Tragedi Angke yang terjadi pada 9 Oktober 1740 di Batavia menimpa etnis

Tragedi Angke yang terjadi pada 9 Oktober 1740 di Batavia menimpa etnis...
a. Arab
b. India
c. Dayak
d. Tionghoa
e. Madura

Jawaban d

12345678910111213141516171819202122232425

Peristiwa yang disebut juga "Geger Pecinan" terjadi pada 9 Oktober 1740 di Batavia. Lebih kurang 10.000 warga Tionghoa atau Cina menjadi korban kekejaman yang dilakukan oleh pasukan VOC.  

Geger Pacinan dikenal pula sebagai Tragedi Angke, merujuk nama daerah di pesisir utara Jayakarta atau Sunda Kelapa. Awalnya, Batavia –yang menjadi pusat kekuasaan VOC– dibangun di atas puing-puing kota pelabuhan Jayakarta sebelum dipindahkan lebih ke tengah atau wilayah Jakarta Pusat sekarang. Pembersihan Imigran Cina Tindakan keji Belanda itu merupakan puncak masalah kependudukan di Batavia. 

Orang-orang Cina dan peranakan merasa resah karena Gubernur Jenderal VOC saat itu, Adriaan Valckenier, memberlakukan kebijakan keras untuk mengurangi populasi etnis Cina di Batavia yang saat itu dianggap sudah terlalu banyak. Mulailah pengiriman orang-orang Cina dari Batavia ke wilayah koloni Belanda lainnya, termasuk Sri Lanka atau ke Afrika (Paul H. Kratoska, South East Asia, Colonial History: Imperialism Before 1800, 2001:122). 

Yang menjadi persoalan dan membuat resah, ada rumor mengerikan terkait pemberlakuan kebijakan tersebut. Baca Juga: Akhir Riwayat Batavia di Utara Jakarta Benarkah Fatahillah Membantai Rakyat Betawi? Terdengar kabar, orang-orang Cina yang dikirim ke Sri Lanka atau Afrika Selatan dengan kapal itu dilemparkan ke laut sebelum tiba di tempat tujuan (Jocelyn Armstrong, et.al., Chinese Populations in Contemporary Southeast Asian Societies, 2001:32). Isu ini tak pelak menyebabkan kepanikan bagi kalangan orang Cina di Batavia. Maka, mereka lantas membentuk gerakan perlawanan terhadap pemerintah VOC. 

Willem G.J. Remmelink (2002:164) dalam Perang Cina dan Runtuhnya Negara Jawa 1725-1743, menuliskan bahwa orang-orang Tionghoa itu berkumpul, mempersenjatai diri, dan mulai menyerang unit-unit penting, termasuk pabrik-pabrik gula. September 1740, situasi bertambah panas karena gerakan perlawanan semakin kerap terjadi. Salah satunya adalah insiden di Meester Cornelis (kini Jatinegara) dan Tanah Abang. 

Orang-orang Cina membunuh 50 serdadu Belanda yang membuat Valckenier murka dan mengirimkan 1.800 tentara untuk membalasnya (Dharmowijono, Mengenai Kuli, Klontong, dan Kapitan: Citra Orang Tionghoa dalam Sastra Indonesia-Belanda 1880-1950, 2011:302). Valckenier pun menggelar rapat darurat dengan Dewan Hindia pada 26 September 1740 dan ingin agar dilakukan tindakan tegas untuk membasmi gerakan yang mengancam stabilitas itu. Namun, Gustav Willem Baron van Imhoff selak

iklan tengah