Apa Saja Kegiatan dan Usaha Bank Syariah?

Kegiatan dan usaha bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank konvensional. Namun terdapat perbedaan yang prinsipil antara keduanya, yaitu transaksi yang mengandung riba pada bank konvensional diupayakan untuk ditiadakan dalam bank syariah.

Adapun tiga kegiatan utama bank syariah adalah:

Penghimpun dana

Prinsip penghimpunan dana pada bank syariah sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional terdiri dari dua macam yaitu:

1. Penghimpunan Dana dengan Prinsip Wadiah

 Wadiah adalah titipan dari satu pihak ke pihak yang lain baik sebagai individu maupun atas nama badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh penerima titipan kapan pun pihak yang menitipkan hendak mengambilnya. 

 Wadiah ini terdiri dari dua macam yaitu:

1) Wadiah yad dlamanah yaitu titipan yang selama belum dikembalikan kepada pihak yang menitipkan boleh dimanfaatkan oleh pihak penerima titipan

2) Wadiah yad amanah yaitu pihak yang menerima titipan tersebut, tidak boleh mengambil manfaat atas barang yang dititipkan tersebut sampai pihak yang menitipkan mengambilnya kembali.

Dan prinsip wadiah yang lazim dipergunakan oleh bank syariah adalah wadiah yad dhamanah yaitu kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk giro dan tabungan.

2. Penghimpunan Dana dengan Prinsip Mudharabah

Mudharabah adalah perjanjian kerjasama atas sebuah usaha di mana pihak pertama bertindak sebagai penyedia dana (shahibul maal) dan pihak kedua bertanggungjawab untuk pengelolaan usaha (mudharib). Mudharabah terbagi menjadi tiga macam yaitu:

1) Mudharabah Muthlaqah yaitu sistem mudharabah yang memberikan kuasa penuh kepada pengelola untuk menjalankan usahanya tanpa batasan apa pun yang berkaitan dengan usaha tersebut.

2) Mudharabah Muqayyadah yaitu sistem mudharabah di mana pemilik dana memberikan batasan kepada mudharib dalam pengelolaan dana berupa jenis usaha apa pun yang dijalankan, tempat, pemasok maupun target konsumennya.

3) Mudharabah Musytarakah yaitu sistem mudharabah di mana pihak pengelola dana menyertakan modalnya dalam kerjasama investasi.

Penyaluran dana

Berbeda dengan bank konvensional yang menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (hutang yang disertai bunga) maka bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk sebagai berikut:

1. Jual beli

Dalam kegiatan jual beli yang lakukan oleh bank syariah terdapat tiga skema yaitu:

1) Jual beli dengan skema murabahah

Yaitu penjual menyampaikan harga perolehan suatu barang dan menyepakati keuntungan yang akan diambil bersama dengan pembeli. Dalam hal ini bank syariah bertindak sebagai penjual dan nasabah bertindak sebagai pembeli.

Contoh: dalam jual beli sebidang tanah, Bank Syariah akan menyampaikan harga perolehan misalnya Rp.100.000.000,00 kepada nasabah. Kemudian bank dan nasabah menyepakati bahwa harga jual tanah itu adalah Rp105.000.000,00 sehingga disepakati bahwa bank mengambil keuntungan sebesar Rp5.000.000,00 secara terbuka kepada nasabah

2) Jual beli dengan skema salam

Yaitu jual beli di mana seorang nasabah akan melakukan pelunasan pembayaran terhadap harga yang disepakati terlebih dahulu sebelum barang diterima. 

Contoh: dalam jual beli sebuah unit rumah di kompleks perumahan, seorang pembeli akan membayar lunas terlebih dahulu harga yang disepakati misalnya Rp250.000.000,00 baru kemudian setelah pembayaran dilakukan, 1 unit rumah tersebut akan diserahkan oleh pihak bank (selaku penjual) kepada nasabah (selaku pembeli)

3) Jual beli dengan skema istishna’

Yaitu jual beli yang dilakukan berdasarkan pada pemberian tugas dari pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan barang atau produk sesuai dengan kualifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya kembali dengan harga yang disepakati.

Contoh: nasabah mempercayakan pengadaan satu set perangkat komputer jaringan dengan spesifikasi dan harga yang disepakati kepada produsen/provider yang dalam hal ini merupakan rekanan dari pihak bank syariah.

2. Investasi 

Investasi yang dilakukan oleh bank syariah dengan dua skema yaitu:

1) Mudharabah

Yaitu persetujuan kerja sama antara pemilik modal dengan seorang pekerja, untuk mengelola uang dari pemilik modal dalam kegiatan bisnis tertentu dengan kesepakatan apabila mendapat keuntungan maka dilakukan bagi hasil, namun apabila menderita kerugian, maka hanya ditanggung oleh pemilik modal.

2) Musyarakah

Yaitu perjanjian kerja sama investasi antara dua pihak atau lebih untuk menjalankan sebuah usaha yang halal dan produktif dengan kesepakatan apabila mendapatkan keuntungan, maka akan dibagi berdasarkan prosentase investasi yang ditanamkan, dan apabila menderita kerugian maka akan ditanggung bersama secara proporsional.

3. Sewa-menyewa 

Dalam melakukan kegiatan sewa-menyewa ini, bank syariah pun memiliki dua skema yaitu:

1) Ijarah 

Yaitu transaksi perpindahan hak pakai (manfaat) suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu dengan cara membayar sewa atau upah tanpa melalui merubah status kepemilikan. 

Contoh: seseorang yang menyewa sebuah rumah toko (ruko) untuk usaha dengan membayar sejumlah uang sewa yang disepakati kepada pemilik ruko, untuk mendapatkan hak guna (hak pakai) dalam waktu tertentu.

