Untuk menghadapi pergerakan pasukan Aceh, maka pasukan kolonial Hindia Belanda memakai taktik

Untuk menghadapi pergerakan pasukan Aceh, maka pasukan kolonial Hindia Belanda memakai taktik...
a.  concentratie stelsel
b. benteng stelsel
c. cultuur stelsel
d. devide et impera
e. hongi touchten

Jawaban a

12345678910111213141516171819202122232425

Sistem geriliya digunakan rakyat Aceh dalam menghadapi kolonial Hindia Belanda. Sebaliknya kolonial Hindia Belanda menggunakan siasat concentatie stelsel yaitu pemusatan perhatian dan kekuatan pertahanan pada wilyah yang telah dikuasainya.

"stelsel konsentrasi", yaitu memusatkan seluruh pasukan di benteng-benteng sekitar kota. Belanda tidak melakukan serangan ke daerah-daerah, melainkan cukup mempertahankan kota dan pos-pos di sekitarnya.

Teungku Cik Di Tiro tumbuh besar bersamaan dengan penaklukan Aceh oleh tentara kompeni Belanda pada tahun 1873. Daerah Aceh Besar jatuh ke tangan kompeni dan kekuatan Aceh mulai lemah. Ketika menunaikan ibadah haji di Mekkah, tak lupa beliau terus memperdalam ilmu agama saat berjumpa dengan pimpinan-pimpinan Islam yang ada di sana. Dari situ pula beliau mulai tahu tentang perjuangan para pemimpin tersebut dalam melawan imperialisme dan kolonialisme.

Sekembalinya ke Aceh, beliau memimpin suatu pergerakan yang berujung pada perang melawan Belanda yang kemudian dikenal dengan nama Perang Sabil. Satu persatu benteng dan wilayah jajahan Belanda dapat direbut. Pada bulan Mei tahun 1881, pasukan Muhammad Saman dapat merebut benteng Belanda Lam Baro, Aneuk Galong dan lain-lain. Belanda akhirnya terjepit di sekitar kota Banda Aceh dengan mempergunakan taktik lini konsentrasi (concentratie stelsel) yaitu membuat benteng yang mengelilingi wilayah yang masih dikuasainya.

iklan tengah