐ bukan merupakan jawaban: bukan merupakan solusi yang tepat untuk mencapai kesetaraan jender di masyarakat. Dengan demikian, keseluruhan definisi adalah: “Memberikan kuota jumlah kursi minimum sebanyak 30% untuk perempuan dalam DPR bukan merupakan solusi yang tepat untuk pencapaian kesetaraan jender di masyarakat”.


3. Argumentasi

Setelah definisi disetujui, baik tim sisi Pemerintah/Afirmatif maupun tim sisi Opoisisi/Negatif harus menyampaikan argumentasi‐argumentasi masing‐masing mengenai alasan mereka mendukung atau tidak mendukung topik tersebut.

Argumentasi yang disampaikan akan menjelaskan mengapa suatu sudut pandang tertentu seharusnya diterima. Argumen yang baik bersifat logis dan relevan terhadap poin yang ingin dibuktikan. Argumen yang baik terdiri atas:

a) Pernyataan: pernyataan yang ingin dibuktikan

b) Alasan: alasan dan penalaran yang menyatakan bahwa pernyataan tersebut adalah suatu hal yang logis

c) Bukti: contoh‐contoh atau data yang mendukung pernyataan dan alasan di atas

d) Kesimpulan: penjelasan mengenai relevansi antara argumen dan mosi yang tengah diperdebatkan

Sebaiknya setiap tim memiliki dua sampai empat argumen untuk mendukung posisi mereka. Argumen‐argumen tersebut sebaiknya dibagi antara pembicara pertama dan kedua. Dengan demikian, beberapa argumen dijelaskan oleh pembicara pertama, dan sisanya dijelaskan oleh pembicara kedua. Sedangkan, pembicara ketiga memperkuat penjelasan dari pembicara pertama dan kedua dengan menyampaikan kesimpulan argumen tim serta menambahkan alasan dan data yang relevan.

Berikut adalah beberapa contoh argumen:

Mosi : Bahwa kuota bukan merupakan jawaban untuk kaum perempuan.

Definisi: “Memberikan kuota jumlah kursi minimum sebanyak 30% untuk perempuan dalam DPR bukan merupakan solusi yang tepat untuk pencapaian kesetaraan jender di masyarakat”.

Argumen berupa:

a) Pernyataan: karena memberikan bantuan seperti ini hanya akan memperkuat persepsi dalam masyarakat bahwa perempuan tidak mampu berjuang sendiri.

b) Alasan: Kini terdapat persepsi yang kuat dalam masyarakat bahwa perempuan merupakan pihak yang lebih lemah dibandingkan laki‐laki. Banyak yang menyatakan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang lebih rendah dibandingkan laki‐laki. Pemberian kuota khusus untuk perempuan di parlemen hanya akan memperkuat persepsi bahwa perempuan hanya dapat sampai diparlemen apabila mereka diberikan bantuan terlebih dahulu, bukan karena mereka memiliki kemampuan yang sama dengan laki‐laki dan dapat memenangkan persaingan untuk menjadi wakil rakyat. Dengan demikian, mosi ini menguatkan persepsi yang salah, yaitu bahwa perempuan tidak mampu sampai pada tingkat yang setara dengan laki‐laki kecuali diberikan bantuan khusus.

c) Bukti: Di Uganda, opini publik yang tidak mendukung pemberdayaan perempuan meningkat pesat setelah diimplementasikannya kuota parlemen seperti dalam mosi ini.

d) Kesimpulan: Kuota untuk perempuan dalam parlemen hanya akan memperkuat persepsi negatif yang mendegradasi perempuan, menjauhkan kita dari kemajuan sosialisasi tentang kesetaraan jender. Apabila tim memiliki lebih dari satu argumen, harus dipastikan bahwa setiap argumen yang disampaikan bersifat konsisten dan tidak saling kontradiksi.