2) Ijarah mumtahiya bittamlik

Yaitu merupakan kombinasi antara sewa-menyewa, jual beli dan hibah, di mana pihak yang menyewakan, berjanji akan menjual barang yang disewakan, pada akhir periode.

Contoh: pemilik ruko menyewakan rukonya kepada seorang pengusaha dengan menerima sejumlah uang sewa yang disepakati selama waktu tertentu. Kemudian setelah masa menyewa selesai, pemilik ruko berjanji untuk menjual ruko tersebut kepada pihak penyewa. 

Jasa Pelayanan

Jasa pelayanan yang ditawarkan oleh bank syariah berdasarkan pada akad sebagai berikut:

a) Wakalah

 Yaitu serah terima dari seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu yang tidak dapat ia lakukan. Dalam hal melaksanakan perwakilan ini, seseorang tidak bisa mewakilkan lagi amanah tersebut kepada orang lain.

Contoh: Amir meminta kepada Hasyim untuk menjualkan mobilnya dengan harga Rp100.000.000,00. Maka Hasyim merupakan wakalah dari Amir dan Hasyim tidak bisa mewakilkan kembali kepada orang lain hingga mobil tersebut dapat terjual. 

b) Hawalah 

Yaitu transaksi yang timbul karena salah satu pihak memindahkan tagihan utang seseorang kepada orang lain yang menanggungnya. Contoh: Ahmad berhutang kepada Bambang sebesar Rp1.000.000,00. Tetapi Ahmad pun memiliki uang yang dipinjam oleh Zaenal sejumlah Rp1.000.000,00. Sehingga pada saat Bambang menagih hutang Ahmad, Ahmad bisa meminta kepada Bambang untuk menagih hutangnya kepada Ahmad dengan jumlah yang sama.

c) Kafalah

Yaitu pemberian jaminan yang dilakukan oleh pihak pertama, kepada pihak kedua, di mana pihak pertama bertanggungjawab kembali atas pembayaran suatu barang yang menjadi hak pihak kedua. Contoh : Bank syariah mengeluarkan surat jaminan bagi nasabahnya yang menyewa/membeli sepeda motor secara kredit kepada perusahaan leasing.

d) Rahn

Yaitu menahan aset (harta) nasabah sebagai agunan atau jaminan tambahan pada pinjaman yang diberikan. Dalam perekonomian konvensional rahn sama dengan gadai. 

e) Hikmah dan Manfaat Bank Syariah

Setelah mempelajari dan mengetahui berbagai usaha dan kegiatan produktif yang dijalankan oleh bank syariah, maka berikut ini akan kita peroleh hikmah dan manfaat dari bank syariah bagi ekonomi umat terutama umat Islam. Adapun hikmah dan manfaat dari bank syariah adalah:

Terhindar dari perbuatan riba

1) Manfaat yang pertama yang akan didapatkan oleh seorang muslim jika bertransaksi di bank syariah adalah terhindar dari riba, karena bagaimana pun hukum riba adalah haram, sehingga dengan bertransaksi di bank syariah, akan terhindar dari perbuatan yang haram.

2) Transaksi keuangan yang dilakukan berdasarkan pada syariat Islam Nasabah yang melakukan transaksi keuangan di bank syariah, juga turut andil dan berperan dalam menjalankan syariat Islam dalam bidang keuangan. Sehingga diharapkan hal ini akan mendatangkan pahala bagi orang yang melakukannya.

3) Keuntungan diperhitungkan berdasarkan bagi hasil

Tidak seperti halnya pada bank konvensional yang menerapkan bunga pada pinjaman dan memberikan bunga pada giro dan tabungan para nasabahnya, bank syariah menetapkan keuntungan dengan sistem bagi 

hasil.

4) Sistem bagi hasil lebih rendah dan transparan

Keuntungan dari sistem bagi hasil adalah menghindarkan diri dari bunga bank yang menjadi riba, dan akan mendatangkan keuntungan bagi nasabah yang menyimpan atau menabung uangnya di bank syariah 

tersebut.

5) Memberikan saldo tabungan yang rendah

 Bank syariah memberikan batas minimal saldo tabungan yang rendah sehingga memungkinkan bagi nasabah yang ingin memiliki tabungan, meskipun kemampuan simpanannya kecil.

6) Dana nasabah dipergunakan sesuai syariah

 Salah satu manfaat dari menabung di bank syariah adalah, dana tabungan tersebut dimanfaatkan oleh bank untuk pembiayaan-pembiayaan sesuai syariah Islam. Sedangkan pada bank konvensional nasabah tidak tahu, dana tabungannya diinvestasikan untuk apa, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa keuntungan yang diperolehnya berasal dari sumber yang mengandung unsur riba

7) Penabung adalah mitra bank syariah

 Dalam relasi antara bank dengan nasabah, bank syariah akan menganggap penabung sebagai mitra, sehingga berhak menerima hasil dari investasi yang ditanamkan di bank melalui tabungannya tersebut. 

Berbeda halnya dengan bank konvensional di mana relasi antara bank dan nasabah adalah lebih cenderung sebagai relasi antara kreditur dan debitur.

8) Dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

 Dana yang disimpan oleh nasabah melalui bank syariah, dijamin oleh LPS, yang menanggung risiko kehilangan (apabila terjadi hal-hal yang buruk pada bank syariah seperti likuidasi, kolaps atau semacamnya) sampai 2 Milyar

9) Dana ditujukan untuk kemaslahatan umat

 Manfaat lain yang diperoleh oleh kaum muslim apabila melakukan transaksi keuangan melalui bank syariah adalah dana yang disimpan akan dipergunakan untuk kemaslahatan umat, sehingga dari umat dana dihimpun, dan kepada umat pula dana tersebut akan dimanfaatkan.

iklan tengah