Apa Saja Strategi Dakwah Para Wali dalam Menyebarkan Ajaran Islam di Nusantara?

Penyebaran Islam merupakan salah satu tahapan yang sangat penting dalam sejarah peradaban Indonesia. 

Sumber sejarah dari Dinasti Tang pada tahun 674 Masehi memberikan petunjuk bahwa memang pada masa-masa awal pertumbuhan Islam, saudagar-saudagar muslim dari Arab sudah memasuki wilayah Nusantara. 

Dorongan kuat bagi saudagar-saudagar Arab pada masa-masa awal Islam untuk menyebarkan Islam sampai ke wilayah Nusantara tersebut didorong oleh hadis Rasulullah Saw. yang berbunyi

: ً . )رواه البخاري( ة َ ْ آي و َ ل َ ِ ي و ّ ن َ ْ ا ع و ُ ِ غ ّ ل َ : ب َ َ ال يَّ صلى الله عليه وسلم ق ِ ب َّ َّ الن ن َ أ ٍ ر ْ م َ ع ِ ن ْ ِ ب ّٰ ِد الل ْ ب َ ع ْ ن َ ع 

Artinya: Dari Abdullah bin Amr r.a. berkata, bahwa Nabi Saw. bersabda; “Sampaikan apa yang dari aku, sekalipun satu ayat.” (H.R. Bukhari) 

 Merupakan sebuah sikap ahistoris dan mengingkari sejarah, apabila berbicara tentang penyebaran Islam Indonesia, tanpa menyertakan peran Wali Songo di dalamnya. 

Karena Wali Songo merupakan sekumpulan tokoh penyebar Islam pada perempat akhir abad ke-15 hingga paruh abad ke16, yang merupakan tonggak terpenting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa dan Nusantara. Mengapa dikatakan sebagai tonggak terpenting sejarah penyebaran Islam? 

Karena kedatangan saudagar-saudagar muslim sejak tahun 674 M tersebut, ternyata belum diikuti dengan penyebaran Islam secara massif di kalangan penduduk pribumi, hingga munculnya para penyebar Islam di tanah Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Songo, dan jejak sejarahnya pun masih dapat dibuktikan dengan keberadaan makam-makamnya yang sangat dihormati dan dijadikan tujuan peziarahan oleh masyarakat muslim Indonesia yaitu Ziarah Wali Songo. 

Para wali telah merumuskan strategi dakwah atau pendekatan yang sistematis, terutama bagaimana mengenalkan Islam pada masyarakat yang memegang teguh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Nusantara yang sudah sangat tua, kuat dan sangat mapan. 

Para wali memiliki metode yang sangat bijak dalam memperkenalkan Islam yaitu tidak dengan serta merta, tidak juga secara instan, melainkan dengan strategi jangka panjang. Dalam mengembangkan ajaran Islam di bumi Nusantara para wali memulai dengan beberapa langkah strategis yaitu: 

Tadrij (bertahap) 

Tidak ada ajaran yang diberlakukan secara mendadak, segala sesuatu melalui proses penyesuaian, bahkan sering bertentangan dengan Islam. 

Misalnya tradisi minum tuak, kepercayaan animisme dan dinamisme, maka secara bertahap, hal tersebut diluruskan oleh para wali dengan metode dakwah yang penuh kelembutan dan kedamaian. 

Adamul Haraj (tidak menyakiti) 

Para wali tidak menyebarkan ajaran Islam dengan mengusik tradisi asli masyarakat Nusantara, bahkan tidak mengusik agama dan kepercayaan mereka, namun memperkuatnya dengan cara-cara yang islami. Para wali menyadari betul ciri khas Nusantara yang beragam suku, multi etnis, beragam budaya, dan ragam bahasa merupakan anugerah Allah Swt. yang tiada tara.

Oleh karena itulah para wali mensyukuri dengan tidak merusak budaya yang telah ada dengan mengatasnamakan Islam, namun justru merawat, memperkaya serta memperkuat budaya Nusantara, agar bisa berdiri sejajar dengan peradaban dunia yang lain.

iklan tengah