4. Sanggahan

Sanggahan merupakan respons terhadap argumen tim lawan yang terelaborasi secara jelas. Sanggahan disampaikan dalam debat guna membuktikan bahwa argumen tim lawan tidak sepenting yang mereka kemukakan. Sama halnya dengan argumen, sanggahan yang baik harus memuat alasan, bukti, dan kesimpulan.

Dalam merespons argumen tim lawan, sanggahan dapat menunjukkan bahwa argumen tersebut:

a) Tidak relevan terhadap poin yang ingin dibuktikan

Contohnya:

Argumen: “Prostitusi seharusnya dilarang karena prostitusi menciptakan lebih banyak situs porno di internet”.

Sanggahan: “Jumlah situs porno di internet tidak memiliki hubungan sama sekali dengan dilegalkannya prostitusi. Kenyataannya adalah situs porno dapat diakses di banyak negara, terlepas dari negara tersebut melegalisasikan prostitusi atau tidak.

b) Tidak logis

Contohnya:

Argumen: “Siswa seharusnya diperbolehkan untuk merokok di sekolah karena hal tersebut akan menciptakan perlawanan yang lebih kuat dari perokok pasif sehingga akhirnya akan terdapat penurunan jumlah perokok di sekolah.

Sanggahan: “Argumen ini tidak logis, karena memperbolehkan siswa untuk merokok hanya akan menciptakan kondisi permisif yang akan mendorong lebih banyak siswa untuk merokok. Kenyataannya adalah sebagian besar siswa merokok justru karena tekanan dari teman sebaya. Apabila sekolah juga mendukung tekanan lingkungan pertemanan ini, maka fakta bahwa merokok adalah hal yang buruk akan bersifat kabur dan semakin banyak siswa akan berpikiran bahwa merokok itu baik, dan mereka juga ikut merokok.”


c) Salah secara moral

Contohnya:

Argumen: “Pemerintah seharusnya mendukung hukuman mati karena hal tersebut akan menurunkan jumlah populasi di negara kita”.

Sanggahan: “Membunuh orang hanya demi menurunkan angka populasi merupakan suatu tindakan yang tidak bermoral. Individu memiliki hak untuk hidup dan pemerintah seharusnya tidak mengambil hak itu hanya karena mereka sedang kesusahan dalam mengatur jumlah populasi dalam negeri.”


d) Benar, tetapi tidak penting atau memiliki dampak yang tidak dapat diterima

Contohnya:

Argumen: “Pemerintah seharusnya melarang MTV karena terdapat beberapa program yang tidak berhubungan dengan musik.:

Sanggahan: “Memang benar bahwa beberapa program MTV tidak berhubungan dengan musik, namun pemerintah seharusnya tidak melarang MTV hanya karena mempunyai program di luar musik. Pemerintah akan mengalami kerugian jika mengharuskan stasiun TV menyiarkan program yang sama dengan nama stasiunnya.


e) Didasarkan pada fakta yang salah, ataupun interpretasi yang salah terhadap fakta.

Contohnya:

Argumen: “Tingkat pembunuhan semakin meningkat di AS. Hal ini dikarenakan beberapa negara telah menghapuskan hukuman mati.”

Sanggahan yang mungkin disampaikan:

1. “Tingkat pembunuhan tidak meningkat di AS. Bukti menunjukkan bahwa........”.

2. “Apabila angka pembunuhan semakin meningkat, hal ini disebabkan oleh lebih banyaknya pembunuhan yang dilaporkan dibandingkan sebelumnya. Dengan demikian, secara kenyataan angka pembunuhan sebenarnya tidak meningkat”

3. Bukti menunjukkan bahwa hukuman mati (pembunuhan yang dilakukan oleh Negara) dapat mengindikasikan dukungan terhadap kejahatan yang berat dan justru mengakibatkan peningkatan kejahatan yang berat dibandingkan menurunkannya. Mengingat bahwa waktu dalam debat terbatas, pembicara tidak diharuskan menyanggah setiap poin yang diajukan oleh tim lawan. Sebaiknya pembicara dapat melakukan prioritasi sanggahan yang paling penting.

iklan tengah